1. Pentingnya
Pengembangan
Pengembangan
karyawan (sumber daya manusia), baik baru maupun lama perlu dilakukan secara
terencana dan berkesinambungan. Oleh karenanya perlu ditetapkan lebih dahulu
program pengembangan karyawan.
Pengembangan
karyawan ini dirasakan makin penting keberadaannya karena tuntutan pekerjaan
dan jabatan sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan sejenis.
Pemimpin
perusahaan pada dasarnya menyadari bahwa karyawan baru, pada umumnya hanya
mempunyai pengetahuan teoritis dari bangku sekolah, oleh karenanya perlu
dikembangkan kemampuan nyata untuk dapat mengerjakan tugasnya. Demikian pula
bagi karyawan lama senantiasa diperlukan latihan karena tuntutan tugas baru
baik dalam rangka menghadapi transfer maupun promosi.
Program
pengembangan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan di dasarkan kepada
metode ilmiah serta berpedoman keterampilan yang dibutuhkan perusahaan baik
saat ini maupun masa yang akan datang.
Latihan sebagai
salah satu bentuk pengembangan karyawan merupakan suatu proses yang berjalan
terus menerus. Masalah baru, prosedur baru, peralatan baru, pengetahan dan jabatan
baru selalu timbul dalam organisasi yang dinamis. Untuk menghadapi perubahan
tersebut diperlukan instruksi, bimbingan kepada para pekerja. Munculnya
kondisi baru tersebut mendorong manajemen untuk terus menerus memperhatikan dan
menyusun program pengembangan secara berkesinambungan.
Pengembangan
adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual
dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan
dan latihan. Pendidikan sendiri berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum
dan pemahaman atas lingkungan secara menyeluruh. Sedangkan latihan adalah suatu
usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan
suatu pekerjaan tertentu.
Menurut Jan Bella
seperti yang dikutip Hasibuan (1997) menyatakan bahwa : ”pendidikan dan
latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan
keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial.” Pendidikan berorientasi
pada teori, dilakukan dalam kelas, berlangsung lama dan biasanya menjawab why.
Latihan berorientasi pada praktek dilakukan di lapangan berlangsung singkat dan
biasanya menjawab how.
Seringkali istilah
pengembangan diartikan sama dengan istilah pendidikan untuk kalangan industri.
Hal ini tidaklah salah, memang pengembangan itu sendiri mencakup pendidikan dan
latihan. Karena bagaimanapun juga pengembangan karyawan menyangkut peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas.
Gilley and Steven (1991) menjelaskan
bahwa human resources development adalah organized learning activities
arranged within an organization in order to improve performance and/or personal
growth for the purpose of improving the job, the individual and/or
organization. (Pengembangan sumber daya manusia adalah aktivitas belajar yang diorganisasi
dan dirancang dalam suatu organisasi untuk meningkatkan performan dan/atau
meningkatkan pribadi guna mencapai tujuan dari peningkatan tugas individu
dan/atau organisasi).
Sementara itu ada
juga perusahaan yang menggunakan istilah ”training”. Alasan penggunaan training
agar lebih menyesuaikan dengan kondisi praktek tanpa mengurangi arti
pengembangan karyawan dalam suatu organisasi. Namun bagaimanapun juga
pengembangan sumber daya manusia berkenaan dengan pengembangan orang dalam
organisasi (Gilley and Steven, 1991).
1. Tujuan
Pengembangan
Tujuan
pengembangan karyawan adalah memperbaiki efektivitas karyawan dalam mencapai
hail kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektivitas kerja dapat dilakukan
dengan cara memperbaiki pengetahuan. Keterampilan maupun sikap karyawan tentang
tugas yang diembannya. Gilley and Steven (1991) menyatakan bahwa tujuan
pengembangan sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan knowledge, skills,
attitude and behavior dalam melaksanakan suatu organisasi.
Ada beberapa tujuan
yang ingin dicapai dengan penyelenggaraan pengembangan karyawan yaitu :
1. Meningkatkan
produktivitas kerja
2. Meningkatkan
efisiensi
3. Mengurangi
kerusakan
4. Menghindari
(mengurangi) kecelakaan
5. Meningkatkan
pelayanan (konsumen)
6. Memperbaiki dan
meningkatkan moral karyawan
7. Meningkatkan
karier
8. Meningkatkan cara
berfikir secara konseptual
9. Meningkatkan
kepemimpinan
10. Meningkatkan prestasi yang pada
akhirnya berdampak pada peningkatan balas jasa (gaji).
Dengan kata lain
pengembangan karyawan akan memberikan manfaat bagi perusahaan, karyawan dan
masyarakat konsumen dalam mencapai tujuannya.
Manfaat lain yang
dapat dipetik dari dilaksanakannya program pengembangan dan pelatihan adalah
menumbuhkan dan memelihara hubungan yang serasi antara para anggota organisasi.
Hal ini dapat
terjadi karena :
1) Terjadi proses
komunikasi yang efektif;
2) Adanya persepsi
yang sama tentang tugas yang dilaksanakan;
3) Ketaatan semua
fihak kepada berbagai ketentuan yang bersifat normatif;
4) Terdapatnya iklim
yang baik bagi pertumbuhan seluruh pegawai; dan
5) Menjadikan
organisasi sebagai tempat yang lebih menyenangkan untuk berkarya
Pengembangan
karyawan meliputi seluruh aspek pengetahuan keterampilan dan sikap. Karena
pengetahuan dan keterampilan saja disarakan belum cukup, maka perlu ditambahkan
pengembangan sikap karyawan dalam menghadapi tugas.
Bila dirinci dapat
digambarkan sebagai berikut :
Skema tujuan Pengembangan
Karyawan
Tujuan
|
Sifat
|
Proses
|
Metode
|
Memperbaiki
Efektivitas kegiatan
|
Pengembangan
Pengetahuan
Pengembangan keterampilan
Pengembangan sikap
|
Pengembangan intelektualitas
Latihan praktek
Pengembangan sikap / sifat yang emosional
|
Sekolah, kuliah, ceramah, program pengajaran (AVA)
Diskusi,
Kasus bisnis game, Project Study, Consulting Project, Role Playing
Games,
Sensitive,
Trainning
|
Adanya perbedaan
objek pengembangan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) akan membawa
koneskuensi dalam penggunaan metode pengembangan. Perkembangan pengetahuan yang
merupakan proses intelektual dapat dilaksanakan dengan cara sekolah, kuliah,
program pengajaran. Pengembangan sikap dilakukan melalui proses dinamika
kejiwaan, yaitu melalui metode permainan, sensitivity trainning, sedangkan
pengembangan keterampilan dilakukan dengan latihan/praktek.
a. Proses Pengembangan Karyawan
Agar pengembangan
karyawan dapat mencapai hasil yang optimal, maka pengembangan tersebut harus
mendasarkan pada prosedur yang benar.
Langkah-langkah
tersebut meliputi :
1. Penentuan
kebutuhan
2. Penentuan sasaran
3. Penetapan isi
program
4. Identifikasi
prinsip-prinsip belajar
5. Pelaksanaan
program
6. Penilaian
pelaksanaan program
Penentuan
Kebutuhan
Penentuan
kebutuhan mutlak dilakukan untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan program
pengembangan. Karena pelaksanaan program pengembangan berkait erat dengan dana.
Ada dua hal penting yang perlu diidentifikasi dalam penentuan kebutuhan yaitu :
masalah yang dihadapi saat ini dan berbagai tantangan baru yang diperkirakan
akan timbul di masa yang akan datang.
Dalam
mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan, paling tidak ada
tiga pihak yang terlibat yaitu : (1) satuan organisasi yang mengelola sumber
daya manusia, (2) manajer berbagai satuan, dan (3) pegawai yang bersangkutan.
Informasi
kebutuhan dan keinginan bekerja ketiga pihak itulah yang kemudian dibahas
bersama bagian pelatihan dan pengembangan pegawai. Selain informasi dari
ketiga fihak tersebut bagian pengembangan karyawan juga dapat memanfaatkan
sumber lain seperti :
a. perencanaan karier
pegawai yang telah disusun sebelumnya
b. daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan
c. catatan tentang
produksi
d. berbagai laporan
tentang keluhan, keselamatan kerja, dan kemangkiran
e. data mutasi
pegawai
f.
hasil ”exit
interview”
Penentuan Sasaran
Berdasarkan
analisis kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan dapat ditetapkan berbagai
sasaran. Sasaran yang ingin dicapai dapat bersifat keterampilan teknis dalam
mengerjakan suatu pekerjaan (technical skill) ataukah untuk meningkatkan
kecakapan memimpin (managerial skill) dan conceptual skill. Penetapan
sasaran ini harus didasarkan pada kebutuhan jabatan atau pekerjaan dari
karyawan yang bersangkutan.
Manfaat
diketahuinya sasaran kegiatan pengembangan adalah : (1) sebagai tolok ukur
untuk menentukan berhasil tidaknya program pengembangan tersebut, (2) pijakan
untuk menentukan kurikulum dan metode pelatihan..
Penentuan Isi
Program
Bentuk dan sifat
suatu program paling tidak ditentukan oleh hasil analisis kebutuhan dan sasaran
yang hendak dicapai (technical, managerial atau conceptual skill).
Dalam program
pelatihan dan pengembangan harus jelas diketahui apa yang ingin dicapai. Tujuan
dari materi yang akan diberikan dalam rangka mencapai tujuan tersebut
dituangkan dalam kurikulum pelatihan.
Kurikulum atau
nama pelajaran yang akan diberikan harus mendukung untuk tercapainya sasaran
dari pengembangan. Kurikulum ditetapkan secara sistematis termasuk jumlah jam
pertemuan, metode dan sistem evaluasinya.
Prinsip-prinsip
Belajar
Agar hasil yang
dicapai dapat optimal, maka program pengembangan karyawan harus memperhatikan
prinsip-prinsip belajar. Ada lima prinsip yang harus diperhatikan yaitu:
partisipatif, repetisi, relevansi, dan umpan balik.
Partisipatif
mengacu pada metode pembelajaran yang besifat langsung melakukan sendiri (teori
dan praktek yang dilakukan). Repetitif (pengulangan) menyangkut pada perbuatan
yang selalu diulang, agar apa yang dipelari tinggal dalam ingatannya. Relevansi
berkaitan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Umpan balik bermanfaat untuk
mengetahui apakah peserta didik telah menguasai materi dan mencapai tujuan
belajar sehingga akan tercapai kepuasan pada diri peserta belajar.
Belajar pada
program pelatihan dilakukan dengan menggunakan pendekatan ”andragogi”,
mengingat peserta pengembangan ini adalah orang dewasa.
Dalam penerapan
pendekatan ”andragogi” ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan adalah :
a. peserta didik
hendaknya mengerti dan menyetujui tujuan pendidikan dan pelatihan
b. peserta didik
memiliki kemauan untuk belajar
c. menciptakan
situasi belajar yang bersahabat (tidak formal)
d. penataan ruang
menyenangkan
e. peserta didik
berperan serta dalam penyelenggaraan latihan dan pendidikan
f.
menggunakan
pengalaman peserta didik sebagai bahan belajar (saling membelajarkan)
g. menggunakan metode
yang bervariasi (Atmadja, 1985)
Pelaksanaan
Program
Penyelenggaraan
program pelatihan dan pengembangan sifatnya sangat situasional. Artinya
dengan perhitungan kepentingan organisasi dan kebutuhan para peserta,
penerapan prinsip belajar dapat berbeda dalam aksentuasi dan intensitas, yang
pada gilirannya tercermin pada penggunaan teknik dalam proses pembelajaran.
Melaksanakan
program pelatihan dan pengembangan pada prinsipnya melaksanakan proses belajar
mengajar, artinya ada pelatih yang mengajarkan suatu mata ajaran. Oleh karena
itu tepat tidaknya suatu teknik mengajar tergantung pada pertimbangan yang
ingin ditonjolkan, seperti penghematan dalam pembiayaan, materi dan fasilitas
yang tersedia, kemampuan peserta, kemampuan pelatih dan prinsip belajar yang
digunakan.
Ada beberapa
metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan program pelatihan dan
pengembangan antara lain :
a) On the job
b) Vestibule
c) Apprenticeship
d) Classroom methods
On the job, atau pelatihan
dalam jabatan, merupakan teknik pelatihan di mana para peserta dilatih langsung
di tempat dia bekerja. Sasarannya adalah meningkatkan kemampuan peserta latihan
mengerjakan tugasnya yang sekarang. Yang bertindak sebagai pelatih bisa seorang
pelatih formal, atasan langsung, atau rekan sekerja yang lebih senior dan
berpengalaman.
Pelatihan dalam
jabatan ini meliputi empat tahap yaitu : (1) peserta pelatihan memperoleh
informasi tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan hasil yang
diharapkan, kesemuanya dikaitkan dengan relevansi pelatihan dengan peningkatan
kemampuan peserta pelatihan yang bersangkutan. (2) pelatih mendemonstrasikan cara
yang baik melaksanakan pekerjaan tertentu untuk dicontoh oleh pegawai yang
sedang dilatih, (3) peserta pelatihan disuruh mempraktekkannya sendiri apa yang
telah didemonstrasikan pelatih, (4) pegawai menunjukkan kemampuan bekerja
menurut cara yang telah dipelajarinya secara mandiri.
Vestibule, merupakan metode
pelatihan untuk meningkatkan keterampilan terutama yang bersifat teknikal, di
tempat pekerjaan, akan tetapi tanpa menggangu kegiatan organisasi sehari-hari.
Ini berarti organisasi harus menyediakan lokasi dan fasilitas khusus untuk
berlatih, sehingga tidak mengganggu pekerjaan yang sebenarnya.
Sebagai misal
sebuah hotel, agar pelatihan tidak mengganggu kegiatan hotel, maka disediakan
satu ruang khusus yang digunakan berlatih seperti menata kamar tidur (mengganti
sprei, sarung bantal, perlengkapan kamar mandi dsb), juga kegiatan penerimaan
tamu, di restoran, bar dsb.
Apprenticehsip (magang), biasa
dipergunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan (skill) yang relatif
tinggi. Program ini biasanya mengkombinasikan on the job training dengan
pengalaman sistem magang ini dapat mengambil empat macam kegiatan yaitu : (1)
seorang pegawai belajar dari pegawai lain yang lebih berpengalaman, (2) coaching
dalam hal mana seorang pemimpin mengajarkan cara-cara kerja yang benar kepada
bawahannya di tempat pekerjaan dan cara-cara yang diajarkan atasan tersebut
ditini oleh pegawai yang sedang mengikuti latihan, (3) menjadikan pegawai yang
dilatih sebagai ”asisten”, (4) menugaskan pegawai tertentu untuk duduk dalam
berbagai panitia, sehingga yang bersangkutan mendapat pengalaman lebih banyak.
Classroom Method, model ini
dirancang dalam bentuk pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode
ceramah diskusi. Aktivitas pembelajaran pada umumnya berjalan sepihak yang
instruktur aktif memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta.
Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan metode ini, diantaranya adalah faktor peserta, bahan
belajar, instruktur. Semakin banyak jumlah peserta dalam suatu ruang belajar
biasanya semakin kurang efektif (satu kelas lebih dari lima puluh orang).
Demikian juga dengan bahan belajar, bila instruktur tidak menyediakan bahan
belajar (hand out) menyebabkan peserta kesulitan mengikuti jalannya pembelajaran.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah instruktur, untuk model kuliah
diperlukan instruktur yang benar-benar mampu menguasai kelas dengan berbagai
keahliannya.
Penilaian
pelaksanaan program
Sebagaimana
program-program yang lain, program pengembangan karyawan baik yang operasional
maupun manajerial perlu dinilai keberhasilannya.
Pelaksanaan
program pengembangan dikatakan berhasil bila pada diri peserta terdapat
peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas, dan terjadi perubahan perilaku
yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja.
Untuk mengetahui
ada tidaknya perubahan tersebut perlu dilakukan penilaian. Pelaksanaan evaluasi
yang baik meliputi :
a. Penentuan kriteria
penilaian (ditetapkan sebelum program pengembangan dilaksanakan) dengan tolok
ukur yang jelas.
b. Pelaksanaan tes
untuk mengetahui pencapaian kemampuan, keterampilan, dan sikap yang telah
dinimuskan dalam program pengembangan, di samping untuk mengetahui tepat
tidaknya program pelatihan dan pengembangan tersebut dilaksanakan.
c. Pemantauan setelah
pasca pelatihan, pada saat peserta didik sudah kembali melaksanakan tugas
d. Tindak lanjut yang
berkesinambungan.
Karena investasi
yang dibuat oleh organisasi di bidang sumber daya manusia tidak kecil
(biaya, tenaga dan waktu) sehingga perlu diupayakan benar-benar agar
program pelatihan dan pengembangan disusun berdasarkan analisis kebutuhan,
penerapan prinsip belajar yang paling relevan, penggunaan teknik pembelajaran
yang cocok dan penilaian berdasarkan kriteria kriteria yang objektif.
Tolok Ukur
Keberhasilan Program Pengembangan
a. Prestasi kerja
karyawan meningkat
b. Kedisiplinan
karyawan meningkat
c. Absensi karyawan
rendah
d. Tingkat kerusakan
produksi, alat dan mesin rendah
e. Tingkat kecelakaan
rendah
f.
Tingkat pemborosan
bahan baku, tenaga dan waktu rendah
g. Tingkat kerja sama
karyawan meningkat
h. Tingkat upah
insentif karyawan meningkat
i.
Prakarsa karyawan
meningkat
j.
Kepemimpinan dan
keputusan manajer lebih bijaksana
2. Konsep Pemberdayaan
Setiap pekerjaan atau pembangunan memerlukan sumber daya (resources),
yang berupa manusia (human resources) maupun sumber daya alam (nature
resources). Kedua sumber daya tersebut sangat penting dalam pekerjaan,
berhasil atau tidak bergantung dari dua kondisi sumber tersebut. Keberhasilan
suatu pembangunan, apapun bentuk pengembangannya peran human resources
merupakan bagian yang sangat menentukan. Jepang sebuah negara yang pernah tidak
berdaya, namun karena gigihnya dan semangat human resourcesnya
maka akhirnya menjadi negara maju yang ada di asia.
Sebaliknya jika nature resources yang banyak dan tidak dimbangi dengan
kemajuan sumber daya manusianya maka sumber alam tersebut tidak bisa tergali
dengan maksimal.
Jadi
sumber daya manusia merupakan kebutuhan organisasi yang tidak bisa
ditinggalkan dalam menjalankan semua aspek pekerjaan, baik dalam usaha jasa
maupun produksi.
Didalam menjalankan perencanaan sumber daya manusia, menurut
Siagian (2001), perlu diawali dengan menginventarisasi yang menyangkut:
1.
Jumlah tenaga kerja dan kualifikasi
yang ada
2.
Masa kerja masing-masing
3.
Pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki, baik secara formal maupun non formal.
4.
Bakat yang masih perlu dikembangkan
5.
Minat personil, yang terkait dengan
kegiatan tugas.
Agar unit kerja memperoleh tenaga
kerja yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan, titik tolak yang tidak boleh
dilupakan adalah:
- Tujuan dan sasaran strategik yang ingin dicapai dalam satu kurun tertentu di masa depan.
- Tenaga kerja yang sudah berkarya dalam organisasi dilihat bukan hanya dari segi jumlah dan tugasnya sekarang, akan tetapi juga potensi yang dimilikinya yang perlu dan dapat dikembangkan sehingga mampu melaksanakan tugas baru nanti
- Adanya penanganan kerja yang mencakup, identitas karyawan
- Adanya keunggulan personil seperti: kemampuan bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja tuntas dan bekerja ihlas.
- Tidak mengenal lelah, tidak mengajukan tuntutan, tidak terlibat dalam konflik.
Dari masing-masing personil mampu menunjukkan sikap yang
mencakup:
1.
Kejujuran,
dalam menjalankan semua kegiatan
2.
Transparan, keterbukaan dalam
melaksanakan tanggung jawab
3.
Komitmen, memegang teguh kebijakan yang
sudah disepakati bersama.
4.
Kerjasama, menjalin kebersamaan dalam
menjalankan tugas atau dengan membentuk tim kerja.
5.
Disiplin, mematuhi aturan dan peraturan
6.
Tanggung jawab, semua pekerjaan bisa
dipertanggung jawabkan.
Pelaksanaan dalam bekerja harus ada prestasi yang
standart , sebagai ukuran keberhasilan personal dalam lingkup kerja, paling
sedikit ada enam alasan kuat antara lain:
1.
Standart prestasi kerja merupakan
ukuran dalam penilaian karyawan.
2.
Standart kerja merupakan alat
pengendali perilaku,
3.
Standart kerja merupakan alat koreksi
dalam melaksanakan pekerjaan
4.
Standart kerja merupakan patokan
prestasi minimal
5.
Standart kerja sebagai rujukan dalam
melaksanakan kegiatan tugas.
6.
Standart kerja sebagai syarat kerja
bagi pekerja di unit kerja agar mendapatkan kwalifikasi akreditai
di unit kerja.
Penempatan personal kerja dalam lingkup unit organisasi atau
unit kerja sangat menentukan kelangsungan karyawan dalam melanjutkan kariernya
, antara lain bisa memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Apakah pekerja atau personal tersebut
cocok ditempatkan di tempat kerja tersebut.
2.
Apakah pekerja mampu melaksanakan tugas
yang baik.
3.
Apakah pegawai tersebut mendapat
simpati dari teman lainnya.
4.
Apakah pekerja tersebut mampu
beradaptasi
5.
Apakah pekerja
mampu menjaga keseimbangan antara keperluan pribadi dan dinas.
Pekerja
atau karyawan akan bisa melakukan kerja dengan baik jika ada
sarana
pendukung kerja yang memadai, antara lain meliputi lingkungan kerja dan
fasilitas kerja.
Lingkungan
kerja dapat menumbuhkan kegairahan kerja, semangat dan kecepatan kerja
termasuk gaji atau itensif yang diterima tiap bulan. Gaji adalah
pendorong orang untuk mau bekerja dengan rajin dan fasilitas lain seperti
kesehatan , tunjangan khusus dan perhatian semuanya akan bisa mendorong
mau bekerja dengan baik.
Fasilitas kerja
merupakan perangkat untuk bekerja atau sumber daya peralatan kerja
meliputi peralatan kerja, bahan, dan sarana prasarana yang bisa mempengaruhi
pelaksanaan kerja, dengan memperhatikan :
1.
Pengguna
fasilitas kerja atau kualitas fisiknya.
2.
Intelektualnya
3.
Cara melakukan
atau menggunakannya
Dalam
pemanfaatan personal yang penting adalah bagaimana memberdayakan
tugas tersebut dilingkungan masyarakat antara lain mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1.
Peningkatan
pelayanan, yaitu bisa melayani masyarakat dengan baik.
2.
Akuntabilitas,
dengan mengembangkan keterbukan, membuka akses masyarakat untuk berperan
sebagai korektor, dilaksanakan dengan riil.
3.
Sesuai dengan
peradaban yang ada di masyarakat
Untuk
memotivasi tenaga kerja staf maupun fungsional paling tidak harus
mengetahui kebutuhan psikologi pekerja antara lain:
1.
Peluang untuk
mengerjakan tugasnya
2.
Perasaan mampu
melaksanakan tugas
3.
Kesempatan
untuk menyelesaikan tugasnya sendiri
4.
Perasaan
mendapatkan penghargaan
5.
Mendapatkan
pengakuan dari sekitarnya
6.
Perasaan nyaman
dan aman dalam bekerja
Selain itu
pekerja merasa nyaman bekerja jika ada imbalan yang memadai dengan prestasi
yang dimiliki. Menurut Gibson (1985), imbalan itu ada imbalan intrinsik yaitu
yang berkaitan dengan imbalan pekerjaan itu sendiri, misalnya:
1.
Penyelesaian
pekerjaan, yaitu memberi arti dari tugas yang sudah diselesaikan dengan baik
dan mendapatkan imbalan dari dampak penyelesaian pekerjaan tersebut.
2.
Pencapaian
prestasi, kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang mendesak dan menantang.
Seseorang yang menyenangi tugas seperti ini mendapatkan imbalan yang seimbang.
3.
Pertumbuhan
pribadi, kemamuan untuk mengembangkan kemampuan dalam setiap peluang
untuk mengembangkan.
Imbalan
ekstrinsik, yaitu imbalan yang berasal dari prestasi kerja pekerja itu sendiri
yang berupa jaminan sosial, premi, dan bonus.
Imbalan finansial,
yaitu berupa gaji yang diterimakan perbulan dan diberikan secara rutin.
Penghargaan,
seseorang mendapat penghargaan jika mempunyai prestasi yang
disumbangkan untuk unit kerja misalnya sumbangan pengabdian, menyelamatkan
sekolahan, atau prestasi lain yang dirasakan bermanfaat bagi unit kerja,
caranya bermacam-macam diberikan berupa uang, lencana penghargaan, piagam dan
lain-lain.
Menurut Indriyo
(1999), peran uang juga sebagai metode memotivasi prestasi dan ada tiga kondisi
yang diperlukan dalam memotivasi prestasi seseorang antara lain:
- Pekerja harus memiliki keyakinan yang kuat prestasi yang baik akan menghasilkan pembayaran yang tinggi.
- Persepsi negatif tentang prestasi yang baik harus dihilangkan
- Harus diciptakan adanya suatu lingkungan bahwa prestasi juga berkaitan dengan imbalan yang lain di luar finansial, seperti penghargaan, pengakuan dan pengembangan karier.
Keterkaitan
dengan motivasi cara di atas, memerlukan kebijakan pimpinan dalam
menyikapi prestasi personal, staf dan semua karyawan yang terlibat dalam unit
organisasi tersebut. Pengelolaan seperti ini lebih
mudah dilakukan
di lingkungan swasta dibandingkan dilingkungan pemerintah..
Pemberdayaan (empowerment) merupakan hal penting dan strategis untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi baik organisasi yang
bergerak dalam.kegiatan pernerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam
kegiatan wirausaha. Mengapa penting dan strategis karena pemberdayaan, dalam
suatu organisasi adalah memberikan suport l seperti: unsur‑unsur dalam
organisasi/manajemen, aspek‑aspek / komponen-komponen, organisasi atau
manajemen, kompetensi, wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi/manajemen
tersebut. Pemberdayaan dimaksudkan dalam hal ini adalah memberikan "daya"
(energi atau power) yang lebih daripada sebelumnya, artinya dapat
ditunjukkan dalam hal : tenaga, daya, kernampuan, kekuatan, peranan, wewenang
dan tanggung jawab.
Sebagai contoh dapat dilihat sebagai
berikut:
Seorang
wali murid melapor kepada wali kelas tentang keluhan anaknya yang tidak
mengerti tentang aljabar di kelas dua SMP Dalam kondisi yang seperti itu wali
kelas bersilahturahmi ketempat wali murid, sambil menanyakan kesulitan yang
dialami siswanya. Kemudian wali kelas tersebut memberikan solusi khusus bagi
siswa tersebut.
Dengan kondisi seperti itu wali murid tanpa menunggu perintah dari kepala
sekolah dan langsung mempunyai inisiatif untuk melangkah demi kemajuan siswa.
Selanjutnya
apa yang terjadi ? wali murid tersebut sangat kaget, karena dalam waktu
yang relatif pendek sang wali kelas mau berkunjung kerumahnya untuk meminta
maaf secara langsung sekaligus mau memberi penjelasan kepada anaknya.
Hal
ini menggambarkan pemberdayaan. di suatu organisasi, bahwa karyawan tersebut
memiliki wewenang, inisiatif, tanggung jawab dan menggunakan potensinya guna
menjaga kelangsungan organisasi. Ingat: wali murid adalah raja, maka dalam hal
ini ,karyawan tersebut melebihi tugasnya, fungsinya sehari‑hari
Apabila diperhatikan dari uraian tersebut diatas, maka konsep pemberdayaan
sangat luas cakupannya dan sifatnya komprehensif dan saling terkait secara
sinergis dalam rangka pencapaian, tujuan dan sasaran organisasi sebagaimana
ditetapkan'.dan diharapkan.
4.Batasan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan sebagai kata mempunyai pengertian yang umum yaitu pengertian
etimologis.
Apa
arti empowering ? Asalnya dari kata "power" yang
artinya "control, authority, dominion" Awalan "emp"artinya
on put on to" atau to cover with ‑ jelasnya "More
Power, jadi empowering artinya is passing on authority and
responsibility"yaitu lebih berdaya dari sebelumnya da lam arti
wewenang dan tanggung jawabnya termasuk kemampuan individual yang dimilikinya.
Ini ada hubungannya dengan profesignalisme yang pada awalnya selalu dimiliki
oleh individual ‑ Oleh karena itu empowerment terjadi manakala "when
power goes to eployeyees Who then experience a sense of ownership and control
over.
(Rob
Brown, 199416) yang maknanya ada peningkatan tanggung jawab karyawan.
Walaupun demikian dalam pengertian power termasuk
"energi" pemberdayaan berarti juga "energinya.", jadi
pemberdayaan berarti juga "energinya" ditingkatkan.
Orang menghendaki perubahan yang terencana, sedangkan dalam kejadian-kejadian
yang tidak bisa diperhitungkan, dan direncanakan sehingga segala sesuatunya
dapat dipersiapkan sebelumnya.
Orang
menghendaki perubahan yang terencana, sedangkan dalarn kejadian-kejadian yang
tidak bisa diperhitungkan, dan direncanakan sehingga segala sesuatunya dapat
dipersiapkan sebelumnya.
‑Empowered individuals know that their jobs belong to
them. Given a say in how things are done, employees fee/more responsible. When
they f6el responsible, they show more initiative in their work, get more done,
and enjoy the
work more." (Wellins, 1991:22)
Maknanya
manakala, karyawan lebih merasa bertanggung jawab maka mereka akan menunjukkan
lebih mempunyai inisiatif, hasil pekerjaannya lebih banyak dan lebih menikmati
pekerjaannya).
Sejak terbitnya
buku Osbome dari Gabriel Reinventing
Government,
(1992) pengertian empowerimg mempun. Yai konotasi yang lain dimulai dengan
konsep enterpreuneurial spirit yang seharusnya ada pada birokrasi yang dapat
diartikan bahwa empowerment adalah sesuatu peningkatan kemampuan yang
sesungguhnya potensinya ada, yang usahanya adalah dari kurarig berdaya menjadi
lebih berdaya."
Misalnya untuk
meningkatkan stamina tidak bisa dimulai dari tubuh yang sakit akan tetapi dari
tubuh yang staminanya kurang. Jadi dari sesuatu yang bebas dari beban masalah
setelah menyelesaikan masalahnya barulah dapat diberdayakan. Mungkin juga bisa
bersikap kebetulan, suatu
masalah
dapat dijadikan indikator bahwa salah satu kemungkinan mengatasinya dengan
usaha pemberdayaan.
Dalam
kenyataannya bisa membereskan masalah sambil menanamkan pemberdayaan sehingga
prosesnya lebih cepat selesai, walaupun sudah dapat diperkirakan kesulitannya.
Untuk
membereskan masalah bisa dilaksanakan dengan koordinasi maupun kolabarasi.
Koordinasi lebih terfokus antar struktural namun kolaborasi terfokus pada antar
individu.atau kelompok kecil.
4. Keterkaitan
Pemberdayaan.
Yang dimaksud keterkaitan pemberdayaan yaitu adanya konsep lain yang terkait
misalnya:
a.
Hubungan antara pemberdayaan dengan adanya perubahan, dalam hal ini
adanya perubahan peningkatan, perbaikan reformasi dan penyempurnaan. Jadi
dengan adanya pemberdayaan mampu merubah adanya perbaikan.
b. Perubahan
yang direncanakan, artinya perubahan yang memang dikehendaki (planned change).
Ada pula perubahan secara alami atau (unexpected change) yaitu perubahan yang
berubah dengan sendirinya, tanpa ada usaha.
Perubahan yang dibiarkan atau secara alami mengalami proses yang lebih
lama direncanakan akan mengalami proses waktu yang lebih
disesuaikan dengan tujuannya. Dalam keadaan yang linear orang menghendaki
perubahan yang terencana, sedangkan dalam kejadian‑kejadian yang
tidak bisa diperhitungkan, unexpected result, unpredictable orang sering
terpaksamenerima perubahan yang tidak direncanakan,perubahan yang mendadak,
bahkan perubahan yangsebelumnya ridak terduga atau bahkan tidak
terpikirkan.
Pada umumnya orang senang.menerima perubahan yang bisa diperhitungkan dan
direncanakan sebelumnya. Pemberdayaan sudah tidak lagi mengandalkan kepada
organisasi struktural yang bersifat hirarkis, melainkan sudah berubah
andalannya kepada kelompok yaitu antar individual dengan lingkup yang lebih
kecil.
c. Pemberdayaan dan peranan pengaruh
lingkungan perubahan yang direncanakan tidak jarang terialu statis, orang
enggan meherima perubahan lingkungan yang seharusnya disuaikan.
Pernberdayaan terkait juga dengan
perubahan yang bisa dilakukan dalam keadaan terencana atau tidak terencana.
Jadi peserta tidak usah khawatir bahwa pernberdayaan memerlukan persyaratan
tertentu sehingga sifat dinamika menjadi berkurang.
d.
Kelompok-kelompok
yang mungkin dihadapi pada waktu menjalankan perencanaan pernberdayaan, tidak
mestiberjalan mulus karena anggota satu dan yang lain mempunyai perilaku dan
cara berfikir yang berbeda-beda. Oleh sebab itu perlu ada komitmen dari
kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut mempunyai perilaku yang
berbeda-beda, ada yang pasif, aktif, netral dan penghambat.
5. Pemberdayaan
SDM
Pemberdayaan SDM (Empowerment of Human Resources),merupakan suatu
aspek manajemen yang sangat strategis, karena SDM merupakan daya yang bersumber
dari manusia yang akan memberi daya terhadap sumber-sumber lainnya dalm suatu
manajemen. Apabila manusia tidak dapat menunjukkan daya dan memberikan daya
terhadap sumber lainnya, maka dapat dipastikan manajemen dalam organisasi
tersebut akan tidak tidak efisien.
Dalam Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia ada 2 hal yang perlu dipahami pengertiannya yaitu : Pemberdayaan dan
Sumber Daya Manusia. Kedua perkataan ini
disatukan menjadi satu yaitu "Pemberdayaan Sumber Daya Manusia".
Pengertian tentang pemberdayaan telah dikemukakan pada uraian di muka, dan
selanjutnya akan disajikan tentang pengertian Sumber Daya Manusia.
Untuk memahami pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) , sebaiknya diawali dari
kata kuncinya dahulu yaitu: Daya (energi) dalam konteks SDM
adalah"Daya yang bersumber dari manusia berupa tenaga atau kekuatan yang
ada pada diri manusia itu sendiri, yang memiliki kemampuan (competency) untuk
dinamika, artinya untuk bisa maju‑positif dalam setiap aspek kegiatan
dalam lembaga .
Kegiatan
membangun, atau melakukan kegiatan pembangunan, adalah suatu proses kegiatan
yang sistematik, yang ada kelanjutannya untuk lebih baik dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya, baik bagi diri manusia itu sendiri, maupun lembaga
di mana ia bekerja maupun bagi masyarakat lingkungan dimana kemampuan manusia
tersebut dilaksanakan. Mampu membangun berarti"Daya" (energi ) dan
adanya kemauan untuk bekerja dengan benar dan baik dan tanggung jawab.
Dari pengertian SDM ini menunjukkan bahwa tidak semua manusia dapat disebut
sebagai SDM, karena manusia yang tidak mempunyai/memiliki daya dalarn arti
kemampuan, maka itu tidak layak disebut sebagai SDM.
Menurut Nawawi mengatakan ada tiga
pengertian Sumber Daya. Manusia Yaitu:
a.
Sumber Daya Manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu lembaga
(disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan)
b. Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
c.
Sumber Daya Manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai
modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam
mewujudkan eksistensi organisasi.
Kata Pemberdayaan dan Sumber Daya Manusia, apabila disatukan adalah menjadi
"Pemberdayaan Sumber Daya Manusia", maka dalam konteks ini,
pengertiannya adalah : suatu proses kegiatan usaha untuk lebih memberdayakan
"Daya manusia" melalui perubahan dan pengembangan manusia itu
sendiri, berupa kemampuan (competency), kepercayaan(confidence), wewenang
(authority), dan tanggung Jawab (responsibility) dalam rangka
pelaksanaan kegiatan‑kegiatan (actifities) organisasi untuk meningkatkan
kinerja (performance) sebagaimana diharapkan dalam bidang lain maupun
dalam bidang pendidikan.
Setiap
pemberdayaan merupakan kekuatan yang ada pada sebuah lembaga atau organisasi.
Sumber daya yang tidak berdaya sama halnya dengan tidak adanya sumber
daya manusia, walaupun mempunyai perlengkapan yang lengkap. Peralatan yang
lengkap jika tidak ada yang bisa mengoperasikan sama halnya peralatan tersebut
tidak ada.
Maka
dari itu betapa pentingnya pemberdayaan SDM dalam suatu lembaga, karena melalui
semangat daya yang ada pada SDM itu akan
dapat memanfaatkan berbagai resources yang terdapat dalam
lembaga tersebut.
Peran dalam SDM antara lain:
1. Tool of management yaitu sebagai alat .
2. Changes management, pembaharu untuk meningkatkan kinerja
lembaga.
3. Sebagai Mediator, dalam rangka meningkatkan kinerja
4. Sebagai Pemikir dalam rangka pengembangan organisasi atau
lembaga.
Tujuan
dan arti penting sumber daya manusia dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan Pemberdayaan SDM
Sebagaimana diketahui bahwa sumber dari sumber‑sumbe (Resources) yang
ada dalam manajemen, keberadaan SDM dalam manajemen sungguh sangat strategis
bahkan merupakan kunci untuk keberhasilan manajemen dalam rangka pelaksanaan
berbagai aktifitas untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan. Hal ini dapat
dimaklumi karena betapapun ketersediaan dan kelengkapan sumber‑sumber lainnya
hanya dapat bermanfaat, apabila sumber‑sumber tersebut diberdayakan oleh Sumber
Daya Manusia yang tepat dan handal.
Oleh karena itu
tidak mustahil bahwa usaha pencapaian
tujuan organisasi menjadi tidak efisien
dan tidak efektif karena daya dalam Surnber Daya Manusia tidak menunjukkan dan
tidak menggambarkan sebagaimana diharapkan. Artinya daya yang bersumber dad
manusia berupa tenaga atau kekuatan yang ada pada diri manusia itu sendiri
tidak mampu memberdayakan sumber‑sumber lainnya (Non Human Resources) sehingga
tidak memberi manfaat/hasil dalam suatu organisasi. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka tujuan Pemberdayaan SDM adalah terwujudnya SDM yang
mempunyai kemampuan (competency) yang kondusif, adanya wewenang (authority)
yang jelas dan dipercayai serta adanya tanggung jawab (responsibility) yang
akuntabel dalam rangka pelaksanaan misi organisasi.
b. Arti penting Sumber Daya Manusia,
sebagaimana diketahui, bahwa unsur‑unsur manajemen terdiri dari: manusia (men),
uang (money), metode (method), peralatan/perlengkapan (material),
mesin (machine) dan pasar (market). Unsur‑unsur tersebut
merupakan suatu hal yang harus ada dalam manajemen, karena dengan tidak adanya
salah satu unsur dan unsur‑unsur dimaksud kecuali manusia akan sangat
mempengaruhi terhadap tingkat
keberhasilan dari manajemen
tersebut. Akan tetapi jika manusia tidak ada dalam manajemen, maka manaiernen
pasti tidak ada. Harold Koontz dan C. O'Donnel dalarn bukunya .Principles of
An'alysis of Managerial Function mengatakan bahwa manajemen adalah upaya
mencapai tujuan organisasi melalui kegiatan orang lain (Management is The
Accomplishing of a pre‑determined obyective through, the effort of the other
people)
Manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengendalian sumber daya yang ada (terutama sumber daya
manusia) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Dari
kedua definisi manajemen tersebut, jelas menunjukkan betapa pentingnya SDM
dalam manajemen, bahkan tercapainya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh
"usaha manusia", baik dalam kegiatan perencanaan,
pengorganisasian,pengarahan, pengkoordinasian dan pengendalian. Dengan demikian
dapat dikatakan keberhasilan manajemen dalam suatu organisasi, baik organisasi
yang bergerak pada bidang pemerntahan, maupun organisasi yang bergerak dalam
bidang usaha (bisnis), sangat dftentukan oleh SDM yang ada pada organisasi
tersebut. Artinya dalam hal ini adalah manusia yang memiliki daya, kemampuan
sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam setiap pelaksanaan kegiatan‑kegiatan
organisasi sehingga terwujudnya kinerja sebagaimana diharapkan.
Ada
hal yang sangat penting dalam memperlakukan karyawan struktural maupun
fungsional maupun dalam kehidupan pada masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial, bahwa pada umumnya seseorang dapat
dianggap ‑sudah dewasa apabila orang tersebut telah mempunyai usia diatas 14
tahun, telah kawin, mempunyai anak, mempunyai pekerjaan sebagai mata pencarian.
Konteks seperti ini apakah dapat diberlakukan sama halnya dengan seseorang
pegawai yang telah bekerja dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah
maupun swasta dalam bidang pendidkan maupun organisasi bisnis/usaha atau
organisasi bidang sosial, bahwa pegawai tersebut secara serta merta dianggap telah
dewasa ? Barangkali jawabannya dalam hal ini adalah boleh ya dan boleh tidak.
Untuk lebih jelasnya perlu dipahami apa yang diartikan dengann organisasi,
prinsip-prinsip suatu organisasi.
Pengertian organisasi, yaitu suatu
pola kerjasama antara orang-orang yang terlibat dalam kegiatan yang saling
berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu atau ada yang mengartikan sebuah
perserikatan
antara dua orang atau lebih bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sudah disepakati.
Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sangat ditentukan oleh orang-orang yang ada dalam organisasi
tersebut, dengan landasan azas-azas ataupun prinsip-prinsip yang menjadi acuan
dalam organisasi tersebut.
Prinsip-prinsip organisasi, dapat digunakan sebagai acuan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Kejelasan tujuan yang ingin
dicapai.
b. Pemahaman tujuan oleh para
anggota
c. Penerimaan tjuan oleh para
anggota
d. Adanya kesatuan arah
e. Kesatuan perintah
f. Fungsionalisasi
g. Pembagian tugas
h. Kesederhanaan struktural
i. Adanya pola pendelegasian
wewenang
j. Rentang pengawasan
k. Keseimbangan antara jasa dan
imbalan
Dengan prinsip-prinsip tersebut dipahami dan dilaknasakan leh setiap anggota
organisasi dalam aktifitas-aktifitasnya, maka organisasi tersebut diharapkan
dapat berjalan secara efsien dan
efektif.
Keberadaan dan peran pegawai dalam
organisasi seperti diketahui, tidak ada organisasi yang bergerak dalam suasana
vacum, akan tetapi senantiasa bergerak dalam suasana dinamis. Hal ini seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai tuntutan
kebutuhan akibat berbagai faktor‑faktor yang mempengaruhi. Mengingat demikian
halnya, maka keberadaan clan peran pegawai dalam suatu organisasi adalah sangat
menentukan, karena berhasil tidaknya atau mundur majunya organisasi tersebut
sangat tergantung kepada pegawai yang bersangkutan, baik kedudukannya sebagai
pimpinan maupun kedudukannya sebagai pelaksana.
Dalam kaitan ini, maka perlu dijawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Siapa yang melakukan dan apa yang
dilakukan.
Hal ini menyangkut penempatan dan penugasannya personil. Dan harus disesuaikan
dengan tugas job diskripsi, analisis jabatan, dan kalsifikasi jabatan. Setelah
mengetahui tugasnya berapa orang yang diperlukan bergantung dengan: (1)
kesulitan pekerjaan, (2) waktu yang dibutuhkan (3) tingkat kepentingan
Apabila pertanyaan menyangkut kualifikasi sudah barang tentu berkaitan dengan
Kemampuan (competency) yang dimiliki oleh pegawai yang sesuai
denganjabatan dalam organisasi tersebut. Kemampuan yang dimaksud dalam hal ini
adalah kemampuan manajedal yaitu seseorang pegawai dituntut dari mereka dalam
menduduki berbagai jenjang jabatan Kepemimpinan senantiasa mempunyai.
Kemarnpuan manajerial. sedangkan kemampuan teknis (pelaksana)
yaitu seseorang pegawai dituntut dari mereka dalam melaksanakan tugas mempunyai
kemampuan operasional.
Kepada
siapa bekerjaan tersebut harus dipertanggung jawabkan.. Semua itu bergantung
dari siapa pekerjaan tersebut didapat dengan berdasar hirarki yang ada dalam
struktur organisasi yang sudah menjadi komitmen bersama-sama.Dengan demikian
maka, organisasi harus menggambarkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung
jawab. Ketidak jelasan tentang wewenang dan tanggung jawab justru mencerminkan
pegawai tidak jelas pula apa yang seharusnya dikerjakan. Ini akan menimbulkan
pekerjaan menjadi terlantar, terhambat dan tidak terselesaikan sesuai dengan
program.
6. Aspek-aspek komponen Pemberdayaan SDM
Pada uraian‑uraian diatas telah dikemukakan, bahwa SDM dalam organisasi sangat
strategis dan menentukan, bahkan keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan
yang dketapkan justru ditentukan oleh faktor sumber daya manusianya. Oleh
karena itu suimber daya manusia selaku pegawai yang tidak memberi daya adalah
tidak dikatagorikan sebagai sumber daya manusia dalam suatu organisasi.
Sehubungan
dengan itu, maka aspek‑aspek atau komponen‑komponen yang pertu mendapat
perhatian dalam rangka pemberdayaan sumber daya manusia adalah
a.
Kemampuan (competency) pegawai meliputi
pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill) dan sikap atau
perilaku (affitude)
b.
Penempatan pegawai yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan jabatan, dalam suatu
organisasi, artinya pegawai yang ditempatkan dalam suatu jabatan senantiasa
dikaitkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan the
Right men in the Right place).
c.
Kewenangan yang jelas, artinya seseorang pegawai yang ditempatkan atau yang
diserahi tugas, harus jelas kewenangannya. Karena seseorang yang tidak jelas
kewenangannya akan menimbulkan keragu‑raguan dalam setiap melakukan kegiatan.
Apabila demikian halnya, maka pegawai (SDM) tersebut kurang berdaya atau tidak
efektif didalam melaksanakan tugas tugasnya.
d.
Tanggung jawab pegawai yang jelas, artinya seseorang pegawai melakukan tugas
atau wewenangnya, senantiasa diikuti dengan tanggung jawab. Karena dengan
demikianlah si pegawai tersebut senantiasa dituntut bertindak menampilkan yang
terbaik dalam arti secara efektif dan efisien.
e.
Kepercayaan terhadap pegawai yang bersangkutan,
artinya bahwa seseorang pegawai
yang ditugasi atau diserahkan wewenang dengan pertimbangan yang matang dari
berbagai aspek‑aspek yang pada hakekatnya dapat disimpulkan bahwa yang
bersangkutan adalah dipercayai atau diberi keperdayaan sepenuhnya untuk
mengemban tugas, wewenang dimaksud.
f. Dukungan terhadap pegawai yang bersangkutan
artinya pegawai tersebut kita yakini dan dipercaya untuk mengemban misi
organisasi. Dalam hal memerlukan dukungan dari pihak lain senantiasa dapat
memberi dukungan untuk keberfiasilan misi dan peningkatan, kinerja
organisasi. Dukungan yang dimaksud baik dari pihak
pimpinan maupun pihak‑pihak lainnya.
Dukungan dari beberapa pihak yang terkait menjadi suatu
kekuatan didalam support dalam melangsungkan keberhasilan dari sebuah visi
maupun misi yang diinginkan dalam organisasi .
Dukungan yang paling bermanfaat, dalam support tersebut
yaitu minimal menjalankan komitmen yang telah dibangun atau disepakati
bersama .
g
. Kepenimpinan (leader ship) adalah kegiatan
mempengaruhi
orang‑orang agar mereka mau bekela sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan kepernimpinan sebagaimana dimaksud akan menggambarkan:
·
Kemampuan mmpengaruhi orang lain,
bawahan, atau.kelompok
·
Kemampuan mengarahkan tingkah laku
bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok
h.
Motivasi, merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang memberi
daya, memberi arah dan memelihara tingkah laku. Dalam kehidupan sehari‑hari,
motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan atau
rangsangan kepada para karyawan
(pegawai)
sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa. Dengan demikian
bahwa pemberian motivasi merupakan hal yang sangat penting terhadap sumber daya
manusia, agar mereka .tetap dan mau melaksanakan pekerjaan (misi) lembaga
sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dengan ikhlas dan sepenuh hati.
Dengan motivasi yang tumbuh pada setiap individu yang ada pada personil dalam
lingkup lembaga akan memberi kekuatan pada lajunya organisasi atau lembaga yang
didasari atas kesadaran pribadi masing-masing.
B. PERENCANAAN PEMBERDAYAAN SDM
Mengingat pemberdayaan sumber daya manusia Merupakan kunci yang sangat
strategis dan menentukan terhadap proses kegiatan pelaksanaan roda atau
lembaga, organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka
tidak dapat dipungkiri bahwa pembentukan sosok sumber daya manusia yang
dipersyaratkan adalah merupakan sumber daya manusia mempunyai tujuan dai
korelasi yang sangat signifikan terhadap lembaga, mencakup:
1 . Produktifitas kerja
Dengan pemberdayaan, maka
produktifitas kerja pegawai semakin meningkat kualitas dan kuantitas produk.,
semakin baik, karena technical skill, human skill dan managerial
skill pegawai semakin baik.
2. Efisiensi
Pemberdayaan pegawai mempunyai
korelasi yang sangat signifikan terhadap peningkatan efisiensi tenaga, waktu
bahan baku, mengurangi ausnya mesin, pemborosan berkurang, biaya produksi
relatif kecil sehingga daya saing organisasi/perusakan berpeluang besar.
3. Pelayanan
Pemberdayaan senantiasa berorientasi
pada peningkatan pelayanan yang hakekatnya berorientasi pada kepuasan pelanggan
(satisfaction customer service), karena pemberian pelayanan yang
memuaskan akan menjadi daya tarik yang sangat penting bagi rekanan perusahaan
bersangkutan.
4. Konseptual
Melalui pemberdayaan, maka setiap
pegawai semakin cakap dan cepat mengenali berbagai hal dalam kehidupan
organisasi karena technical skill, human skill dan managerial skilinya semakin
berkualitas artinya tingkat kemampuannya (competency) semakin baik
5. Kepemimpinan
Dengan pemberdayaan, kepemimpinan
seseorang manajer akan lebih baik, human relationsnya lebih luwes,
motivasi lebih terarah, pembinaan kerjasama baik secara vertikal, horizontal
maupun diagonal semakin baik dan harmonis.
Memperhatikan tujuan pemberdayaan sumber daya manusia tersebut, maka dalam
rangka pemberdayaannya, diperlukan kegiatan perencanaan SDM yang baik dan
terncana sehingga kegiatan pemberdayaan yang dilakukan sesuai dengan yang
diharapkan
Dalam hubungan perencanan sumber daya
manusia, tersebut, ada empat langkah pokok yang dilakukan yaitu:
1 . Perencanaan
untuk kebutuhan masa depan.
Berapa orang dengan kemampuan apa yang dibutuhkan organisasi untuk
dipertahankan dalam operasi selama suatu jangka waktu yang dapat diperkirakan
dimasa depan.
2.
Perencanaan untuk keseimbangan masa depan.
Berapa banyak karyawan yang sekarang.ada dapat diharapkan tetap tinggal dalam
organisasi. Selisih antara angka ini dengan angka yang akan dibutuhkan oleh
organisasi membawa kelangkah beriknya.
3. Perencanaan untuk pengadaan dan
seleksi atau untuk pernberhentian sementara.Bagaimana organisasi dapat mencapai
jumlah orang yang akan diperkirakan.
4.
Perencanaan untuk pengernbangan
Bagaimana seharusnya pelatihan dan
penggeseran orang‑orang dalam organisasi diatur sehingga organisasi akan
terjamin dalam hal
pengisian yang kontinyu akan tenaga‑tenaga
yang berpengalaman.
Stoner/Wankel melalui langkah‑langkah ini akan clapat menentukan
kebutuhan sumber daya manusia atau pegawai dengan mengkaitkan faktor lingkungan
dalam organisasi clan faktor lingkungan luarnya. Untuk kebutuhan tersebut
pimpinan akan dapat menetapkan bagaimana prosedur rekrutmen, pelatihan dan
pengembangan yang perlu diikuti, sehingga sumber daya manusianya senantiasa
dapat tersedia dan up to date sesuai dengan tuntutan kebutuhan
organisasi. maka selanjutnya disajikan dari sisi proses perencanaan
sumber daya manusis yang menekankan pada dua kegiatan utama yang harus
dilakukan, yaitu
a. Kegiatan analisis volume dan
beban kerja yang terdiri dari tiga kegiatan sebagai berikut :
1) Melakukan usaha
memastikan sebab‑sebab kebutuhan tenaga keda berdasarkan volume dan beban kerja
yang bersumber dari rencana strategis dan rencana operasional
organisasi.
2) Memilih
teknik peramalan (prediksi) yang akan dipergunakan untuk menetapkan
tenaga keda yang dibutuhkan, baik kuantitatif maupun kualitatif.
3)
Menetapkan prakiraan kebut bahan tenaga keda untuk
jangka
pendek dan jangka panjang.
b. Kegiatan analisis
kekuatan/kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki organisasi, dengan dua
kegiatan sebagai berikut:
1)
Melakukan analisis sumber daya manusia untuk mengetahui jumlah clan
keterampilan/keahlion sumber daya manusia yang dimiliki organisasi.
2)
Hasil analisis tersebut diatas dipergunakan' untuk merumuskan perkiraan
persediaan (supp!y) sumber daya manusia baik dari dalam maupun dari luar
organisasi.
Maka
untuk memastikan dan memutuskan kebutuhan sumber daya manusia merupakan suatu
yang harus dikaitkan dan diselaraskan dengan strategi lembaga baik untuk jangka
pendek maupun jangka panjang.
Dengan
menyimak uraian‑uraian tersebut ditas, makna manfaat perencanaan sumber daya
manusia adalah sebagai berikut
a. Organisasi dapat memanfaatkan sumber daya
manusia yang sudah ada.dalam organisasi secara lebih baik.
b.
Melalui sumber daya manusia yang matang, produktifitas kerja dari
tenaga yang sudah ada dapat ditingkatkan.
c. Perencanaan sumber daya manusia
berkaitan dengan penentuan akan kebutuhan akan tenaga yang potensi kerja dimasa
depan, baik dalam arti jumlah dan kualifikasinya untuk mengisi berbagai jabatan
dan menyelenggarakan berbagai aktifitas baru kelak.
d.
Salah satu segi manajemen sumber daya manusia yang dewasa ini dirasakan semakin
penting ialah penanganan informasi kebutuhan personil yang akan menempati
posisi kerja..
e. Untuk melaksanakan kegiatan
pendahuluan dalam melakukan perencanaan termasuk perencanaan sumber daya
manusia dapat dilakukan melalui penelitian.
f.
Rencana sumber daya manusia merupakan dasar bagi penyusunan program kerja bagi
satuan kerja yang menangani sumber daya manusia organisasi.
Menurut Sondang P. Siagian Pada uraian dimuka telah dikemukakan bahwa
keberhasilan organisasi sangat tergantung pada tingkat kemampuan sumber daya
manusianya, oleh karena itu perencanaan pengembangan sumber daya manusia
merupakan keharusan atau mutlak guna menjamin tersedianya sumber daya manusia
yang tepat jumlah dan tepat kualitas. Dalam hubungan pembentukan
kualitas, maka pengembangan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) sebagai
salah satu media yang paling strategis, karena Diklat merupakan sarana yang
handal untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan (knowledge), keahlian
(skill) dan sikap (attitude) pegawai sesuai dengan kebutuhan pekerjaan .
Kebutuhan tersebut bisa dilakukan dengan Training need analysis
C. PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM
Sebagaimana diketahui bahwa lembaga atau organisasi tidak ada dalam suasana
pasif, akan tetapi senantiasa dituntut dinamis sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman yang begitu kompleks dan kompetitif pertumbuhan teknologi
yang semakin canggih. Dalam hubungan ini maka eksistensi Sumber Daya Manusia
(SDM) semakin penting dan mempunyai peranan yang sangat strategis, bahkan dapat
dikatakan menjadi kunci keberhasilan lembaga atau organisasi dalam setiap
proses pelaksanaan kegiatan‑kegiatannya. Agar SDM dimaksud dapat berperan,
berfungsi dan mampu kompetitif, maka kompetensi SDM merupakan prasyarat, yang tidak
dapat diabaikan karena melalui kompetensi yang berkualitas akan menunjukkan
kemampuan (competency) sebagaimana diharapkan. Kompetensi yang diartikan
dalam hal ini adalah tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap atau perilaku
yang dimiliki oleh seorang individu dalam melaksanakan tugas yang ditekankan
kepadanya dalam lembaga atau organisasi.
Boyatzis memberikan
batasan kompetensi secara luas yaitu sesuatu yang mendasari karakteristik
seseorang. Kompetensi dapat berupa suatu
motif, sifat, ketrampilan, aspek self
image seseorang atau peran sosial, ataupun suatu pengetahuan yang digunakan
oleh seseorang".
Selanjutnya Rotwell menuliskan bahwa
Competencies Area intemal capabilities that people brings to
their job :
capabilities which may be expressed in a broad, even
infinite array of an the job behaviour
Dalam kompetensi ini menurut Rotwell dapat dibedakan menjadi
empat, yaitu:
1
. Kompetensi Teknis (Technical Competence), yaitu kompetensi mengenai
bidang yang menjadi tugas pokok organisasi.
2. Kompetensi Manajerial
(Managerial Competence) adalah kompetensi yang berhubungan dengan berbagai
kemampuan
manajerial yang dibutuhkan dalam menangani tugas‑tugas organisasi.
3.
Kompetensi Sosial (Social Competence) yaitu kemampuan melakukan
komunikasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas pokoknya.
4.
Kompetensi lntelektual /Strategik (Intelectual/Strategic Competence)
yaitu kemampuan untuk berpikir secara stratejik dengan visi jauh ke depan.
Mengingat organisasi senantiasa
dinamis seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dihadapkan kepada era kompetitif, maka pengembangan kompetensi
merupakan suatu hal yang harus dilakukan secara kontinyu dan terencana dalam
suatu organisasi. Artinya setiap pengembangan kompetensi SDM harus
didasarkan pada hasil analisis kebutuhan pekerjaan atau jobs dan analisis
jabatan, sehingga pengembangan tersebut tepat orang, tepat kebutuhan sasaran
dan tepat jumlah.
Dengan demikian tidak ada pengembangan kompetensi SDM yang menjadi beban
organisasi, akan tetapi pengembangan kompetensi SDM merupakan alat yang sangat
strategis untuk meningkatkan kinerja masing‑masing individu dan kinerja
organisasi. Dalam kaitan pengembangan kompetensi, pada hakekatnya kompetensi
SDM dapat dikelompokkan atas 2 kelompok yaitu:
1. Kompetensi
Umum (General Competency)
Artinya dalam level organisasi yang
eselonnya setingkat (setara) walaupun substansi tugas pokok organisasinya
berbeda, namun jenis kompetensi umum yang dibutuhkan atau yang dimiliki dapat
disamakan.
2. Kompetensi Khusus (Spesific Competency)
Artinya
setiap satuan unit kerj/organisasi tidak dapat disamakan jenis kompetensinya,
karena latar belakang teknis substantif (Technical Competence).
Dari
kedua kelompok kompetensi tersebut, apabila dicermati secara seksama, maka pads
umumnya pokok‑pokok kompetensi tersebut dapat dikembangkan yaitu sebagai
berikut :
1 .Kompetensi kerjasama Tim;
2. Kompetensi komunikasi;
3. Kompetensi adaptasi terhadap
perbuatan;
4. Kompetensi kepuasan pelanggan;
5. Kompetensi pernecahan masalah;
6. Kompetensi kepernimpinan;
7. Kompetensi pencapaian tujuan;
8. Kompetensi teknis operasional;
9. Kompetensi efektifitas pribadi.
Berdasarkan pokok‑pokok kompetensi
tersebut diatas, akan dijadikan sebagai acuan untuk menyusun dan mengembangkan
kompetensi SDM melalui program‑program pendidikan dan pelatihan. Oleh karena
itu program pendidikan dan pelatihan yang efektif adalah Diklat yang mampu mengisi
tuntutan kebutuhan kompetensi SDM sesuai dengan yang diharapkan, dalam arti
mempunyai manfaat dan pengaruh terhadap peningkatan kinerja Lembaga.
D. STRATEGI PEMBERDAYAAN SDM.
Untuk memahami strategi pemberdayaan dalam sebuah lembaga yaitu melihat sejauh
mana kekuatan dan kelemahan organisasi yang harus diperhitungkan sebelum
konsep pemberdayaan pegawai diberikan. Kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi
yang bias dilihat, dan dirasakan dari setiap kejadian yang ada. Atau bisa dipantau
dari kegiatan yang dilakukan dengan memperhatikan kinerjanya
baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut bisa muncul dari
beberapa aspek antara lain: aspek manajemen, aspek informasi, aspek profil
personil dan aspek produktivitasnya dan strateginya bias diterapkan
dengan hal-hal sebagai
Strategi
dalam sudut pandang bisa diterapkan hal-hal sebagai berikut:
a.
Kreativitas.
Bagaimana
untuk mendorong agar personal untuk berkreasi dalam kepentingan
lembaga. Dalam hal ini peran pimpinan sangat diperlukan , karena pimpinanlah
yang bisa mendorong pegawai untuk menunjukkan kreativitas dan pimpinan
menhargai hasil usaha personal tersebut.
b.
Inovasi.
Inovasi
adalah upaya untuk merangsang personal didalam mencoba dan
menemukan hal-hal yang baru dan merupakan kesempatan untuk menemukan strategi
atau kebijakan baru yang sering kali terlupakan oleh jajaran manajemen.
c.
Sinergi
Yaitu
mengadakan hubungan antar personal yang harmonis, kompak, saling mengisi dan
adanya kebersamaan dan mendorong personal untuk berprestasi. Begitu pula
tercipta rasa aman dan nyaman dalam menjalankan aktivitasnya sehingga hasil
kerja akan meningkat dan pemberdayaan pegawai akan berjalan sesuai dengan
harapan.
d.
Pemberian tanggung jawab.
Sebagai
pertanggungan jawab atas semua kegiatan yang dilakukan atas peran yang
diberikan oleh lembaga. Semua yang dilakukan bisa dipertanggungjawabkan atau
akuntability setiap pekerjaan yang dilakukan.
Dari
semua pemberdayaan diperlukan pembangunan kualitas manusia yang mempunyai lima
aspek yang terdiri dari berproduksi, pemerataan, pemberian keleluasan dan
wewenang, keberlangsungan untuk berkembang (sustainable) dan kesadaran
akan interdepedensi.Karenanya pembangunan kualitas manusia pada dasarnya
merupakan upaya mengembangkan inisiatif yang kreatif.
Menurut
Bryant dan White (1987), menyatakan ada empat aspek dalam pembangunan
kualitas manusia antara lain:
a.
Pembangunan harus memberikan penekanan pada kapasitas, kepada apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut serta enerji yang diperlukan.
b.
Pembangunan harus menekankan pemerataan , perhatian yang tidak merata pada
berbagai kelompok masyarakat akan memecahkan masyarakat dan akan menghancurkan
kapasitas mereka.
c.
Pembangunan mengandung arti pemberian kuasa dan wewenang yang lebih besarkepada
rakyat. Hasil pembangunan baru cukup bermanfaat bagi masyarakat bila mereka
memilki wewenang yang sepadan.. Pembangunan harus mengandung upaya peningkatan
wewenang kepada kelompok maasyarakaaat yang lemah. Koreksi terhadap
keputusan-keputusan yang tidak adil tentang alokasi hanyalah dapat dilakukan
bila kelompok lemah ini mempunyai wewenang yang cukup besar.
d. Pembangunan mengandung pengertian
kelangsungan perkembangan dan interdependensi di antara negara-negara didunia.
Karena konsep kelangsungan dan kelestarian pembangunan, kendala sumber daya
yang terbatas dan langka akan menjadi pertimbangan utama dalam upaya
meningkatkan kapasitas.
Menurut Korten dan Carner (1984), bahwa pembangunan dipusatkan
untuk kepentingan masyarakat. Dengan beberapa pokok pikiran yang
mencakup :
Pertama keputusan dan inisiatif
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dibuat di tingkat lokal oleh
masyarakat yang memiliki identitas yang diakui perannya sebagai partisipan dalam
proses pengambilan keputusan. Kedua memperkuat kemampuan kebutuhan
masyarakat, dalam artian memenuhi
keinginan masyarakat yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
E. KAPASITAS SDM
Kita sering menjumpai keluhan, banyak personal tetapi masing kuran, ada juga
sedikit tetapi merasa sudah banyak. Dalam pernyataan tadi menjadi sebuah dilema
bagaimana seharusnya. Apa seharusnya yang menjadi faktor efisiensi pemanfaatan
sumber daya tersebut. Seperti diketahui bahwa prinsip lembaga maupun
organisasi antara lain dikatakan, adanya prinsip pembagian habis tugas dan
penempatan orang sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh satuan unit kerja
dalam lembaga tersebut. Langkah penting
yang dilakukan hendaknya sebelum pengadaan pegawai rekrutmen adalah
menentukan tentang:
a.
Jenis pekerjaan (fungsional atau struktural)
b. Kualitas pekerjaan
c. Kuantitas yang sesui kebutuhan
d. Memenuhi atau mengisi kebutuhan
jabatan
Untuk menentukan kuantitas dilakukan
melalui analisis beban kerja dari sisi kebutuhan baik isi maupun jumlah bidang
pekerjaannya (Work Load atau Work Content).
Didalam analisis jabatan ada beberpa
prinsip yang diperhatikan antara lain:
a. Harus bisa memberikan fakta yang
terkait dengan jabatan.
b.
Harus bisa memberikan fakta yang terkait dengan tujuan
c.
Harus bisa memberikan informasi yang lengkap, tepat, akurat
d.
Harus bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Efisiensi
kegiatan analisis jabatan harus bisa mengukur beban kerja dan membuat standart
hasil kerja yang dapat menunjukkan berapa banyak banyak hasil yang
diharapkan dari setiap personal yang bersangkutan.
Menurut
O.Glenn S. dalam Public Personal Administration menyebutkan
macam-macam informasi yang bermakna sebagai berikut:
a.
Tanggung jawab apa yang harus dipenuhi.
b. Pengetahauan apa yang haris
dimiliki
c. Kuwajiban apa yang harus
dilaksanakan
d. Ketrampilan apa yang harus
dimiliki
e. Kepada siapa pekerjaan tersebut
dilakukan
Untuk memperoleh informasi uraian
tersebut di atas dapat diperoleh dari beberapa sumber informasi yang kompeten
dalam bidang tersebut misalnya, dari Sumber Daya Manusia yang mempunyai
pengalaman
yang banyak dalak melaksanakan
pekerjaan tersebut, orang yang memahami teentang bidang pekerjaan
tersebut atau yang berkecimpung dalam bidang tersebut, dari orang
yang punya pengalaman dalam bidang tersebut.
Kalau analisis beban kerja tersebut
telah dipelajari, maka kondisi tersebut dijadikan dasar strategis dalam
pengembangan SDM yang mencakup tentang:
a.
Jumlah Sumber Daya Manusia yang diperlukan
b. Persyaratan dalam jabatan
c. Kompetensi yang dibutuhkan
d. Pemanfaatn SDM yang tepat
e. Penempatan SDM yang sesuai dengan
kebutuhan
f. Penempatan yang sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki.
F. CARA PEMBERDAYAAN SDM
1. Memberi Peran
Setiap unit lembaga pasti ada yang ditunjuk untuk sebagai peran dalam
melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat yang ada dalam lembaga
tersebut. Seseorang yang diberi peran dalam pekerjaan akan merasa ada
perhatian khusus dari lembaga yang dapat mempengaruhi psikologi pelakunya dan
secara langsung dia mempunyai tuntutan agar orang lain berperilaku kepadanya
yang sesuai dengan kondidi perannya. Misal seorang guru akan bererilaku sebagai
guru yang baik dalam setiap waktu. Kondisi yang seperti itu dapat mempengaruhi
dari dorongan pemberian peran. Dan jangan sampai peran yang diberikan
bertentangan dengan kompetensi yang dimiliki dan kemauan jiwa yang dimiliki.
Begitu pula peran yang diberikan tidak over load . Agar semua bisa
teratasi dengan baik diperlukan :
a. Rancangan beban tugas harus jelas
dan pas.
b. Mempunyai tujuan peran yang jelas
seperti program promosi
jabatan dan
lain-lainnya.
c. Menerapkan manajemen kinerja yang
efektif.
d.
Merancang sesuai dengan kebutuhan
e.
Menjelaskan keseluruhan kepada steakholder .
f.
Membuat Struktur Organisasi yang jelas.
Pemberian peran bsa pula pemberian kewenangan yang berarti pemberian kompetensi
yang dipercayakan kepada personal yang ada di
lembaga
atau organisasi. Tujuan ini untuk mendorong agar mempunyai kredibiltas dalam
unit kerja, organisasi maupun lembaga.
2.
Membentuk Kelompok Kerja
Dalam hal ini bisa membentuk team talk, bisa dlakukan secara fomal maupun
non formal. Formal memang ada kesengajaan untuk dibentuk kelompok kerja dan non
formal dibentuk hanya kepada personal yang mempunyai kepentingan bersama. Ada
beberapa langkah dalam mebentuk kelompok:
a. Storming, yaitu menghimpun
pendapat dari beberapa anggota kelompok dan merumuskan bersama-sama.
b. Pembentukan diri, yaitu
saling mengenali satu sama lain dan mempelajari peran mereka dalam kelompok.
c. Norming, yaitu menentukan norma
atau aturan-aturan yang ditetapkan.
d. Performing, yaitu menampilkan
kegiatan-kegiatan yang sudah disepakati bersama-sama.
Jika terjadi konflik dalam kelompok
dan hal ini tidak bisa dihindari karena perbedaan sudut pandang dari
anggota yang berbeda-beda pola pikir. Karena konflik tidak bisa dihindari maka
perlu bibuat atau dikondisikan masalah sebagai materi konflik. Jadi konflik
dirancang, ada yang mendukung ada yang tidak mendukung sebisanya dihindari
konflik yang menurunkan kinerja.
Dalam pemberian peran yang berupa
kewenangan atau pemberian kewenangan kepada seseorang dan atau kelompok
orang tertentu yang dihasilkan dengan akuntabilitas kinernya memerlukan
berbagai persyaratan, antara lain sebagai berikut:
a. Dapat dipercaya.
b. Mempunyai kemampuan.
c. Mempunyai reputasi.
d. Mmpunyai kondisi fisik yang
memadai.
e. Memiliki motivasi yang tinggi
untuk berprestasi.
f.
Mempunyai moral yang baik.
Bagaimana
mengadakan pemberdayaannya, antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Adanya dorongan untuk berani mencoba mengambil bagian
dalam proses pembaharuan yang dilakukan dalam organisasinya.
b. Diberikan tantangan bagi para pelaksana pembaharuan untuk
dapat bergerak dan ter,otivasi dalam proses pembaharuan.
c. Diberikan peluang untuk terlibat dan mengambil peran dalam
proses pembaharuan.
d. Pemberian kesmpatan untuk mengikuti training dan guidance
e. Pemberian dukungan baik moril maupun lainnya sebagai
supporting.
f. Diberikan reward atau penghargaan, bagi yang berhasil dengan
demikian merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu keberhasilan yang
lebih baik lagi.
G. PEMBERDAYAAN
MELALUI PELATIHAN
Pemberdayaan
manusia bisa dilakukan melalui pelatihan dengan cara mengembangkan potensi yang
ada pada disi setiap manusia. Pengembangan
Sumber Daya Manusia, merupakan upaya dalam mengembangkan sumber daya
manusia agar produktif dalam bidang pekerjaan yang ditekuni.
Perkembangan IPTEK mengalami perubahan teknologi beserta sistemnya. Sedangkan
kondisi kualitas tenaga kerja saat ini belum adanya keseimbangan antara
kualitas tenaga kerja terhadap kualitas pendidikan, akibatnya peluang kerja
tidak bisa terpenuhi secara utuh oleh kemampuaan kulitas pendidikan.
Rendahnya mutu pendidikan tidak
terlepas dari pengaruh ekonomi, kebjakan pemerintah dan faktor-fakor
lainnya.
Rendahnya
angkatan kerja di pasar kerja global, tidak terlepas dari permasalahan
kebijakan dalam pengembangan SDM. Hal disebabkan karena:
1.
Belum adanya
informai ketenagakerjaan yang konkrit meliputi kwalifikasi kerja, upah yang
akan diberikan, dan klasifikasi jabatan kerja.
2.
Rendahnya
anggara pendidikan
3.
Kurangnya
penelitian antara kualitas pendidikan, pengaruhnya terhadap pekerjaan di pasar
kerja
4.
Belum
terciptanya koordinasi yang harmonis antara departemen Pendidikan dan sektor
ketenaga kerjaan.
5.
Pendidikan dan
pelatihan masih belum terprogram dengan baik
6.
Perusahaan dan
Industri masih belum mempunyai perencanaan SDM dan PSDM yang
baik.
Kebutuhan
tenaga kerja profesional sangat diperlukan di dunia kerja dan kesiapan tenaga
kerja masih belum bisa memadai disebabkan kemampuan lulusan pendidikan formal
masih kurang memenuhi persyaratan kerja.
Perencanaan
SDM, dalam mengisi kebutuhan kerja diperlukan perencanaan SDM dengan beberapa
tahapan antara lain:
1.
Analisis
kompetensi, yaitu mengamati kemampuan tenaga kerja yang akan dipersiapkan
2.
Analisis
kebutuhan SDM, yang meliputi jumlah jabatan, pekerjaan yang akan dikerjakan,
dan jumlah SDM yang dibutuhkan.
3.
Analisis
pembinaan SDM, yaitu kekurangan kompetensi yang dimiliki SDM perlu ditambah
melalui pelatihan.
A. STRATEGI
PSDM
Pengembangan
Sumber Daya Manusia, bisa dilakukan dengan melalui pelatihan dan mengapa ini
sangat diperlukan karena :
1.
Sumber Daya
Manusia, sangat menentukan produktivitas
2.
Adanya
perubahan globalisasi
3.
Tenaga Kerja
yang terampil sangat dibuthkan
4.
Perubahan IPTEK yang cepat
5.
Tempat kerja semakin komplek
6.
Perusahaan
semakin sadar akan manfaat pelatihan.
Peranan sekolah
dan Perguruan Tinggi mempunyai aset yang besar dalam pengembangan SDM dan
peran pendidikan sangat menentukan dalam penyiapan tenaga kerja. Rendahnya para
lulusan karena adanya:
1.
Pendidikan
kurang mempunyai akses dengan stakeholder yang ada di perusahaan.
2.
Belum selaras
antara visi pendidikan dan visi dunia kerja
3.
Pertumbuhan
IPTEK di sekolah lebih lamban dari pada perkembangan teknologi di dunia
industri.
4.
Para pendidik
kurang profesional
5.
Sarana dan
prasarana kurang
6.
Belum adanya
program mutu
7.
Pendidikan
masih berorantasi dengan ijazah.
Pemecahannya dapat dilakukan sebagai
berikut:
1.
Harus adanya
keselarasan mutu pendidikan dan kualitas kebutuhan tenagan kerja.
2.
Adanya jalinan
yang baik antara sekolah dan industri
3.
Adanya anggaran
pembinaan melalui pelatihan
4.
Kurikulum harus
disusun berdasarkan kebutuhan pasar kerja
5.
Tenaga guru
maupun dosen harus mempunyai kemampuan kompetensi yang profesional
6.
Fasilitas
pendidikan harus cukup
7.
Adanya
perbaikan yang berkelanjutan.
8.
Adanya
partisipasi yang aktif dan jalinan dari kedua belah pihak
9.
Adanya evaluasi
dari dunia industri tentang pelaksanaan pendidikan.
Untuk
meningkatkan potensi personal kerja dapat dilakukan dengan pengembangan sumber
daya manusia melalui pelatihan ker
Pola pikir
manajemen sumber daya pelatihan
Gambar 4
Alur Pola pikir Sumber daya Pelatihan
Dalam
peningkatan sumber daya manusia diperlukan, pelatihan yang tepat
dan harus mengetahui visi, misi serta sasaran yang hendak dicapai. Oleh
sebab itu fihak manajemen harus bisa memberikan pemahaman kepada stakholder
tentang visi misi serta sasaran pelatihan. Dalam manajemen SDM
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dan semua itu dianalisis oleh
pihak manajem,en supaya aplikasi fungsi manajemen dapat dilakukan secara baik
dan efektif. Salah satu yang perlu diketahui dan dicermati adalah perbedaan
individu SDM karena menyangkut sikap mental dan faktor lain yang terkait dengan
pribadi personil. Untuk menindak lanjuti perlu pendekatan yang tepat
agar dapat mendorong sumber daya manusia untuk mengerahkan dan mengarahkan
potensi yang dimiliki mengacu pada perwujudan visi dan misi serta sasaran
pelatihan. Sumberdaya manusia pelatihan antara lain meliputi :
1.
Instruktur,
atau tenaga fungsional
2.
Pembantu
instruktur / asisten instruktur
3.
Administrasi
pelatihan atau tenaga struktural
4.
Pustakawan
5.
Toolman
6.
Ketua jurusan
7.
Penanggung jawab pelatihan
8.
Penanggung jawab unit kerja
9.
Penanggung jawab bagian pelatihan
10. Penanggung jawab bagian pengembangan
11. Penanggung jawab bagian penempatan dan bursa kerja
12. Penanggung jawab bagian pemasaran
Semua personil
yang menangani pelatihan pada prinsipnya hanya ada dua yaitu bagian fungsional
dan struktural. Kelompok fungsional menangani dalam hal pengajaran atau
pelatihan dan kelompok struktural mengani dalam sport pelatihan atau
administrasi pelatihan. Secara rinci dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Tenaga
fungsional meliputi:
a.
Instruktur
b.
Asisten Instruktur
c.
Toolman
d.
Pustakawan
2. Tenaga
Struktural meliputi:
a.
Kepala unit
b.
epala bagian
Tata Usaha
c.
Kepala bagian
Pelatihan
d.
Kepala Gudang
e.
Kepala
Pemasaran
f.
Kepala
Pengembangan
g.
Kepala
Penempatan
h.
Kepala keuangan
Semua tenaga
sumberdaya tersebut menjalankan tugasnya sesuai dengan bidangnya
masing-masing, saling koordinasi dengan satu visi dan misi yang sama dan
membangun komitmen menuju dalam satu acuan yang sama sehingga apa yang hendak
dicapai bisa mewujudkan harapan dari maksud diselenggarakannya pelatihan. Membangun komitmen sangat diperlukan sekali agar
masing-masing personil berjalan , bekerja dalam rambu-rambu yang sama. Kalau
komitmen tidak dibangun maka semua lini pekerjaan akan berjalan dan bekerja
menurut kemaunnya masing-masing tidak berdasarkan ketentuan dan aturan
yang ditetapkan.
Dalam pemahaman menganalisis manajemen dalam pembentukannya, yang ada di
pendidikan maupun pelatihan diperlukan standart kompetensi dalam melaksanakan
pekerjaanya antara lain:
1.
Menjabarkan
visi, misi dan sasaran
2.
Melakukan
perencanaan kinerja, pelaksanaan dan evaluasi
3.
Membangun
motivasi
4.
Memberikan
alternatif pemecahan masalah
5.
Menentukan
rencana aksi atau tindakan yang tepat
6.
Menentukan
atau sumber daya manusia yang bisa diberdayakan
Semua yang
dilakukan diupayakan ada standart atau patokan atau tolok ukur yang digunakan
sebagai ukuran didalam melaksanakan kegiatan . Kalau personil melakukan
pekerjaan tolok ukur keberhasilan apa, personil dianggap berprestasi dasarnya
apa, personil dianggap tidak berhasil tolok ukurnya apa. Begitu pula nilai –
nilai pekerjaan yang dilakukan harus diketahui dan dinilai secara terukur . Hal
seperti ini dilakukan agar personil yang bekerja tidak merasa dirugikan
dan tidak merasa ada yang diuntungkan, semua harus diperlakukan dengan kondisi
yang adil dan suasana yang transparan, semuanya harus bisa dinilai secara baik,
tidak ada satupun pekerjaan yang tidak bisa diwujudkan dalam prestasi kerja.
Semua itu untuk mewujudkan keharmonisan, keadilan, demi kemaslahatan bersama
untuk mewujudkan apa yang diharapkan dari lembaga pendidikan dan pelatihan.
Dengan demikian akan bisa mewujudkan harapan masyarakat, pemerintah serta unit
lembaga.
B. PENGEMBANGAN
SDM DENGAN LATIHAN
Latihan adalah
bagian dari pendidikan untuk meningkatkan kerampilan dluar sistim pendidikan
formal atau pendidikan yang berlaku, yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat
dan lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Ada tiga syarat dalam latihan
seperti yang disampaikan Moekijat (1991), menjelaskan bahwa ada tiga syarat
yang harus dipenuhi dalam latihan yaitu:
1.
Latihan harus
membantu pegawai menambah kemampuannya. Apabila seorang pegawai menjadi lebih
efektif dalam semua pekerjaannya melalui usaha-usahanya sendiri untuk
memperbaiki dirinya, maka hal ini tidak disebut latihan.
2.
Latihan harus
menimbulkan perubahan dalam kebiasaan bekerja pegawai, dalam sikapnya terhadap
pekerjaan, dalam informasi dan pengetahuan yang ia terapkan dalam pekerjaa
sehari-hari.
3.
Latihan harus
berhubungan dengan pekerjaan tertentu. Pegawai dapat ikut mengambil bagian
dalam berbagai program pendidikan yang tidak disebut latihan, karena hubungan
dengan pekerjaannya yang sekarang atau dengan tugas-tugas tertentu untuk mana
mungkin ia ditunjuk dimasa yang akan datang adalah sedikit atau tidak ada.
4.
Selain
syarat di atas , diperlukan tanggung jawab manajemen yang mana kegiatannya
bersandar kepada kebijaksanaan yang mengakui latihan sebagai suatu tanggung
jawab dari setiap manajer dan pengawas pelaksana. Para manajer akan
diberikan fasilitas khusus apa saja yang mereka perlukan untuk memenuhi
tanggung jawab tersebut. Untuk melengkapi kebijasanaan mungkin diberikan
pelatih-pelatih staf dan bagian-bagian latihan khusus. Pelatihan yang akan diberikan
bergantung kepada jumlah bidang jenis pekerjaan dan luas jenis pekerjaan
dengan sendirinya bergantung pula dengan luasnya real kerjanya apakah dalam
instansi maupun perusahaan. Seorang manajer diperlukan kemapuan untuk
merumuskan tujuan latihan melalui riset maupun upaya-upaya lain dalam rangka
untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi maupun kebutuhan latihan yang
diharapkan oleh pekerja.
Didalam
operasionalnya latihan memerlukan partisipasi semua pihak pengelola pelatihan
secara aktif dan inovatif, lebih-lebih manajer mememerlukan bantuan bari
beberapa pelaku pengelola pelatihan secara aktif dan memberikan pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya. Sebagai pengelola pelatihan dibutuhkan personil yang
mampu merencanakan latihan dengan hasil kompetitif maksudnya outputnya mampu
bersaing dengan masyarakat artinya pelatihan tersebut bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat. Minimal seorang manajer pelatihan setidak-tidaknya mampu
mengendalikan hal-hal sebagi berikut:
1.
Kebutuhan
latihan
2.
Pelaksanaan pelatihan
3.
Eavaluasi
pelaksanaa pelatihan
4.
Pengembangan
pelatihan
5.
Kebijaksanaan
pelatihan
6.
Negosiasi
pelatihan
7.
Kolaboratif
pelatihan
8.
Jejaring
pelatihan
Kebutuhan
pelatihan memerlukan olah pikir yang terkonsentrasi kepada latihan yang akan
dicanangkan sebagai program dalam kegiatan, dilakukan atas dasar
kebutuhan bukan atas dasar menjalankan kegiatan. Pelatihan tidak akan
dilaksanakan jika tidak ada yang perlu dikembangkan atau ada yang membutuhkan.
Kalau pelatihan sekedar menjalankan kegiatan, latihan tersebut akan beralih
menjadi kegioatan proyek yang semata-mata hanya menguntungkan fihak
penyelenggara. Akibatnya pelatihan tidak berdampak kepada peserta latihan
maupun unit kernya.
Pelaksanaan
pelatihan, pelatihan yang baik jika pelatihan tersebut sesuai dengan kebuthan
yang hendak dicapai. Oleh sebab itu pelaksanaan pelatihan betul-betul harus
dirancang sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan program pelatihan, sesuai
dengan kapasitas perlengkapan pelatihan serta keamanan pelatihan atau safety
training yang diperlukan.
Evaluasi
pelatihan, oreantasinya kepada perbaikan diri, yaitu pelatihan merupakan
pendidikan yang unik artinya selalu harus yang terbaru, terbaik dan palicable.
Oleh sebab itu setiap selesai melaksanakan pelatihan dijadikan sebagai tolok
keberhasilan yang harus bisa dinilai keberhasilannya dan dijadikan sebagai
pengalaman untuk kegiatan yang akan datang.
Pengembangan
pelatihan, didalam pengembangan pelatihan diperlukan kecakapan manajer
dalam memainkan peranannya (role playing) yang diawali dengan dengan
mencetuskan gagasan yang dinamis serta inovatif atau ramalan-ramalan kegiatan
yang akan datang misalnya pertumbuhan teknologi, pertumbuhan kebutuhan masyarakat.
Disamping pengembangan yang sifatnya seperti diatas atau eksternal ada juga
pengembangan internal yaitu yang terkait dengan staf pendukung penyelenggra
pelatihan antara lain: 1) sumberdaya manusia, 2) peralatan, 3) sistim
pengelolaan.
Kebijaksanaan
Pelatihan, yaitu manajer mempunyai hak dalam mengambil keputusan Lewis (1999)
menyampaikan bahwa didalam mengambil kebijaksanaan hendaknya yang terbaik,
sesuatu dianggap baik, manakala sesuatu itu berguna untuk membuat yang lain
menjadi baik. Kebijaksanaan pelatihan harus didasari dengan komitmen yang sudah
dibangun dalam lingkup pelatihan oleh sebab itu sebagai pertimbangan harus
diketahui sejauh mana keputusan itu mempengaruhi komitmen yang sudah
disepakati. Rasulullah SAW, pernah
menyampaikan yang intinya bermusyawarahlah dan hasil musyawarah haram
jika dilanggar. Jadi didalam menetapkan kebijaksanaan pakailah peradaban
atau dasar perundang-undangan yang sudah ditetapkan dan perundangindangan atau
peraturan tersebut selalu diperbaiki seuai dengan perubahan dan kebutuhannya.
Negosiasi latihan atau Pemasaran
latihan, dalam pemasaran seorang manajer bisa melakukan negosiasi yang terkait
dengan pelatihan, baik berfungsi sebagai penyelenggara maupun sebagai jasa
latihan bagi orang lain. Fungsi negosiasi tidak sesederhana diartikan untuk
pemasaran saja namun kegiatannya sebagai pemecah konflik antara dua
pihak. Negosiasi mempunyai peran penting dalam beberapa hal antara lain: 1)
menjalin hubungan, 2) tawar menawar, 3) perjanjian , 4) sengketa. Menurut Malik
(2001), menjelaskan bahwa negosiasi mempunyai empat elemen antara lain :
1.
Peningkatan ketergantungan antara
pihak-pihak, serikat pekerja dengan manajemen perusahaan saling tergantung
dalam membentuk tugas-tugas dalam perusahaan.
2.
Memahami konflik antara pihak-pihak,
serikat kerja dengan manajemen perusahaan tidak sependapat tentang isi kontrak
kerja.
3.
Kesempatan berinteraksi antara
pihak-pihak, pada beberapa negosiasi masing-masing pihak melihat adanya
kesempatan untuk saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
4.
Kemungkinan adanya kesepakatan , kedua
belah pihak mengharapkan sampai pada puncak kesepakatan mengenai perjanjian.
5.
Untuk mengikat kepada pihak-pihak
lain ada tujuh nilai dalam mengembangkan hubungan kerja antara lain:
a.
Respect for people, yaitu menghormati
orang lain
b.
Honor and integrity, yaitu memberi
penghargaan dan integritas atau pengakuan apa yang dikemukakan.
c.
Consensus, yaitu menjalin ikatan yang
pernah disepakati.
d.
Full responsibility and accountability,
penuh dengan rasa tanggung jawab semua pekerjaan yang dilakukan.
Kolaborasi
pelatihan, maksudnya menciptakan susasana kerjasama untuk membuat komitmen
bersama-sama. Untuk menciptakan keberhasilan latihan maka seorang pemimpin atau
manajer mampu menciptakan lingkungan kerja dengan penuh semangat dan memberi
spirit dalam mengatasi semua masalah yang ada di unit latihan. Maka dari itu
diperlukan jiwa yang kratif dan kompetitif, mampu mengerahkan nak buahnya
memerintah untuk menyelesaikan tugasnya dengan cara demokrasi menggunakan norma
budaya kerja. Norma kerja yang baik dilandasi dengan tranparansi dan semua
karyawan tahu apa yang menjadi harapan dari lembaga latihan tersebut, seperti
yang pernah disampaikan Joe Luft dan Harry Ingham tentang Johari Window dengan
membagi empat jendela salah satunya adalah “saya tahu orang lain tahu”.
Menanamkan untuk setiap anggota ikut tahu dan bertanggung jawab atas
perilakunJejaring pelatihan, jejaring adalah mengelola hubungan baik intern
maupun ekstern yang terkait dengan latihan, sehingga mampu membangun dan
mengelola hubungan dengan semua fihak yang sifatnya produktif. Membentuk jejaring harus dicari partner yang bisa
mendatangkan manfaat bagi kita dan jangan sebaliknya.
Menurut Wayne E Baker menjelaskan
“ Networking is a process of nurturing, cultivating, and integrating
selected capabilities, talens, realtionship, and partners, by developing
strategic and creative aligment for a higher performance of
organizations.”
Maksudnya jejaring dalam unit
organisasi pelatihan hendaknya mampu mengembangkan kemitraaan yang kreatif dan
strategis bagi kepentingan organisasi. Maka untuk menumbuhkan kemampuan
unit kerja pelatihan harus ada hubungan dengan fihak lain yang diajak sebagai
mitra kerja. Dalam hubungan intern hendaknya mampu menyatukan potensi dari
masing-masing individu dari bakatnya masing-masing kedalam jajaran organisasi
sehingga menjadi kekuatan yang berpotensi. Untuk hubungan ekstern,
diperlukan hubungan dengan pihak ketiga atau pihak lain yang mempunyai potensi
yang selaras dengan unit latihan, baik tentang rekrutmen, proses, output maupun
outcome. Potensi luar cukup banyak sekali yang bisa dijadikan jejaring mitra
kerja, dari semua lini unit kerja pemerintah maupun swasta yang penting dalam
hubungan tersebut harus ada kejujuran, kepercayaan, pemberdayaan dan
kemitraan
Pada umumnya
latihan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain:
1. Latihan
pegawai negeri sipil
2. Latihan
kejuruan
3. Latihan
keahlian
4. Latihan
Kerja
Latihan
Pegawai Negeri Sipil
Pelatihan
pegawai negeri sipil menurut Nainggolan (1987), Latihan pegawai negeri sipil
dibagi menjadi dua yaitu:
a.
Latihan pra
jabatan (pre servise training), yaitu latihan yang diberikan kepada
calon pegawai negeri sipil dengan tujuan agar ia dapat terampil melaksanakan
tugas yang akan dipercayakan kepadanya. Menurut Undan-undang nomor 8 tahun 1974
tentang pokok-pokok kepegawaian antara lain ditegaskan bahwa kepada Capeg
diberikan latihan pra jabatan dengan tujuan agar calon pegawai negeri sipil
yang bersangkutan terampil melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Karyawan dianggap sebagai calon
pegawai negeri sipil, apabila telah lulus seleksi masuk pegawai negeri sipil.
Sebagai pegawai negeri sipil mempunyai beban tanggung jawab yang diselesaikan
dengan kecakapan dan ketrampilan serta setia dan taat sebagai abdi pemerintah.
Pegawai dikatakan abdi pemerintah jika karyawan tersebut mampu menyumbangkan
pikiran dan tenaga secara ihlas sesuai dengan porsinya masing-masing demi
kepentingan pemerintah dan masyarakat. Agar calon pegawai negeri sipil
mempunyai bekal sebagai abdi masyarakat diperlukan seperti : 1) kesetiaan, 2)
ketaatan, 3) kejujuran, 4) tanggung jawab, 5) kerjasama, 6) prakarsa, 7)
kepemimpinan. Maka calon PNS tersebut perlu pembekalan pra jabatan.
Pelaksanaan pra jabatan dibagai
dalam tiga tingkat yaitu: 1) pra jabatan tingkat I, yang diikuti oleh Calom
pegawai Negeri Sipil untuk golongan I bagi yang memiliki Surat
Tanda Tamat Belajar (STTB) sekolah dasar sampai sekolah tingkat pertama,
2) pra jabatan tingkat II, yang diikuti oleh Calon pegawai Negeri
Sipil untuk golongan II bagi yang memilki STTB setingkat SMA, 3) pra jabatan
tingkat III, diikuti oleh Calon pegawai Negeri Sipil untuk golongan III yang
memilki ijazah sarjana. Lama latihan pra jabatan tingkat I adalah 75 jam, pra
jabatan tingkat II adalah 112,5 jam dan tingkat III 150 jam.
b.
Latihan dalam jabatan (in servise
training) , yaitu latihan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu, keahlian,
kemampuan. Menurut William G. Scott dalam Human Relations in Management,
menjelaskan bahwa training in the behavioral scinces is an activeity of line
and staff which he has its goal executive development to achieve greater
individual jobeffectiveness, improved interpersonal relationship in the
organzation and encanced executive adjustment to the context of the his total
environment.
Maksudnya
training merupakan kegiatan staf yang ada dalam lini actifitas pekerjaan
tujuannya adalah untuk mengembangkan tugas pemimpin dalam melaksanakan
efetifitas pekerjaan yang lebih luas dan penyesuaian dalam lingkungan yang akan
dipimpinnya. Jadi tujuan training ini adalah digunakan sebagai
prasyarat bagi pemimpin yang akan menduduki suatu jabatan. Pelatihan
jabatab tersebut misalnya : 1) diklat pimpinan tingkat I, sebagai syarat
untuk menduduki eselon I, 2) diklat pimpinan tingkat II, sebagai syarat untuk
menduduki eselon II, diklat pimpipinan tingkat III, sebagai syarat untuk
menduduki eselon III.
Dikalangan
swasta latihan ini terkait dengan jabatan pekerjaan misal pelatihan untuk
mendapatkan jabatan tertentu misal jabatan tukang las , maka diadalan pelatihan
untuk mendapatkan kwalifikasi jabatan wilder kelas III, kelas II maupun kelas I
dengan melaui uji ketampilan. Jika lulus akan menyandang welder kals III
, kelas dua maupun kelas I
1.
Latihan Kejuruan
Latihan kejuruan adalah pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan atau ketrampilan yang sesuai persyaratan pekerjaan
dalam bidang tertentu. Edwin Flippo (1990), training is conserned with
increasing knowledge and skill in doing a particular jobs, maksudnya
taraining sangat erat hbungannya dengan menambah pengetahuan dan kecakapan
dalam melakukan pekerjaan tertentu.
Untuk melakukan pekerjaan dalam bidang
tertentu atau kejuruan tertentu memerlukan kecakapan tersendiri, maka untuk
memperoleh kecakapan kejuruan tersebut memerlukan pelatihan. Misal
syarat untuk menjadi instruktur, harus mengikuti latihan instruktur
selama 2 tahun, syarat untuk menjadi pengawas, harus mengikuti latihan tentang
kepengawasan selama 1 tahun. Pelatihan ini merupakan pelatihan yang
disyaratkan untuk menjadi tenaga fungsional, .Jika lulus dalam latihan
maka pegawai tersebut baru bisa menjadi instuktur, atau pengawas
tertentu.
2.
Latihan Keahlian,
yaitu pendidikan yang memberikan
ketrampilan yang disyaratkan untuk melaksanakan pekerjaan. Menurut Dele Yoder
(1962) training ….. is regardded as applyting principally to the improvement
of skill and hence to learning how to perforrm spesific task.
Maksudnya latihan dilihat dari sisi
pengetrapan yang terkait dengan pengembangan keahlian diperlukan untuk
mempelajari bagaimana seharusnya tugas tersebut dilaksanakan. Contoh latihan
keahlian: 1) pelatihan boiler, dicetak untuk menjadi ahli boiler, 2) pelatihan
radiologi, dicetak untuk menjadi operator peralatan rontgen, 3) pelatihan
CNC dicetak untuk menjadi ahli operator computer numerical controle.
3.
Latihan Kerja
Latihan kerja yaitu latihan yang beroreantasi
kepada penguasaan ketrampilan yang digunakan untuk bekerja. Menurut konsep
sistim latihan kerja nasional (sislatkernas) menjelaskan bahwa latihan
bertujuan untuk menjadikan manusia yang produktif, inovatif, terampil dan
ahli.Untuk menciptakan sumber manusia yang produktif dapat dilakukan melalui
pelatihan yang sesuai dengan potensi yang ditingkatkan.
Tujuan sislatkernas, yaitu untuk
pengembangan dan peningkatan keahlian bagi angkatan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan yang ada dimasyarakat. Sasarannya adalah staf pimpinan, pelaksana
maupun operator.
Azasnya terfokus kepada kebutuhan
maksudnya bertitik tolak kepada kebutuhan, kepada obyektivitas artinya hasil
latihan harus bisa diukur dengan menggunakan tolok ukur yang sudah ditentukan
dalam kwalifikasi latihan yang dituangkan dalam sertifikat dan dilaksanakan
dengan cara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan maupun tuntutan masyarakat.
Masyarakat umumnya membutuhkan latihan dan latihan tersebut harus sesuai dengan
pasar kerja, mutakhir dan lebih baik jika dilaksanakan secara terpadu. atau
koordinasi.
Didalam latihan kerja ada beberapa
penggolongan antara lain: 1) latihan kerja bidang teknik, 2)
latihan kerja bidang kewirausahaan, 3) latihan bidang
manajerial
Menurut instruksi Presiden Nomor 15 tahun
1974 latihan kerja : adalah bagian pendidikan
yang menyangkut proses
belajar untuk memperoleh dan mening katkan
ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Senada dengan pengertian di atas Peraturan Pemerintah R.I. nomor 71 tahun 1991,
latihan kerja adalah : keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh
meningkatkan serta mengembangkan ketrampilan, produktivitas, disiplin, sikap
kerja, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan tertentu berdasarkan persyaratan
jabatan tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada
teori.Dari difinisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan kerja
lebih dikonsentrasikan kepada pengembangan ketrampilan, sikap kerja,
produktivitas,etos kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan materi
praktek lebih banyak daripada materi teori.
Torrington (1994), menyampaikan : “ the
basic obyective of training may be summarised in tree latters: ASK (attitude,
skill and knowladge) . a change in attitude is needed if the worker already has
the necessary knowledge and skill to perform a
task”
Jadi pelatihan adalah pengembangan ketrampilan, baik
ketrampilan teknik maupun non teknik yang mampu menjadikan seseorang menjadi
terampil dalam bidang tertentu yang diinginkan dan mengerti tata cara kerja dan
peraturan kerja, keselamatan kerja serta diselenggarakan dalam
waktu yang singkat dan lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Menurut Sistim Latihan Kerja Nasional Depnaker (1987),
sasaran latihan kerja dapat mewujutkan tersedianya tenaga kerja tingkat
operator, staf, pimpinan, yang terampil, disiplin, dan produktif dalam bidang
teknis dan kewirausahaan.
Selain itu Lembaga pelatihan Dinas
Perburuhan (1995) melaksanakan pelatihan untuk mendorong terciptanya usaha
mandiri dengan dibekali ketrampilan baik keahlian teknik maupunmaupun
ketrampilan usaha, dengan sasaran penganggur pencari kerja untuk memungkinkan
berusaha mandiri. Setelah selesai latihan peserta latihan mendapatkan dana awal untuk
membuka usaha mandiri secara kelompok.
Menurut John H. Proctor
pelatihan adalah tindakan yang disengaja untuk memberikan alat agar belajar
dapat dilaksanakan. Begitu pula menurut Flippo training is the act of
increasing the knowledge and skill of an employer for doing a particular job.
Latihan adalah tindakan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan seorang pegawai untuk melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu.
Apa yang disampaikan dua pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan itu harus bisa menambah pengetahuan
untuk menambah kemampuan dalam bekerja, harus bisa juga menimbulkan perubahan
sikap dalam bekerja, dan latihan harus terfokus kepada pekerjaan yang
ditekuni.
Menurut George R Terry, menyampaikan
ada 6 macam pelatihan antara lain
1.
On the job training,yaitu pelatihan
ditempat kerja sambil mengamati proses yang terjadi ditempat kerja, termasuk
mengamaticara orang bekerja, cara melakukan pekerjaan dan aktivitas lainnya,
hal ini sangat dipengaruhi oleh pembimbingnya.
2.
Vestibule training, latihan yang
dilaksanakan ditempat khusus, yaitu dipergunakan apabila bayak pekerja yang
harus dilatih
3.
dengan cepat, misalnya metode yang
terbaik, teknik terbaru, dan
4.
memasang alat yang baru
5.
Understudy training, latihan dengan
cara dijadikan sebagai tenaga pembatu.
6.
Role playing, yaitu belajar dengan
memainkan salah satu peristiwa mengenai apa yang sesungguhnya akan
dilaksanakan.
7.
Conference
training, yaitu menitik beratkan pada pembicaraan secara kelompok dengan
bertukar ide atau pendapat.
Pola pikir
dalam pelaksanaan pelatihan hendaknya terfikir tentang , apakah pelatihan dapat
menambah produksi, apakah pelatihan dapat menambah skill seseorang, apakah
pelatihan dapat menambah kenyamanan bekerja (work safety), apakah
pelatihan dapat merubah upah seseorang, apakah pelatihan dapat merubah
jabatan/kedudukan seseorang, apakah pelatihan dapat mempertimbangkan rate of
return yaitu membandingkan antara biaya pelatihan dan manfaat
pelatihan terhadap perusahaan.
Ataukah
membandingkan pelaksanaan pelatihan terhadap dampak outcome, yaitu sampai
sejauh mana pengaruh dari pelatihan terhadap penempatan lulusan pelatihan
kedunia kerja. Lebih luas lagi yaitu pengaruh pelatihan terhadap konstribusi
daerah, misalnya latihan magang ke Jepang, Korea, dengan mengukur berapa uang
yang masuk dari transfer pekerja yang magang dari negara negara
tersebut.
4.
Tujuan Pelatihan
Secara umum
menurut Moekijat, tujuan latihan adalah
a.
Untuk
mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat
dan lebih efektif.
b.
Untuk
mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara
rasional
c.
Untuk
mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kwmajuan kerja sama dengan teman-teman
karyawan dan pimpinan.
d.
Untuk
memberikan intruksi khusus guna melaksanakan tugas-tugas dari suatu jabatan
tertentu.
e.
Untuk membantu
karyawan menyelesaikan pekerjaan yang baru dan untuk memberikan kepadanya
beberapa ide mengenai latar belakang pekerjaan.
f.
Untuk membantu
pegawai dalam menyesuaikan diri dengan metode-metode dan proses yang baru yang
terus menerus diadakan.
Selain itu
adapula pelatihan kerja, yaitu pelatihan agar selesai latihan bisa
bekerja yang biasa diselenggarakan oleh dinas tenaga kerja, misalnya pelatihan
mengelas dan setelah selesai latihan bisa bekerja di jasa pengelasan. Atau
setelah selesai latihan bisa melakukan usaha sendiri yang disebut dengan
pelatihan kerja usaha mandiri.
5.
Sistem latihan.
Hurley (1987 )
menyatakan tentang keberadaan pelatihan antara lain.
what short of training are we talking
about ? it must be clear from the putset that
thus study is examining all forms of
training regardless of wheather it is delivered an institution in plant, off-
the job, on-the job through make facilities or using distance learning
techniques.
Apa yang dinyatakan oleh Hurley (1987)
dapat disimpulkan bahwa sistem pelatihan dapat dibagi menjadi : (1).
Pelatihan sepenuhnya diselenggarakan ditempat institusi yaitu in-plant
training, (2) pelatihan diselenggarakan ditempat peserta kerja yaitu of-the-job
training, (3) pelatihan yang diselenggarakan di lembaga latihan juga
diselenggarakan diperusahaan sebagai praktek kerja yaitu on-the-job training
. Disamping itu menurut sistem latihan kerja Depnaker (1999) ada tiga tambahan
yaitu: (1) block release training yaitu training ditempat kerja, jika
mengalami kesulitan baru dilatih di lembaga institusi latihan, (2) apprenticeship
training yaitu training diselenggarakan di institusi latihan
atau di tempat kerja (perusahaan) dengan tujuan untuk mempersiapkan sebagai
calon
pegawai yang sudah dimagangkan di perusahaan, (3) mobil
training unit yaitu latihan keliling dengan
menggunakan mobil training unit ketempat yang membutuhkan latihan
Ditegaskan pula oleh Hurley (1987) “the most common forms of
institutional training are found in the public sector where vocational centre
fall mosthly under the yuridiction of government ministries such as
labour education”
Pendapat ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa pelatihan institusi adalah pelatihan yang dilaksanakan Pemerintah oleh
Menteri Tenaga Kerja dibawah Dirjen pembinaan dan Pendidikan Tenaga Kerja.
Menurut CSA ( Cybernatic System
Aprrroach), yaitu hubungan antara ketergantungan input, proses, dan output
serta umpan balik sebagai sub sistim pengendalian program .
Gambar 5. sistim pengendalian program pelatihan
Berdasarkan tempat pelatihan dapat digolongkan menjadi dua yaitu pelatihan on
the job dan pelatihan off the job. Artinya on the job yaitu
pelatihan dilaksanakn ditempat kerja yang sesungguhnya , dalam kondisi proses
kegiatan kerja yang sebenarnya serta menggunakan alat,bahan peralatan serta
lingkungan kerja yang sama. Hasildari lulusan atau output pelatihan ini akan sesuai
dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh pemakai atau perusahaan. Pelatihan off
the job, latihan ini dilaksanakan diluar tempat kerja misal di LIK, BLKI dan
lembaga lain yang menyelenggarakan pelatihan.
Berdasarkan sifatnya pelaksanaan
pelatihan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
(1)
Institutional training atau program pelatihan institusional (2) program
pelatihan non institusional mobil training,
(3) inplant training. (4) production training
Berdasarkan tingkatnya dapat dibagi menjadi 5 yaitu (1) initial
training, yaitu latihan awal bagi calon pekerja, (2) aprentice training,
yaitu latihan bagi calon pekerja yang sudah menjadi karyawan, (3) upgrading
training, yaitu latihan yang ditujukan untuk meningkatkan ketrampilan
ataupun pengetahuan pekerja karena adanya perkembangan teknologi ataupun untuk
meningkatkan kemampuan, (4) conversion training, latihan yang ditujukan
bagi pekerja karena peralihan bidang kerjanya , (5) refreshing course,
latihan yang diberikan dalam materi yang sama akibat perkembangan pengetahuan
dan teknologi.
6.
Azas Pelatihan
Menurut Soelaiman Joesoef (1999), azas tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
a.
Azas
Inovasi, yaitu pemecahan masalah menuju kepada perbaikan dari sistim yang sudah
ada. Dalam inovasi tersebut mempunyai nilai, metode, teknik kerja, dan cara
berfikir. Maka konsekuensinya para perencana latihan harus lebih banyak
memusatkan kepada perkembangan yang ada dimasyarakat.
b. Azas
Penentuan dan Perumusan Pelatihan, yaitu menentukan tuntutan minimal yang
diperlukan bagi peserta pelatihan sehingga nantinya mampu dan memiliki
ketrampilan yang sesuai bagi dirinya dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Oleh sebab itu dalam penentuan dan perumusan tujuan, tidak bisa dilepas dari,
jenis dan tingkatan pengetahuan, sikap serta tingkat ketrampilan yang harus
dikuasai oleh peserta pelatihan.
c.
Azas
perencanaan dan pengembangan training
d. Dalam
perencanaannya bersifat komprehensif dan integral maksudnya, komprehensif
adalah program yang direncanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat
secara individu maupun nasional. Integral
adalah program yang memuat berbagai jenis pelatihan terpadu dengan
program lain yang ada kaitannya dengan output, sehingga mengahsilkan outcome.
e. Azas manfaat, maksudnya program yang dilaksanakan
bergantung dari kebutuhan dan manfaat yang diharapkan oleh
f. masyarakat. Jadi bukan berdasarkan sekedar melaksanakan
proyek untuk menghabiskan dana subsidi. Namun benar-benar membina sehingga
dapat meningkatkan ketrampilan.
g. Azas tanggung jawab bersama, maksudnya tarining itu adalah
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan
ketrampilan sehingga masyarakat mempunyai ketrampilan yang dapat digunakan
untuk bekerja.
h. Azas yang seperti ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk
program Gerdutaskin (Gerakan Pengentasan Rakyat Miskin) atau kalau disekolah
disebut life skill yaitu pembekalan ketrampilan bagi murid sekolah
yang miskin, dengan harapan setelah lulus sekolah dapat memanfaatkan
ketrampilannya untuk bekerja.
7.
Sifat-Sifat Pelatihan
Sifat pelatihan antara lain, (a) bersifat fleksibel yaitu
pelatihan yang tidak terikat oleh lama latihan, tetapi yang ingin dicapai
adalah kemampuan ketrampilan yang diharapkan, begitu pula tidak diperlukan
persyaratan yang ketat, serta jumlah siswa; (b) bersifat efektif dan efisien,
maksudnya dalam penyelenggaraannya tidak harus dengan biaya besar, namun bisa
memanfaatkan fasilitas yang bisa diajak kerja sama seperti
peralatan bisa sewa, instruktur bisa minta bantuan dari lembaga lain, tempatnya
tidak harus membuat gedung dahulu tapi bisa dilakukan dengan sewa. (c) bisa
dilakukan dalam waktu yang singkat atau bergantung kebutuhan, (d) bersifat
luwes, maksudnya bisa mengikuti keinginan peserta latihan, mudah dan murah
serta dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.
8.
Scope Peserta
Pelatihan
Scope pelatihan meliputi, (a) anak-anak yang putus sekolah
yang sudah mencapai usia kerja, (b) orang dewasa yang memerlukan ketrampilan,
(c) pekerja yang ingin meningkatkan keahliannya, (d) pekerja yang
mendapatkan peralatan baru untuk memahami merakit maupun mengoperasikan
peralatan.
9.
Pendekatan
Peserta Pelatihan
Yang dimaksud
pendekatan peserta pelatihan yaitu cara mempengaruhi peserta pelatihan
sekaligus memotivasi peserta latihan misalnya, setelah selesai latihan peserta
latihan agar membuka usaha mandiri. Ide yang seperti ini ditanamkan dihati
peserta latihan dan diberi jalan solusinya. Pendekatan ini ditanamkan berbagai
gagasan baru yang sekiranya menguntungkan untuk masa depannya.
C. PELAKSANAAN
PELATIHAN KERJA
1. Program
pelatihan institusional.
Program ini
bertujuan untuk melatih para pencari kerja untuk mengisi lowongan jabatan
pekerjaan yang ada diperusahaan atau
usahamandiri
Di Balai
Latihan Kerja Industri yang ada di institusi Pemerintah Departemen Tenaga Kerja
mempunyai kebijaksanaan dalam latihan yang disebut Trilogi Latihan Kerja
yaitu:1) Latihan kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar/kesempatan
kerja.2) Latihan kerja harus senantiasa mutakhir
dengan perkembangan dan kemajuan pengetahuan dan teknologi 3) Latihan
kerja merupakan kegiatan yang bersifat terpadu artinya keterpaduan antara
Depnaker dengan institusi lainnya. Sedangkan
program latihannya meliputi bidang latihan teknis, bidang latihan
kewirausahaan dan bidang latihan manajerial . Dari ketiga program tersebut
tertuang didalam materi latihan dalam bentuk kurikulum dan silabus latihan,
dengan lama latihan 960 jam latihan.
Pelatihan
institusional ini pada umumnya peserta pelatihan tidak dipungut biaya pelatihan
atau pelatihanya diberi secara gratis mulai dari buku pegangan, buku tulis dan
alat tulis. Jika pelatihan tersebut ada prakteknya maka peserta diberi pakain
praktek dengan cuma-cuma. Bisa juga peserta pelatihan diberi uang saku atau living
cost selama pelatihan berlangsung. Sasaran peserta untuk pelatihan
ini diprioritaskan bagi masyarakat miskin, yatim piatu, anak terlantar, tuna
netra, tuna rungu maupun cacat mental, putus sekolah, dan pengangguran serta
anak gelandangan.
2. Program latihan
non institusional.
Pelaksanaan
program pelatihan non institusional bertujuan untuk melatih
angkatan kerja dan pekerja terutama didaerah pedesaan sesuai kebutuhan
lingkungannya. Pada program ini peserta mendapat ketrampilan
untuk meningkatkan produktivitas kerja menuju usaha
mandiri dilaksanakan diluar institusi dengan menggunakan kerjasama antara
pemerintah, lembaga latihan dengan masyarakat.
Lingkup
latihan terfokus kepada kebutuhan masyarakat yang berada di pedesaan yang
digunakan untuk cara mengolah pendayagunaan sumber alam.
Disamping
pedesaan bisa pula untuk masyarakat di perkotaan yang oreantasi masyarakat kota
lebih berkonsentrasi kepada tambahan pengetahuan yang bersifat ketrampilan
teknik seperti pelatihan komputer, pelatihan air condition, pelatihan servis
otomotif dan ketrampilan lain yang dibutuhkan oleh masyarakat saat kini.
Pelatihan
ini bisa juga terjadi di masyarakat terpencil, yaitu masyarakat
yang tinggal didaerah terpencil dan terasing darimasyarakat sekitarnya.
Masyarakat yang seperti ini perlu didorong dengan cara diberi pelatihan
ketrampilam.
3. Mobile Training
Unit (MTU)
Pelatihan
model MTU cocok untuk pelatihan ke daerah pinggiran kota dan pedesaan
berarti pelaksanaan latihan lebih merata keseluruh pelosok dan memberikan lebih
banyak warga negara menikmati latihan ketrampilan untuk kebutuhan usaha mandiri
atau peningkatan ketrampilan dari suatu pekerja yang sudah ada dan untuk
penempatan di perusahaan maupun industri yang membutuhkan.
Sasaran
pelatihan model MTU umumnya digunakan untuk meningkatkan produktivitas para
pekerja yang ada dipedesaan dengan demikian daerah tersebut akan berkembang
sehingga dapat mengendalikan perpindahan/migrasi dari desa ke kota dengan
memotivasi masyarakat pedesaan untuk menghasilkan pendapatan didaerahnya
masing-masing.
Fungsi MTU
adalah untuk melaksanakan kegiatan pelatihan ketrampilan bagi daerah yang jauh
dari lembaga pelatihan antara lain,
1. Daerah terpencil
2. Daerah yang masyarakatnya miskin
3. Daerah yang susah dijangkau oleh tranportasi umum
4. Daerah yang masyarakatnya tertinggal
5. Daerah yang mempunyai potensi alam yang belum dimanfaatkan
dengan optimal.
Pelaksanaan latihan MTU bisa dilakukan dengan cara:
1. Menghimpun data yang telah ada, tentang keadaan tenaga kerja,
potensi wilayah misalnya pertanian, industri dan sumber alam.
2. Memilih desa yang sesuai untuk pelatihan MTU.
3.
Mencari
informasi dari pejabat setempat, tokoh masyarakat
4.
Penetapan
kebutuhan latihan meliputi peserta latihan, tempat latihan,
5. bahan latihan,
instruktur.
6. Penetapan
kurikulum, mempergunakan kurikulum sesuai dengan kebutuhan latihan
yang diperlukan. Maka
perlu ada survai kebutuhan latihan yang telah
disusun oleh team survai. Selanjutnya hasil dari survai disusun kurikulum
dilengkapi dengan rencana pengajaran teori maupun
praktek.
7. Evaluasi dan
monitoring latihan dilakukan oleh institusi intern
maupun ekstern. Pelaksanaannya bergantung kondisi penyelenggaranya.
Kalau penyelenggaranya Institusi
Pemerintah maka ada keterlibatan yang terkait seperti Pemerintah Kabupaten ikut
memonitor mulai dari rekrutmen, proses pelatihan sampai kepada evaluasi
pelatihan dan manfaat pelatihan, outcome.
Misal melibatkan institusi lain
seperti Balai Pelatihan dan Produktivitas Usaha Mandiri Sektor Informal
(BPP UMSI), Dewan Latihan Kerja Daerah (DLKD).
Contoh yang
mendasari diselenggarakan pelatihan MTU adalah,
1. Adanya
permintaan dari masyarakat
2. Pemerintah
daerah mendukung atau peduli terhadap kebutuhan masyarakat
3. Dasar
pendidikan yang dimiliki masyarakat memenuhi syarat untuk tujuan latihan yang
hendak dicapai.
4. Adanya
pembinaan lululusan
5. Tersedianya
dana pelatihan yang cukup memadai
6. Adanya tujuan
dan status pelatihan yang jelas
7. Penyelenggraan
pelatihan yang efisien dan efektif.
Mengingat
lokasi pelatihan jauh dari perkotaan dan difokuskan pada daerah pinggiran kota
dan pedesaan, maka lebih dahulu diadakan survey oleh tim yang menyelenggarakan
pelatihan misal pelatihan MTU yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten,
maka tim proyek tersebut meliputi,
1. Dari
penyelelenggara dana pelatihan, misal Bapeda
2. Dari
penyelenggara pelatihan, misal balai latihan kerja.
3. Dari pemerintah
daerah, misal dinas sosial, dinas tenaga kerja
4. Dari unit yang terkait, misal kelurahan
Personil tim tersebut bekerja dengan menjalin koordinasi
melalui working party untuk merumuskan segala sesuatu yang diperlukan
dalam survey tersebut.
Hasil survey tersebut digunakan untuk,
1. Menyiapkan data-data sebagai masukan untuk bahan
pertimbangan bagi tim yang diperlukan untuk mengambil keputusan dalam
menyiapkan rencana program pelatihan.
2. Perlu data yang kongkrit dilapangan, berawal dari bawah
untuk diusulkan ke atas sebagai data dalam menyusun program pelatihan.
3. Tujuannya
adalah untuk menyusun rencana bagaimana cara memenuhi kebutuhan latihan yang
telah diidentifikasi dan dianalisa.
4. Digunakan untuk
menyusun metodologi ketrampilan yang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana
tempat latihan diselenggarakan dan didukung oleh mekanisme yang baik, tertib
dan lancar.
5. Menetapkan
dimana pelatihan tersebut diselenggarakan, yaitu dengan melihat dan
mempertimbangkan daerah potensial yang mendapat prioritas sebagai tempat lokasi
pelatihan.
6. Menetapkan
kapan pelatihan tersebut dilaksanakan, berapa lama latihan tersebut
diselenggarakan.
7. Menetapkan
siapa yang melakukan, lembaga mana yang akan menyelenggarakan.
Didalam memilih
desa yang dikunjungi seyogyanya dipertimbangkan,
1. Keadaan sarana
transportasi didesa tersebut, dengan memperhatikan faktor kesulitannya.
2. Situasi
kemajuan dibidang industri, pertanian, peternakan, perikanan, yang cenderung
diminati oleh masyarakat atau yang cenderung dikembangkan oleh masyarakat.
3. Adanya
kebutuhan tenaga kerja dari sektor industri kecil, menengah maupun besar untuk
mengisi lowongan pekerjaan atau usaha mandiri.
4. Adanya potensi
daerah yang perlu dikembangkan melalui ketrampilan tertentu yang bisa
dikembangkan, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan bahan baku yang ada
didaerah menjadi barang produktif.
Setelah
diketahui tempat pelatihan, maka perlu ditetapkan kebutuhan latihan, antara
lain
1. Penetapan
keadaan angkatan kerja, yang dimaksud angkatan kerja adalah seseorang yang
telah berusia 14 tahun.
2. Penetapan
keadaan wilayah, adalah untuk mengetahui potensi daerah atau wilayah
terhadap perluasan kerja dengan memanfaatkan potensi daerah untuk
pembangunan perluasan kerja. Potensi yang perlu diketahui antara lain meliputi
potensi sumber daya alam, potensi industri, potensi pertanian dan
lain-lain. Dengan mempertimbangkan keadaan wilayah, maka keadaan tersebut dapat
digunakan sebagai pertimbangan perlunya diadakan pelatihan ketrampilan
kerja.
3. Penetapan data
proyek pembangunan, maksudnya adalah untuk mengetahui proyek-proyek yang ada
diwilayah/daerah dapat diketahui jumlah dan jenis/bidang
4. tenaga kerja
yang diperlukan guna mengisi kesemptan kerja yang ada didaerah tersebut.
5. Penetapan data
dari kelembagaan desa, maksudnya untuk mengetahui dan menentukan prioritas desa
mana yang nantinya dapat dipertimbangkan guna mendukung rencana tujuan
pelaksanaan kegiatan pelatihan.
6. Penetapan
perumusan masalah dan tujuan, dengan mempeljari data dan informasi tentang
keadaan tersebut di atas akan mempermudah didalam menyusun rencana kebutuhan
pelatihan.
7. Penetapan kegiatan
MTU, dengan memperhatikan perumusan masalah dan tujuan tersebut, maka melalui
sistim keterpaduan kegiatan tersebut dapat dilaksanakan.
Pelatihan model
MTU ini lebih baik jika dilakukan secara terpadu dari berbagi institusi
yang terkait, mengingat bahwa masing-masing institusi pada masa reformasi
mempunyai kegiatan pelatihan oleh sebab kegiatan pelatihan tersebut akan
lebih
bermanfaat jika dipadukan menjadi satu pilot proyek untuk mengangkat desa yang
miskin dan tertinggal. Dengan melalui keterpaduan tersebut akan dapat
menyelesaikan kemiskinan dengan tuntas melalui upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia dengan memberi ketrampilan
kerja,
pemberian atau peminjaman modal, peningkatan permodalan, dan pengembangan
usaha.
Dampak yang
diharap dalam pelatihan MTU adalah peningkatan sumber daya manusia sehingga
mampu menanggulangi kemiskinan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mekanisme
koordinasi rekrut calon peserta latihan dapat dilakukan dengan memanfaatkan
data yang telah terkumpul dari kelurahan yang sudah dibentuk kelompok.
Pembentukan kelompok agar pelayanan pelatihan terhadap masyarakat miskin
dapat terarah sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.
Pelatihan yang diajukan hendaknya diusulkan, melalui usulan kegiatan.
Agar kegiatan
yang diusulkan dapat memenuhi sasaran pelatihan yang diharapkan. Yang
bertanggung jawab atas kelompok tersebut adalah lurah atau kepala desa yang
diketahui oleh kecamatan. Selain menyiapkan pelaksanaan rekrutmen, pemerintah
daerah yang ada paling bawah kecamatan atau kelurahan hendaknya memberikan
suport keberhasilan pelatihan antara lain sebagai berikut,
1. Membantu
menyediakan fasilitas lokasi penyelenggaraan pelatihan
2. Ikut serta
dalam proses rekrutmen dan seleksi calon peserta pelatihan
3. Ikut
serta dalam suport lulusan guna memperoleh bantuan kridit dari bank
4. Ikut serta
membina para lulusan latihan
5. Ikut serta
dalam mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap lulusan yang sudah membentuk
usaha kelompok
Pelatihan
ketrampilan yang diselenggarakan dengan cara MTU meliputi beberapa bidang
ketrampilan yang berbeda bergantung kebutuhannya. Karena bidang ketrampilan
berbeda alangkah baiknya jika melibatkan pula instansi yang terkait untuk ikut
serta berperan didalamnya. Tujuannya adalah untuk
membantu dalam rangka pembinaan
dan pengembangan misal kebutuhan tenaga ahli,peralatan dan perlengkapan yang
dimilki oleh lembaga yang kurang lengkap perangkatnya, baik hard ware maupun
soft ware. Dengan melibatkan berbagai fihak yang berkompeten dalam kejuruan
pelatihan sangat membantu kelancaran pelaksanaan pelatihan terutama dalam hal
konsultasi mengenai pengembangan dan tindak lanjut dari peserta pelatihan.
Mengingat berbagai macam ketrampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang
sejalan dengan laju kebutuhan yang selalu berubah dan berkembang.
Oleh sebab itu
ketrampilan yang disajikan selalu ada hubungannya dengan kemampuan ketrampilan
yang siap pakai, mutakhir dan dibutuhkan masyarakat, kondisi tersebut harus
memperoleh prioritas utama bagi masyarakat dalam rangka pencarian nafkah atau
pekerjaan . Disamping itu sangat membantu pula dalam hal permodalan,
justru permodalan itulah yang sangat dibutukan bagi masyarakat
miskin.
Rencana
operasional tim survey untuk kebutuhan latihan keliling, dilakukan dengan
tujuan agar dapar mendapatkan calon siswa yang sesuai dengan harapan
penyelenggara latihan.
Tim bekerja
bersama-sama tim dari desa untu melaksankan rekrutmen siswa, dari kedua tim
tersebut dikaji bersama – sama dengan tim analisis. Dari hasil tim tersebut menentukan kejuruan mana yang sesuai
dengan kebutuhan. Kemudian dari hasil kebutuhan pekerjaan tersebut dibuat
kurikulum latihan oleh tim penyusus kurikulum dan dibuatlah kedalam
elemen latihan .
Setelah elemen latihan dibuat maka disusunlah persiapan
latihan yang sesuai dengan kebutuhan elemen latihan yang dibutuhkan. Dari
hasil persiapan latihan maka dilanjutkan untuk pelaksanaan pelatihan.
Jika terjadi siswa tidak memenuhi syarat kelulusan perlu diadakan kaji ulang
dengan berbagai pertimbangan untuk diadakan ualng pemberian materi sampai yang
bersangkutan memenuhi kritera lulus.
Gambar 6 . Alur operasional tim survey tentang kebutuhan
latihan MTU
Pelaksanaan
pelatihan MTU dapat dilakukan dengan beberapa persiapan antara lain,
1. Analisa
kebutuhan pelatihan
Analisa
kebutuhan latihan yang dimaksudkan adalah sampai sejauh mana kebutuhan
latihan tersebut diperlukan oleh masyarakat, dengan sendirinya kebutuhan
tersebut disesuaikan dengan potensi yang ada didaerah, misalnya bahan
baku mudah dijangkau baik dari segi tempat maupun harga, disamping itu hasil
barang produksi tersebut diperlukan oleh
masyarakat.
Maka dari itu,
sebagai tim survey agar bisa menelusuri kebutuhan tersebut secara cermat sehingga
pelatihan yang akan dilaksanakan tepat pada sasaran yang diharap oleh
masyarakat.
2. Tim Penyusun
Kurikulum
Dalam
penyusunan kurikulum agar tim ada upaya untuk mengutamakan perkembangan
kebutuhan masyarakat yang bersifat humanistik. Hal ini dapat dilakukan bila
masyarakat punya keinginan atau kehendak untuk melengkapi kekurangannya.
Untuk itu perlu diberi kebebasan, kemandirian dalam menentukan kurikulumnya.
Ada seorang Paulo Freire melaksanakan pendekatan kepada
masyarakat, ia berusaha agar orang menyadari tentang kulturnya dimana ia hidup
agar mereka bergerak untuk mengubahnya dan memperbaiki nasibnya. Jadi penetapan
kurikulum melekat dengan kebutuhannya, bukan mengikuti kehendak penyelenggara
pelatihan. Kalau penetapan kurikulum berdasar pengajarnya maka inovasi
kurikulum bergantung kepada pengajar dan pada umumnya pengajar tidak pernah
terlibat dalam penelitian kebutuhan yang ada di masyarakat.
Dengan
oreantasi seperti ini maka perlu patokan, pegangan yang memberikan corak atau
warna terhadap kurikulum yang akan disusun sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai oleh masyarakat. Paling tidak dalam penyusunan tersebut harus ada
hubungan antara kurikulum dengan masyarakat antara lain
Kurikulum
hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang ada di masyarakat.
a.
Isi kurikulum
hendaknya mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dapat digunakan
untuk menimba pengetahuan saat kini yang berguna untuk menghadapai tantangan
serta kebutuhan di masyarakat.
b. Masyarakat
sebagai peserta pelatihan hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya
sendiri dan tidak sekedar penerima pasif.
c. Development task,
konsep dari Havighurst untuk mempertemukan kebutuhan pengelola dan
kebutuhan masyarakat sehingga apa yang dicanangkan dalam pelatihan tidak
sia-sia.
d. Penyusunannya hendaknya tetap berpegang kepada struktur
kurikulum dan pelaksanaannya lebih baik jika memakai learning unit.
e. Tim penyusun harus mempunyai sifat inovatif yaitu kreatif,
berani menghadapi kritik, idealisme yang benar, terbuka, dan selalu tidak puas.
f. Tim penyusun selalu berupaya untuk mengadakan pembaharuan
dengan melakukan penelitian di masyarakat, interaksi dengan masyarakat, dan
mencAri pemecahan
masalah.
3. Penyiapan
Elemen Belajar
Untuk
menyiapkan elemen belajar yang perlu diketahui antara lain, tujuan belajar
kemudian materi yang akan diajarkan.
Dalam penyajian
materi tersebut harus dipersiapkan lebih dahulu elemen-elemen materi mana yang
akan disampaikan. Didalam penyiapan tersebut antara lain yang diperhatikan
adalah, materi, waktu, tempat, fasilitas, dan pengajarnya.
Bagian
yang dipersiapkan antara lain, instruktur/pengajarnya, peralatan,
bahan, kurikulum, jadwal, laporan dan evaluasi serta
monitoring.
Intruktur
dituntut penuh atas tercapainya pelatihan sehingga tujuan pelatihan tercapai.
Disamping itu instruktur bertangung jawab tentang tertibnya pelaksanaan
administrasi pelatihan, pemeliharaan peralatan pelatihan, serta pertanggungan
jawab pelaksanaan pelatihan MTU.
Dalam evaluasi
mencakup tanggapan semua unsur yang terlibat dalam pelatihan terhadap
komponen-komponen pelatihan MTU tediri dari tanggapan instruktur, tanggapan
peserta, tanggapan terhadap penyelenggara pelatihan serta tanggapan lainnya
seperti Pemerintah daerah, sampai kepada desa yang ditempati pelatihan.
Yang dimaksud monitoring adalah kegiatan dalam merekam dan
mengumpulkan data secara sistimatis tentang pelaksanaan pelatihan MTU, mulai
dari pelaksanaan sampai kepada evaluasi.
4. Program pelatihan pesanan (Tailor made training).
Program ini bertujuan untuk melatih pekerja dalam
berbagai kejuruan sesuai dengan kebutuhan yang diminta oleh perusahaan atau
instansi tertentu, untuk meningkatkan ketrampilannya dalam bekerja. Penyelenggaraan
pelatihan ini dilakukan ditempat lembaga latihan atau di tempat perusahaan
sesuai dengan permintaan siswa. Demikian pula waktu dan materi disesuaikan
dengan kualitas ketrampilan yang diingini. Pelatihan ini bisa dilakukan
perorangan atau rombongan dengan berlatih satu ketrampilan yang sama.
Waktu dan tempat tergantung kesepakatan kemauan peserta
latihan, penyelenggara latihan lebih mengutamakan kebutuhan peserta latihan
termasuk program yang diinginkan.
Konsentrasi
pelatihan ini terfokus kepada kebutuhan peserta pelatihan. Pertama-tama yang
harus dilakukan adalah mengelompokkan kebutuhan pelatihan dari beberapa peserta
latihan, kemudian mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dari masing-masing
kelompok yang mempunyai keinginan yang sama, setelah itu dibuat program
pelatihan.
Pelatihan yang
seperti ini membutuhkan persiapan awal yang cukup lama antara lain:
1. Pengelompokkan
atau penggolongan usia peserta pelatihan
2. Penggolongan dasar pendidikan
3. Pengelompokkan kebutuhan pelatihan yang spesifik
4. Pengelompokkan waktu pelatihan yang diinginkan
5. Pengelompokkan akhir ketrampilan yang ingin dicapai
Dengan adanya pengelompokkan seperti ini akan mempermudah
dalam menyampaikan materi latihan, bahan latihan dan kurikulum silabus latihan.
Disamping itu untuk mempermudah pretest baik dari sisi materi test maupun
evaluasi pretest.
Pelatihan model pesanan memerlukan
fasilitas yang beragam dan selalu siap untuk mengikuti keadaan perkembangan
yang ada dimasyarakat, permintaan masyarakat harus bisa dipenuhi dengan tepat
cepat dan akurat. Tepat dalam memberikan materi maupun hasil yang hendak
dicapai, cepat dalam menangani program dan pelaksanaan pelatihan, serta akurat
dalam materi yang diberikan sesuai dengan teori dan praktek.
Kepuasan bagi peserta pelatihan menjadi
sebuah tolok ukur akan keberhasilannya. Jika peserta pelatihan tidak puas
akan mengakibatkan masyarakat tidak percaya lagi kepada lembaga pelatihan. Oleh
sebab itu perlu diadakan test awal sebelum pelatihan dilaksanakan dan tes akhir
sesudah pelatihan dilaksanan yang menyangkut tentang, materi pelatihan, sarana
pelatihan, penyelenggara pelatihan, instruktur yang melatih dan yang dicapai
apakah sudah sesuai dengan tujuan pelatihan.
Apa yang terjadi jika masyarakat
pengguna pelatihan tidak puas, paling tidak peserta pelatihan akan berkomentar
kepada orang lain dan orang lain tersebut menyampaikan kembali kepada yang
lain.
Dampak dari komentar masyarakat
tersebut menjadi sebuah nyanyian yang tidak sedap di masyarakat akibatnya
lembaga tersebut tidak dipercaya lagi kepada msyarakat.
D. DASAR PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN
Dalam pelaksanaan pelatihan
dibutuhkan penyusunanan program latihan yang tepat dan pelaksanaan
tersebut tidaklah mudah dilakukan. Ada kaitan atau ketergantungan antara isi
program latihan dengan sasaran latihan, dan erat pula hubungannya dengan
penempatan. Pelatihan sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan suatu pekerjaan.
Akan sia-sialah suatu program latihan,
bila hasil latihan tersebut tidak memenuhi persyaratan kwalifikasi jabatan yang
dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh kelemahan kurikulum yang berlanjut
pada kelemahan didalam penyusunan materi instruksional pengajarnya. Begitu pula
dengan kelemahan yang mungkin terjadi di atas akan dipengaruhi lagi dengan para
instruktur atau pengajar di dalam mempersiapkan penyajian dan prosesyang
penyajian sendiri. Adakalanya suatu penyajian yang sangat menarik dapat
terjadi tetapi disayangkan bahwa materi yang
disajikan tersebut sama sekali jauh menyimpang dari tujuan atau sasaran tujuan
kurikulum.
Untuk menyusun program tersebut, perlu
dilandasi dengan jenis ketrampilan yang harus dikuasai atau mampu dilaksanakan
sesuai sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan pekerjaan yang dilatihkan. Untuk
ini maka pendekatan latihan pada hakekatnya bukan tergantung pada waktu /
lamanya program latihan. Pendekatan pelatihan harus benar-benar secara murni
pada kebutuhan jenis-jenis ketrampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang
diperlukan. Dengan demikian
penyusunan
mataeri penyajian atau materi instruksional adalah tahap yang terpenting
sesudah program latihan atau kurikulum dan silabus diperoleh. Penyusunan ini
tidaklah semudah yang dibayangkan. Landasan dasar penyusunan suatu materi perlu
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain, (1). Hubungan antara instruktur dan
siswa, yang menyangkut tentang paedagogik maupun sosiologinya. (2). Teknis
aplikasinya, yang meliputi kebijakan, dan tujuan yang hendak dicapai. (3). Dana , menyangkut tentang bahan, dan jumlah jam latih.
Dasar analisa dalam penyusunan program
pelatihan tersebut perlu ada penyesuaian tentang, nama judul materi yang akan
disampaikan, isi informasi yang tercantum didalamnya serta peralatan
pelatihan yang diperlukan, waktu yang diperlukan, dan pedoman pelaksanaan.
Tahapan perencanaan tersebut dapat
dibuat alur perencanaan sebgai berikut
Pada analisa
kebutuhan latihan meliputi kwalitas dan kwantitas latihan yang disesuaikan
dengan kebutuhan latihan. Setelah kebutuhan latihan tersebut dianalisa yang
sesuai dengan kebutuhan, lalu dilanjutkan dengan analisa perencanaan
pelatihan.
Dari analisa tersebut mewujutkan
program pelatihan, dilaksanakan berdasarkan kurikulum dan uraian silabus.
Berdasarkan uraian silabi tersebut dibuat urut-urutan pelaksanaan pelatihan
dibuat dalam matrik materi latihan latihan. Dari masing-masing materi tersebut
dibuat rencana materi instruksional.
Jika pelatihan tersebut konsentrasi
kepada pelatihan tenaga kerja, maka perlu diketahui lebih dahulu jabatan apa
yang dikehendaki seperti halnya flowchart di bawah ini:
Gambar 8.
Alur hubungan antara pekerjaan jabatan dengan pelatihan
1.
Teknik Penyusunan Program Latihan
Untuk membedakan antara fungsi dan
tugas yang dibebankan pada jabatan diuraikan pada deskripsi jabatan (Job
Description).
Sedangkan penjelasan tentang berbagai
fungsi-fungsi kerja umumnya dapat dilihat pada suatu ikhtiar tugas (job
summary) dan tugas-tugasnya diperinci pada isi tugas (job content) yang
meliputi berbagai uraian elemen-elemen tugas-tugas pekerjaan pada setiap jabatan
atau fungsinya.
Gambar
9. Alur diagram analisa
Dalam
menganalisa suatu uraian ikhtisar tugas pada salah satu fungsi jabatan, berawal
dengan menentukan topik jabatan. Dengan adanya topik jabatan bermanfaat sebagai
nama bentuk pekerjaan yang akan di lakukan.
Fungsi
jabatan merupakan merupkan peranan jabatan yang akan dilakukan. Tugas
jabatan menyangkut tentang jenis macam pekerjaan. Elemen kerja
merupakan jenis pekerjaan yang dilakukan yang dituangkan dalam urut-urutan
kerja.Aksi merupakan tindakan atau aktivitas.
Didalam analisa tugas merupakan uraian
ihtisar pada salah satu tugas jabatan maka secara terperinci hal ini
memerlukan analisa tertentu yang dikeal sebagai analisa tugas (task analisis),
dengan mengunakan suatu nalisa yang sederhana maka akan diperoleh gambaran
tentang uraian suatu tugas yang meliputi :
a.
Frekuensi Kerja
Banyaknya
ulangan pekerjaan yang sama dalam periode waktu tertentu kriteria frekuensi
dalam katagori jarang dilakukan sehari-hari beberapa kali dilakukan atau sering
dilakukan.
b.
Tingkat peranan
Keadaan
kriterianya jenis tugas yang dapat diakatagorikan
dalam prioritas antara lain penting
atau tinggi, sedang atau menengah, tidak penting atau rendah.
c.
Kesulitan
Kesulitan
didalam melakukan tugas tersebut dan cara
pengajaran yangdikatagorikan
atas,mudah sekali, mudah, cukup sulit, sulit.
Untuk menganalisa ini diperlukan
formulir analisa tugas, yaitu untuk menyusun Suatau uraian tugas maka hasil
analisa di atas harus dijadikan dasar penyusunan materi instruksional,
pedoman kerja untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan yang disusun dengan
bentuk isi program latihan. Dalam menetapkan langkah-langkah operasionalnya,
agar dipertimbangkan teknik metoda penyajian, cara penyelenggaraannya dan
berbagai hal lain yang terkait perlu dijelaskan selurunya.Sebagai contoh
lembaran analisa tugas
Tabel Lembaran Tugas
Jabatan:
|
Fungsi:
|
||
Macam
Tugas
|
Frekuensi
Kerja
|
Tingkat
Peranan
|
Kesulitan
Kerja
|
Setelah diketahui data dari analisa
tugas dari masing-masing calon peserta maka, hasil tersebut perlu dianalisa.
Hasil dari analisa tersebut digunakan sebagai pedoman didalam menetapkan jenis
pelatihan yang akan diselenggarakan.
Untuk menganalisa ketrampilan yang
diperlukan agar dicermati dengan betul tugas yang akan dilaksanakan, frekwensi
kerja artinya sampai berapa tahun tugas tersebut akan dilaksanakan, tingkat
peranan kerja sebagai apa, dan kesulitan kerja terletak dimana.
Untuk menyusun suatu program atau
kurikulum, program latihan perlu dilandasi pada jenis-jenis ketrampilan yang
harus dikuasai atau mampu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan
pekerjaan yang dilatihkan. Untuk itu maka pendekatan latihan pada hakekatnya
bukan tegantung pada lamanya program latihan, tetapi bergantung kepada
kebutuhan ketrampilan. Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan landasan
dasar dalam penyusunan materi, antara lain ada beberpa aspek:
a.
Bersifat
humaniora yaitu bersifat kekeluargaan dengan pendekatan yang akrab meliputi
peadagogik, andragogik, psikologis dan sosiologis.
b.
Teknis yang terkait dengan aplikasi
teknologi yang berkembang.
c.
Ekonomi yang terkait dengan sumber dana
untuk membiayai pelaksanaannya.
Hubungan antara klasifikasi latihan dan
klasifikasi jabatan mempunyai hubungan yang sangat erat, karena terkait dengan
pelatihan yang hendak dicapai terhadap pekerjaan yang diharapkan. Analisa ini
tentu didasarkan pada analisa jabatan untuk kebutuhan latihan. Kebutuhan
latihan terkait pula dengan penyusunan materi intruksional yang harus dilakukan
dan dapat dilakukan pada lembaran instruksional, lembaran penugasan, lembaran
informasi dan berbagai macam kelengkapan lainnya seperti diktat, alat dan
perangkat latihan lainnya.
2.
Tipe Ketrampilan
Ada lima tipe
ketrampilan antara lain
Recall, yaitu ketrampilan yang sifatnya untuk mengingat kembali
ketrampilan yang pernah diberikan. Descrimination yaitu ketrampilan
untuk membedakan.
Problem solving yaitu ketrampilan untuk memecahkan permasalahan misalnya
bagaimana cara membuat kaburator untuk bahan bakar minyak
gas.
Dengan dasar pengetahuan terhadap aplikasi kelima tipe
ketrampilan tersebut diatas yang diperlukan pada proses penyajian, maka
penyusunan materi intruksional atau materi pengajaran, proses dan metoda yang
diperlukan, peralatan latihan mengajar yang dibutukan khusus menyangkut materi
bersangkutan akan dipersiapkan sebelumnya.
Suatu analisa ketrampilan yang
sederhana yang digunakan pada setiap elemen atau unit pengajaran, elemen
akatifitas latihan memerlukan informasi yang jelas dari setiap macam
ketrampilan. Untuk analisa ini maka perlulah diuraikan berbagai macam
ketrampilan atau pengetahuan yang akan disajikan dalam : 1). Tata uraian
langkah kerja, 2) tipe ketrampilan yang digunakan, 3) tehnik ketrampilan yang
digunakan, 4) mesin dan peralatan, bahan dan sebagainya yang diperlukan, 4)
serta berbagai informasi lainnya.
Dengan gambaran analisa ketrampilan
tersebut di atas maka akan diperoleh penjelasan selengkapnya tentang unit-unit
materi yang perlu disajikan. Hal ini akan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menuisun materi intruksional dengan harapan bisa memenuhi proses pengajaran
penyajian secara efektif dan efisien.
Contoh lembaran analisa ketrampilan:
Referensi
|
Tugas
|
|||
Macam Ketrampilan
|
Langkah
Kerja
|
Tipe
Ketrampilan
|
Metoda
Penyaji
An
|
Peralatan
Diperlu
Kan
|
Analisa tersebut perlu uraian
tentang ketrampilan yang akan disajikan yang memuat tentang uraian langkah
kerja, tipe ketrampilan yang digunakan, tehnik ketrampilan yang digunakan,
mesin dan peralatan maupun bahan yang diperlukan serta informasi
3.
Pendekatan Dalam Penyusunan Program
Latihan
Seperti diuraikan sebelumnya, suatu
program latihan bergantung pada kebutuhan pekerjaan atau dengan kata lain harus
beroreantasi kepada penempatan lapangan pekerjaan . Dengan demikian setiap
program latihan harus mempunyai tujuan yang jelas dan pasti, dan keberhasilan
latihan tersebut harus dapat terukur (measureble). Pengukuran tersebut dapat
dilakukan di akhir program pelatihan dengan apa yang disebut sebagai post-test.
Hal ini akan menggambarkan keberhasilan yang dicapai
Dalam mengikuti program latihan atau
mampu melaksanakan pekerjaan sesuai persyaratan jabatan yang tercermin pada
program latihan. Ukuran keberhasilan ini masih perlu memperhatikan pengukuran
keberhasilan pada tahap tindak lanjut latihan. Yaitu tercapainya usaha penempatan
pada lapangan kerja sesuai dengan program pelatihan yang diperoleh.
Persyaratan yang dibutuhkan harus
sesuai dengan programnya, meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman,
umur, jenis kelamin, kemampuan fisik, yang menyangkut kebutuhan minimal yang
diperlukan untuk mengikuti program pelatihan.
Dalam
merumuskan penyusunan elemen pengajaran, antara lain mencakup:
a.
Tata susunan
Kurikulum dan Silabus mata pelajaran yang akan disajikan. Kelengkapan ini akan
mencerminkan persiapan program pelatihan yang dilaksanakan. Setiap pengajar
harus harus menyusun materi instruksionalnya dengan dasar silabus tersebut
di atas. Sehingga pengendalian dalam pencapaian sasaran atau
tujuan latihan ynag ditetapkan dalam program latihan pelaksanaanya akan mudah
dilakukan.
b.
Penyusunan tata penyelenggaraan atau
metodologi penyajian kurikulum perlu dilakukan dengan penyesuaian tahap dan
langkah penyajian antara mata pelajaran, antar silabus, dan hubungan
ketergantungan antara tehnik dan metoda penyajian yang diberikan.
c.
Pengadaan fasilitas penyajian latihan
meliputi persiapan pengajaran seperti pengadaan alat-alat peraga, bahan-bahan
latihan yang diperlukan, peralatan mesin dan kondisi lingkungan latihan yang
memenuhi persyaratan minimum.
4.
Penyusunan Kurikulum dan Silabus
Untuk menyususn kurikulum perlu
dituliskan dalam kalimat pasif dan mata pelajaran yang tercantum tersebut akan
mencerminkan fungsi kegitana kerja dalam struktur alatihan atau jabatan yang
sesuai dengan program latihannya. Untuk penyusunan silabus dilandasi dengan
pelaksanaan tugas pekerjaan dan berbentuk kalimat aktif dan terbatas dengan
tingkat ketrampilan tertentu yang mencerminkan elemen belajar maupun
langkah-langkah pengajaran. Semakin jelas uraian program
latihannya akan membuat semakin jelas
dalam uraian penyajian latihan. Menurut James B Macdonald ( Piner, 1975) untuk
menyusun kurikulum hendaknya :1). Bisa memberikan kerangka pegangan dalam
pengembangan dan pengarahan kegiatan kurikulum, 2) bisa mengidentifikasi dan
menjelaskan variabel-variabel dan hubungannya dengan aspek kurikulum yang dapat
divalidasi secara empiris, 3) memberikan suatu perangkat prinsip-prinsip dan
hubungan yang dapat diuji secara empiris didalam pengembangan kurikulum.
Perlu diperhatikan bahwa kurikulum
selalu mempunyai implikasi bagi perbuatan dan tindakan dengan memperhatikan
hasil yang dicapai dalam pelatihan yang tercakup didalamnya terlibat aspek
epistemologi atau pengetahuan, ontologi atau keberadaan eksistensi maupun
realita dan aksiologi yang berupa nilai-nilai.
Pengetahuan diwujutkan dalam bentuk
konseptual yang dapat diaplikasikan, realitas mengutamakan masalah kultural
atau yang saat ini diperlukan oleh user atau pemakai peserta lulusan. Nilai
menonjolkan pada pengalaman belajar apakah bahan pelajaran didasarkan atas
pengetahuan dan nilai ketrampilan antara lain meliputi tujuan pelatihan,
bahan pelatihan, prosel belajar mengajar, dan penilaian. Dalam pelatihan ada
tiga sumber yang harus diperhatikan yaitu pengetahuan, user/ pengguna lulusan,
dan peserta latihan. Pada umumnya peserta latihan siswanya sangat hiterogin
yang tidak terikat oleh basic pendidikan yang sama.
Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun materi kurikulum latihan kerja
antara lain:
a.
Membentuk tim penyusunan
kurikulum
b.
Melibatkan
pengguna lulusan
c.
Sesuai dengan
kebutuhan kerja
d.
Menyesuaikan
dengan peralatan kerja
e.
Mengandung
muatan teoritis
f.
Mengandung
muatan praktis
g.
Mengandung
muatan peraturan kerja
h.
Mengandung
muatan kerja dan etika pekerja
i.
Mengandung muatan keselamatan kerja
j.
Alokasi waktu disesuaikan dengan jumlah
jam kerja, misalnya waktu pelatihan perhari 8 jam atau
satu minggu 40 jam kerja.
Dalam kurikulum tersebut dibuat
sedemikian rupa dengan harapan siswa akan terbiasa melaksanakan kegiatan
latihan seperti suasana waktu kerja. Mengkondisikan keadaan seperti ini
agar sisw terlatih untuk bekerja yang sesuai dengan suasana waktu kerja,
umumnya mulai jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
E. PRINSIP
PELAKSANAAN PELATIHAN
1.
Merencana Materi Latihan
Didalam merencanakan rencana materi
latihan hendaknya memperhatikan sayarat sebagai berikut:
a.
Lengkap,
mencakup semua komponen pelajaran
b.
Mudah diikuti atau dimengerti
c.
Diatur dalam bentuk dan susunan yang
sistimatik
d.
Berisi langkah-langkah yang penting,
kata-kata, catatan, dan pertanyaan yang diperlukan
e.
Berisi hanya
bahan materi yang berhubungan dengan materi latihan
f.
Digunakan oleh Instruktur, bukan oleh
siswa
g.
Digunakan sebagai pedoman dalam
penyampaian materi latihan.
Secara rinci
rencana materi latihan (rencana pelajaran) dapat dibuat alur bagan sebagai
berikut: