Ilmu Ekonomi Makro merupakan bagian dari ilmu
ekonomi yang mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara
keseluruhan.[1] Tujuan ilmu ekonomi makro adalah untuk memahami
peristiwa ekonomi dan untuk memperbaiki kebijakan ekonomi.[2] Pengantar Mikro dan Makro,
penulis : Iskandar Putong, penerbit : Mitra Wacana Media</ref>
Hubungan yang dipelajari pada ilmu ekonomi makro adalah hubungan variabel
keseluruhan.[3] Variabel-variabel itu diantaranya
tingkat pendapatan nasional, konsumsi rumah tangga, investasi nasional, tingkat
tabungan, belanja pemerintah, tingkat harga-harga umum, jumlah uang yang
beredar, tingkat bunga, kesempatan bekerja, neraca pembayaran, dan lain-lain.[rujukan?]
Inflasi
Inflasi adalah naiknya
harga-harga komoditi yang disebabkan tidak singkronnya antara program sistem
pengadaan komoditi dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat.[4] Inflasi bukanlah masalah yang terlalu
berarti jika keadaan tersebut diiringi oleh tersedianya komoditi yang
diperlukan secara cukup dan ditimpali dengan naiknya tingkat pendapatan yang
lebih besar.[rujukan?]
Manusia dan Prilaku Ekonomi, penulis : Endro Sariono ; Slamet
Subekti; Burhanuddin A. Usman; M. Jaharuddin; dan M. Alwi, penerbit :
exact Ganeca</ref> Biaya produksi untuk menghasilkan komoditi semakin
tinggi yang menyebabkan harga jualnya menjadi relatif tinggi, disisi lain
tingkat pendapatan masyarakat relatif tetap.[5] Maka, barulah inflasi ini menjaadi
membahayakan jika berlangsung dalam waktu yang relatif lama dengan porsi
berbanding terbalik antara tingkat inflasi terhadap tingkat pendapatan.[6]
Pengangguran
Pengangguran terjadi disebabkan karena adanya
kesenjangan antara penyediaan lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang
mencari pekerjaan.[7] Pengangguran bisa juga terjadi
meskipun jumlah kesempatan kerja tinggi akan tetapi terbatasnya informasi,
perbedaan dasar keahlian yang tersedia dari yang dibutuhkan atau bahkan dengan
sengaja memilih untuk menganggur. [8] Pengangguran selalu saja ada dalam
suatu perekonomian, maka sebenarnya pengangguran itu bukanlah masalah berat dan
membahayakan, karena sesuatu yang selalu ada dan bahka harus selalu ada
termasuk hal yang sangat menguntungkan bila bisa dikelola dengan baik dalam
kondisi yang juga baik.[rujukan?]
Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah catatan tentang
transaksi ekonomi internasional suatu negara terhadap negara lainnya dalam
kurun waktu tertentu.[9] Dalam neraca pembayaran akan terlihat
kemampuan penduduk suatu negara terhadap penduduk negara lain yang tercermin
dari defisit atau surplusnya suatu perdagangan dan keluar masuk modal.[10] Sepintas akan sangat menguntungkan
jika neraca pembayaran suatu negara mengalami surplus dan sangat merugikan
defisit, tetapi tidak demikian kenyataan dalam politik ekonomi.[rujukan?]
Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Peningkatan penduduk yang semakin
tinggi
Penduduk merupakan orang
yang tinggal di daerah tersebut dan orang yang secara hukum berhak tinggal di
daerah tersebut.[11] Dengan kata lain orang yang mempunyai
surat resmi untuk tinggal di daerah itu.[12] Misalkan mempunyai bukti
kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.[13] Secara teori pertumbuhan penduduk
yang besar bila diikuti dengan tingkat produktivitas yang tinggi akan
menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi tiggi.[14] Tingginya pertumbuhan ekonomi akan
mampu meningkatkan kesejahteraan dan tingkat pendidikan dan pada akhirnya akan
mampu memperbaiki mutu dan citra hidup.[15]
Peningkatan Kapasitas Produksi
Kapasitas
produksi merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan upaya meningkatkan laba perusahaan disamping usaha-usaha seperti
pemilihan material yang ekonomis, kontrol kualitas, promosi guna menambah
permintaan pasar dan sebagainya.[rujukan?][16] Kapasitas produksi dapat
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar, semakin
tinggi kapasitas produksi yang dapat diusahakan maka semakin banyak produk yang
mampu dihasilkan setiap jam, setiap hari, setiap bulan, bahkan setiap tahunnya.
[17] Peningkatan kapasitas produksi
berhubungan dengan tingkat ivestasi dan investasi berhubungan dengan tingkat
tabungan masyarakat, sedangkan tingkat tabungan masyarakat berhubungan dengan
tingkat pendapatan dan konsumsinya.[18] jadi, bila kapasitas produksi ingin
ditingkatkan maka tabungan haruslah ditingkatkan agar investasi dapat pula
meningkat.[19]
Referensi
- ^ Pengantar Mikro dan Makro, penulis : Iskandar Putong, penerbit : Mitra Wacana Media)
- ^ Ilmu ekonomi makro bukanlah alat perekonomian, akan tetapi metode yang berguna untuk membantu mengembangkan pemikiran tentang bagaimana cara bekerja dan memperbaiki kondisi perekonomian
- ^ Pengantar Mikro dan Makro, penulis : Iskandar Putong, penerbit : Mitra Wacana Media
- ^ Manusia dan Prilaku Ekonomi, penulis : Endro Sariono ; Slamet Subekti; Burhanuddin A. Usman; M. Jaharuddin; dan M. Alwi, penerbit : exact Ganeca
- ^ Manusia dan Prilaku Ekonomi, penulis : Endro Sariono ; Slamet Subekti; Burhanuddin A. Usman; M. Jaharuddin; dan M. Alwi, penerbit : exact Ganeca
- ^ Manusia dan Prilaku Ekonomi, penulis : Endro Sariono ; Slamet Subekti; Burhanuddin A. Usman; M. Jaharuddin; dan M. Alwi, penerbit : exact Ganeca
- ^ Manusia dan Prilaku Ekonomi, penulis : Endro Sariono ; Slamet Subekti; Burhanuddin A. Usman; M. Jaharuddin; dan M. Alwi, penerbit : exact Ganeca
- ^ Manusia dan Prilaku Ekonomi, penulis : Endro Sariono ; Slamet Subekti; Burhanuddin A. Usman; M. Jaharuddin; dan M. Alwi, penerbit : exact Ganeca
- ^ Ekonomi Mikro dan Makro, penulis : Iskandar Putong,S.E.,MMSI, penerbit : G I
- ^ Ekonomi Mikro dan Makro, penulis : Iskandar Putong,S.E.,MMSI, penerbit : G I
- ^ http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
- ^ http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
- ^ http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
- ^ http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
- ^ http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk
Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode
dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah.[1] Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya
jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya
jumlah uang yang beredar. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan
menaikkan tingkat suku bunga.
- ^ Aliminsyah & Padji, Kamus istilah akuntansi, hal.191, Yrama Widya, Bandung:2005
Hiperinflasi
Hiperinflasi, dalam ilmu ekonomi, adalah inflasi yang tidak terkendali, kondisi ketika
harga-harga naik begitu cepat dan nilai uang
menurun drastis. Secara formal, hiperinflasi terjadi jika tingkat inflasi lebih
dari 50% dalam satu bulan. Sebagai sebuah aturan
ibu jari, inflasi biasanya dilaporkan setahun sekali, namun dalam
kondisi hiperinflasi, tingkat inflasi dilaporkan dalam interval yang lebih
singkat, biasanya satu bulan sekali. Hiperinflasi biasanya muncul ketika adanya
peningkatan persediaan uang yang tidak diketahui atau perubahan sistem mata
uang secara drastis. Hiperinflasi biasanya dikaitkan dengan perang, depresi
ekonomi, dan memanasnya kondisi politik atau sosial suatu
negara.
Inflasi
tingkat inflasi di dunia
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya
tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan,
dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara
untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI
dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan,
yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi
apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara
10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi
tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
Penyebab
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah
desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or
service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).[rujukan?]
Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter
(Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah
(Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi
akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan
memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya
permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini
terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih
disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang,
kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di
sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat
adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi,
walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya
produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan
harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena
terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat
pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa
terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2
hal,yaitu
kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan
upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta
menaikkan harga barang-barang.
Penggolongan
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang
berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi
akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak
uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga
bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah
inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor.
Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya
cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya
berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi
tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi
pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi
terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi
demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus
merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat
dibedakan :
- Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
- Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
- Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
- Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat
persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
- Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
- Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Dampak
Pekerja dengan gaji tetap sangat
dirugikan dengan adanya Inflasi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan,
justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah
untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi
kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja,
menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap,
inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri
tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan
dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung
karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan
menghasilkan bunga,
namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila
orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk
berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank
(debitur), inflasi menguntungkan, karena pada
saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan
pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila
hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya
(biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen
enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya
untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha
produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha
kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan
berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Peran bank sentral
Bank sentral
memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu
negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang
wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam
artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank
sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi
menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya
disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter
untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih
tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang
beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai
instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena
nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat
inflasi) maupun eksternal (kurs).
Saat ini pola inflation
targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia,
termasuk oleh Bank Indonesia.
Referensi
- Barro, Robert J. Macroeconomics
- Brown, A. World Inflation Since 1950
- Case, Karl E. and Fair, Ray C. Principles of Macroeconomics
- Bureau of Labor Statistics
- Kieler, Mads The ECB's Inflation Objective
- George Reisman, Capitalism: A Treatise on Economics (Ottawa : Jameson Books, 1990), 503-506 & Chapter 19 ISBN 0-915463-73-3
- Murray N. Rothbard, What has government done to our money? ISBN 0-945466-10-2. Good introduction to Austrian school's view on money, inflation etc.
^ “Ekspektasi kenaikan harga ini antara lain bisa disebabkan
adanya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tarif-tarif komoditas yang
dikendalikan pemerintah, seperti BBM, listrik, serta ketidaklancaran distribusi
barang dan/atau berkurangnya ketersediaan barang atau jasa sebagai akibat
mahalnya biaya transportasi atau miniminya infratstruktur yang memadai,”