Ada
banyak klasifikasi yang dibuat oleh berbagai kalangan. Dalam buku ini kita akan
menggunakan empat klasifikasi, yaitu klasifikasi berdasar manfaat penelitian,
klasifikasi berdasar tujuan penelitian, klasifikasi berdasar dimensi waktu,
serta klasifikasi berdasar teknik pengumpulan data. Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa pengklasifikasian ini bisa berpengaruh pada
keseluruhan proses penelitian yang akan dilakukan, seperti adanya :
1.
perbedaan penyusunan rancangan penelitian;
2.
perbedaan instrumen penelitian yang digunakan;
3.
perbedaan subjek penelitian;
4.
perbedaan teknik analisis data.
A. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Manfaat
Penelitian
Apa manfaat yang bisa diambil dari penelitian yang sudah dilakukan?
Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua jenis enelitian, yaitu penelitian
murni dan penelitian terapan.
1. Penelitian Murni
Penelitian murni merupakan penelitian yang manfaatnya dirasakan untuk
waktu yang lama. Lamanya manfaat ini lebih karena penelitian ini biasanya
dilakukan karena kebutuhan peneliti sendiri. Penelitian murni juga mencakup
penelitian-penelitian yang dilakukan dalam kerangka akademis.
Contoh yang paling nyata adalah penelitian untuk skripsi, tesis, atau
disertasi. Karena penelitian murni lebih banyak digunakan di lingkungan akademik,
penelitian tersebut memiliki karakteristik yaitu penggunaan konsep-konsep yang
abstrak. Penelitian murni biasanya dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu
pengetahuan. Umumnya hasil penelitian murni memberikan dasar untuk pengetahuan
dan pemahaman yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan yang dapat
diaplikasikan pada penelitian selanjutnya. Karena penelitian murni lebih banyak
ditujukan bagi pemenuhan keinginan atau kebutuhan peneliti, umumnya peneliti
memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan ia teliti. Fokus
peneliti ada pada logika dan rancangan peneliti yang dibuat oleh peneliti
sendiri.
2. Penelitian Terapan
Berbeda dengan penelitian murni, pada penelitian ini terapan, manfaat dan
hasil penelitian dapat segera dirasakan oleh berbagai kalangan. Penelitian
terapan biasanya dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada sehingga hasil
penelitian harus segera dapat diaplikasikan.
Banyak contoh tentang penelitian terapan, seperti misalnya bentuk
penelitian pemasaran. Hasil dari penelitian harus bisa memberikan gambaran
kepada perusahaan mengenai produk apa yang akan laku di pasaran, produk apa
yang gagal di pasaran, serta berbagai solusi yang bisa digunakan untuk
mengatasi segala masalah yang ada di perusahaan. Karena penelitian terapan ini
digunakan untuk segera mengatasi masalah yang ada, konsep-konsep yang digunakan
juga cenderung konsep-konsep yang operasional, dan bukan konsep yang abstrak.
Bahkan secara ekstrem dikatakan bahwa penelitian terapan cenderung tidak (atau
mengabaikan) menggunakan teori dalam penyusunan rancangan penelitiannya. Sering
kali diidentikkan bahwa penelitian terapan adalah penelitian yang menggunakan
sponsor. Cenderung demikian, namun bukan berarti bahwa setiap penelitian yang
menggunakan sponsor. Secara umum penelitian terapan memang merupakan penelitian
yang diminta oleh pihak lain kepada peneliti sehingga peneliti tidak lagi
memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan diteliti. Fokus
penelitian ditujukan dari hasil penelitian, apakah dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada atau tidak, namun tidak jarang juga penelitian
terapan dilakukan justru untuk menemukan masalah-masalah yang ada di pihak yang
meminta penelitian (sponsor). Penelitian terapan sering kali juga masih
dikelompokkan lagi ke dalam penelitian aksi, yaitu penelitian terapan yang
berfokus pada tindakan sosial seperti masalah perilaku menyimpang atau juga
penelitian tentang kenakalan remaja. Selain penelitian aksi, juga ada
penelitian evaluatif formatif, yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk
mengukur keberhasilan suatu program yang sedang berjalan, serta penelitian
evaluatif sumatif, yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk mengukur
keberhasilan suatu program yang sudag selesai dilakukan.
Saat membahas tentang penelitian murni, dikatakan bahwa penelitian
skripsi, tesus, disertasi merupakan contoh nyata mengenai penelitian murni.
Lalu muncul pertanyaan bagaimana tentang penelitian yang dilakukan oleh seorang
mahasiswa (skripsi misalnya) yang karena mahasiswa tersebut kekurangan atau
tidak memiliki dana, ia meminta pada sebuah perusahaan rokok untuk memberikan
dana (menjadi sponsor). Karena penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa
tadi berkaitan dengan permasalahan yang ada di perusahaan rokok tersebut,
perusahaan bersedia mendanai penelitian yang dilakukan mahasiswa tersebut,
tetapi hasil penelitian juga harus diserahkan kepada perusahaan untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Berdasar klasifikasi manfaat penelitian mahasiswa
tersebut masuk ke dalam jenis murni atau jenis terapan, atau kita tambahkan
jenis baru yaitu penelitian murni dan terapan? Untuk menjawab pertanyaan ini
kita harus kembali pada dasar pengelompokan berdasarkan manfaat penelitian ini.
Dasar yang digunakan adalah jawaban atas pertanyaan tentang apa manfaat yang
bisa diambil. Tentunya kita harus kembali kepada alasan utama yang dilakukan
mahasiswa tersebut. Apakah penelitian yang dilakukan awalnya dilakukan dalam
kerangka pengembangan akademik atau dalam kerangka memecahkan masalah? Dengan
kata lain, mana yang lebih diutamakan oleh mahasiswa tersebut, apakah
skripsinya atau kepentingan perusahaan? Jawabannya saya kira lebih kepada
kepentingan akademis. Dengan demikian, penelitian tersebut dikelompokkan ke
dalam jenis penelitian murni.
B. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan
Penelitian
Ada
beberapa literatur yang menggunakan klasifikasi berdasar tingkat analisis,
tetapi dalam buku ini kita gunakan tujuan. Mengapa bukan tingkat analisis?
Pemakaian konsep ini sering kali membuat orang menyimpulkan bahwa karena
menggunakan “tingkat”, ada jenis penelitian yang kedudukannya lebih rendah
dibanding jenis penelitian yang lain. Untuk itu, akan lebih baik jika kita
menggunakan pengklasifikasian berdasar tujuan penelitian. Berdasarkan klasifikasi
ini kita bisa bedakan penelitian ke dalam jenis penelitian eksplorasi,
penelitian deskriptif, serta penelitian eksplanasi.
1. Penelitian Eksploratif
Penelitian ini dilakukan untuk menggali suatu gejala yang relatif masih
baru. Dapat dikatakan bahwa ada suatu fenomena atau gejala yang selama ini
belum pernah diketahui atau dirasakan.
Contoh yang paling nyata adalah penelitian tentang penemuan virus baru.
Dalam ilmu sosial studi kelayakan merupakan jenis penelitian yang berupaya
mengeksplorasi tentan suatu fenomena yang baru. Mengingat bahwa topik yang akan
diteliti merupakan topik yang baru, penelitian ini biasanya memiliki sifat
kreatif, fleksibel, serta terbuka bagi berbagai informasi yang ada. Biasanya
penelitian ini menghasilkan teori-teori yang baru, pengembangan dari teori yang
sudah ada. Dengan topik atau gejala yang baru, maka sering kali penelitian ini
diidentikkan dengan penelitian yang selalu menggunakan pertanyaan “APA” dan
“SIAPA” dalam menggali informasi. Tujuan dari penelitian eksplorasi itu sendiri
adalah :
a.
mengembangkan gagasan dasar mengenai topik yang baru;
b.
memberikan dasar bagi penelitian lanjutan.
2. Penelitian Deskriptif
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail
mengenai suatu gejala atau fenomena. Hasil akhir dari penelitian ini biasanya
berupa tipologi atau pola-pola mengenai fenomena yang sedang dibahas.
Peneliti ini bisa juga dikatakan sebagai kelanjutan dari penelitian
eksploratif. Penelitian eksploratif telah menyediakan gagasan dasar sehingga
penelitian ini mengungkapkan secara lebih detail. Penelitian ini diidentikkan
dengan penelitian yang menggunakan pertanayan “BAGAIMANA” dalam mengembangkan
informasi yang ada. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah :
a.
menggambarkan mekanisme sebuah proses;
b.
menciptakan seperangkat kategori atau pola.
3. Penelitian Eksplanatif
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu
kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah gambaran
mengenai hubungan sebab akibat. Penelitian ini adalah gambaran mengenai
hubungan sebab akibat. Penelitian ini sering kali diidentikkan dengan
penelitian yang menggunakan pertanyaan “MENGAPA” dalam mengembangkan informasi
yang ada. Tujuan dari penelitian eksplanatif adalah :
a.
menghubungkan polap-pola yang berbeda namun memiliki
keterkaitan ;
b.
menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
Selama ini sering terjadi salah kaprah dalam menentukan jenis penelitian.
Kita sering kali mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan adalah penelitian
yang deskriptif analitis. Mengapa demikian? Karena mereka beranggapan bahwa
penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang deskriptif analitis. Mengapa
demikian? Karena mereka beranggapan bahwa penelitian yang dilakukan, selain
memberikan gambaran (deskriptif) juga berusaha menjelaskan antara gejala
(analitis). Kondisi ini sebetulnya tidak boleh terjadi lagi. Kita harus kembali
pada apa sesunggunya yang ingin kita lakukan dalam penelitian tersebut. Kalau
kita ingin menggambarkan sesuatu, penelitian kita adalah penelitian deskriptif.
Kalau kita ingin menjelaskan hubungan antargejala kita akan melakukan
penelitian eksplanatif. Kalau kita ingin menggambarkan dan menjelaskan gejala
tersebut, kita sesungguhnya melakukan penelitian eksplanatif. Pada dasarnya di
dalam penelitian deskriptif, sudah terkandung penelitian eksploratif, karena
kita hanya bisa menggambarkan pola suatu gejala jika gejala tersebut memang
sudah tereksplorasi. Demikian halnya kita hanya bisa menjelaskan keterkaitan
suatu gejala jika gambaran tentang gejala tersebut sudah nyata atau jelas.
Dengan demikian, dalam penelitian eksplanatif, sesungguhnya sudah terkandung
penelitian eksploratif dan deskriptif. Penggunaan konsep deskriptif eksplanasi
sebaiknya tidak terjadi lagi. Dengan penjelasan ini, apakah Anda berpikir bahwa
berarti memang benar jika penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang
memiliki tingkatan lebih tinggi dibanding penelitian deskriptif? Ada benarnya, tetapi juga
jangan sampai ada anggapan bahwa akan lebih berharga kita melakukan penelitian
eksplanatif dibanding penelitian deskriptif. Mahasiswa akan merasa malu kalau
hanya melakukan penelitian eksploratif dibanding penelitian deskriptif. Kondisi
ini yang harus dihilangkan dan dicegah jangan sampai terjadi. Sesungguhnya
masing-masing jenis penelitian memiliki bobotnya masing-masing. Kini kembali
pada tujuan kita melakukan penelitian. Jika kita memang ingin melakukan
penelitian yang mencoba memberikan gambaran saja, lakukanlah penelitian
deskriptif. Atau jika memang gekala yang ada relatif belum diketahui umum atau
merupakan fenomena yang baru, lakukanlah penelitian eksploratif.
C. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Dimensi
Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, kita bisa membedakan penelitian menjadi
penelitian cross-sectional dan
penelitian longitudinal. Untuk membedakan antara keduanya, kita bisa
menggunakan pertanyaan apakah penelitian yang kita lakukan akan diperbandingkan
dengan penelitian lain yang dilakukan dalam waktu yang berbeda atau tidak? Jika
ya, kita bisa katakan bahwa penelitian tersebut merupakan penelitian
longitudinal, sedangkan jika tidak, penelitian tersebut merupakan penelitian cross-sectional.
1. Penelitian Cross-sectional
Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu
tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang tertentu, dan tidak
akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk diperbandingkan.
Satu hal yang perlu diingat bahwa pengertian satu waktu tertentu tidak
bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu, hitungan bulan, atau hitungan tahun
saja. Tidak ada batasan yang baku
untuk menunjukkan satu waktu tertentu. Akan tetapi, yang digunakan adalah bahwa
penelitian itu telah selesai. Dengan demikian, bisa saja seorang melakukan
penelitian di bulan Januari, kemudian karena ada keperluan mendesak, pada bulan
Februari dan Maret, ia kembali ke rumahnya. Pada Bulan April, ia kembali lagi
ke lapangan untuk meneruskan mengumpulkan data. Sekalipun penelitian mendatangi
lokasi penelitian sebanyak dua kali, ia tetap dikategorikan melalukan penelitian
cross-sectional. Dengan demikian,
konsep satu waktu tertentu dalam satu penelitianlah yang digunakan untuk
menentukan bahwa penelitian tersebut merupakan penelitian cross-sectional.
2. Penelitian Longitudinal
Penelitian jenis ini dilakukan antarwaktu. Dengan demikian, setidaknya
terdapat dua kali penelitian dengan topik atau gejala yang sama, tetapi
dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ingat bahwa tidak berarti jika ada dua
penelitian yang dilaklukan dalam waktu yang berbeda dengan topik yang sama
selalu dikategorikan ke dalam penelitian longitudinal, tetapi ada katakunci
yangharus dipegang, yaitu adanya upaya perbandingan antara hasil penelitian.
Dengan kata lain, penelitian longitudinal sudah direncanakan sejak awal
penelitian, dan bukannya secara kebetulan terjadi.
Apa contoh penelitian yang bukan penelitian longitudinal? Misalnya saja
tahun 2000 ada seorang peneliti yang melakukan penelitian tentang Perusahaan
Ansur. Tahun 2004 ternyata ada seorang peneliti yang sama. Kedua penelitian ini
tidak bisa dikategorikan ke dalam penelitian longitudinal karena masing-masing
berjalan sendiri. Kita bisa kategorikan terdapat dua penelitian cross-sectional. Penelitian longitudinal
merupakan penelitian yang mencoba melihat perubahan yang terjadi. Penelitian
longitudinal bisa kita bagi lagi ke dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
a.
Penelitian kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian
terhadap gejala yang sama dengan waktu yang berbeda, serta responden atau
informan yang berbeda. Contoh yang paling sederhana adalah penelitian tentang gaya hidup. Kita akan
melakukan penelitian tentang gaya hidup dengan
melakukan perbandingan antara gaya hidup di
tahun 70-an dengan gaya
hidup di tahun 90-an. Orang-orang yang diteliti bisa saja berbeda, tetapi
gejala atau topik yang diteliti adalah sama.
b.
Penelitian panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap
gejala yang sama dengan waktu yang berbeda, dan responden atau informan yang
sama. Dengan penelitian ini, seseorang akan diteliti minimal sebanyak dua kali.
Misalnya saja kita ingin melihat bagaimana pilihan responden terhadap presiden
sebelum putaran pertama dan setelah putaran kedua. Orang-orang yang diteliti
merupakan orang yang sama. Permasalahan yang sering kali muncul dalam
penelitian ini adalah jika jangka waktu antara penelitian yang satu dengan
penelitian yang lain berdurasi cukup lama sehingga ada kemungkinan responden
yang dulu dijadikan sampel, kini sudah tidak bisa ditemui lagi, misalnya karena
sudah meninggal dunia atau bisa juga karena sudah pindah rumah.
c.
Penelitian kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap
gejala yang sama, yang dilakukan pada waktu yang berbeda dengan responden atau
informan yang memiliki karakteristik yang sama. Dengan demikian, orang-orang
yang diteliti berbeda, tetapi mereka memilili ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri
ini bisa berbentuk apapun juga. Bisa saja mereka memiliki kesamaan pengalaman
hidup, kesamaan tempat tinggal, kesamaan keturunan, kesamaan latar belakang
pekerjaan, dan sebagainya. Misalnya kita akan melakukan penelitian di tahun
1990 kepada orang-orang yang berusia 45 tahun. Tahun 2000 kita melakukan
penelitian yang sama dengan orang-orang yang berusia 55 tahun. Karakteristik
apa yang sama? Mereka adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1945.
Tabel 3.1. Ciri-ciri Penelitian
Longitudinal
Topik
|
Waktu
|
Subjek/Objek
penelitian
|
|
Trend
study
|
sama
|
beda
|
beda
|
Panel
study
|
sama
|
beda
|
sama
|
Cohort
study
|
sama
|
beda
|
karakteristik
sama
|
Dengan demikian, karakteristik yang sama adalah tahun kelahiran. Tidak
hanya itu, ternyata peneliti menginginkan agar semua orang yang diteliti pada
tahun 1965 berusia 20 tahun sehingga dapat mengetahui tentang kejadian
pemberontakan G 30 S PKI, dan sama-sama mengalaminya.
D. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Teknik
Pengumpulan Data
Ada
banyak sekali jenis penelitian yang ada dalam klasifikasi ini. Pengelompokkan
penelitian dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu penelitian kualitatif
dan penelitian kuantitatif. Pengelompokkan ini didasarkan pada dua metode yang
ada didalam penelitian ilmu sosial.
Dalam kelompok penelitian kuantitatif, terdapat beberapa jenis
penelitian, yaitu penelitian survei, penelitian eksperimen, serta analisis isi.
Dalam kelompok penelitian kualitatif terdapat jenis penelitian lapangan,
analisis wacana, serta penelitian perbandingan sejarah. Secara sepintas
jenis-jenis penelitian ini akan digambarkan dalam bagian ini, dan nantinya akan
dibahas lebih jauh pada bagian lain.
1. Penelitian Survei
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai
instrumen penelitian. Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa
pertanyaan dengan struktur yang baku.
Dalam pelaksanaan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.
2. Penelitian Eksperimen
Penelitian ini dapat dilakukan di dalam alam terbuka dan juga di ruang
tertutup. Dalam penelitian eksperimen, kondisi yang ada dimanipulasi oleh
peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dalam kondisi yang telah dimanipulas
ini, biasanya dibuat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok
pembanding. Kepada kelompok kontrol akan diberikan treatment atau stimulus tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil dari reaksi kedua kelompok itu yang akan diperbandingkan.
3. Analisis Isi
Penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada simbol,
gambar, film, dan sebagainya. Pada material yang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung
berapa kali tulisan tentang topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu
statistik dihitung.
4. Penelitian Lapangan
Penelitian ini bisa dimulai dengan perumusan permasalahan yang tidak terlalu
baku. Instrumen
yang digunakan juga hanya berisi tentang pedoman wawancara. Pedoman wawancara
ini dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan.
5. Analisis Wacana
Penelitian ini serupa dengan analisis wacana, hanya saja bukan frekuensi
tampilan dari topik tertentu yang dipilih dalam material yang sudah ditentukan,
tetapi lebih jauh mengaitkan topik tersebut pada setting atau kondisi yang muncul bersamaan atau melatarbelakangi
topik tersebut.
6. Perbandingan Sejarah
Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data dan menjelaskan aspek-aspek
kehidupan sosial yang terjadi di masa lalu. Penelitian ini sebaiknya difokuskan
pada satu periode sejarah, beberapa kebudayaan berbeda, atau juga kombinasi
antara periode sejarah dan kebudayaan yang berbeda.