Selamat Datang Pada Web Dr. Priyono, MM yang merupakan terobosan baru untuk kelanjaran dan keberlangsungan sebuah proses pembelajaran bagi Mahasiswa UNIPA Surabaya…!!!! Priyono is The Best Lecturers: BAB II PROSES PERSIAPAN BERWIRAUSAHA

Rabu, 15 Februari 2012

BAB II PROSES PERSIAPAN BERWIRAUSAHA


2.1    KESIAPAN BERWIRAUSAHA
Seseorang yang berniat memasuki dunia usaha sebaiknya sejak awal telah mempersiapkan diri dengan berbagai bekal yang diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Dunia usaha yang akan dimasuki oleh Seseorang memang tidak serupa dengan dunia ketika seseorang menjadi pegawai atau menjadi karyawan pada organisasi Pemerintah atau organisasi swasta. Meskipun organisasi tersebut merupakan organisasi yang dalam aktifitasnya juga adalah organisasi yang bertujuan mencari laba. Tidak serupanya terletak pada besarnya tanggung jawab dalam mengelola kesinambungan dan pertumbuhan usaha. Hal lain yang menjadi landasan utama bagi seseorang yang akan memasuki dunia usaha adalah komitmen terhadap tujuan dan rencana yang telah ditetapkan.
Seseorang yang menjadi pegawai pada organisasi Pemerintah lazimnya bekerja pada sebuah lembaga yang sistemnya sudah tertata, baik sistem kerja, sistem renumerasi dan atau budaya kerjanya. Dengan demikian maka selama yang bersangkutan bekerja sesuai dengan pola dan alur yang sesuai dengan sistem yang ada, maka seseorang tersebut pada dasarnya telah melakukan tugas­nya dengan baik. Sangat berbeda halnya dengan seseorang yang telah menetap­kan tekadnya untuk menjadi wirausaha, karena sejak saat itu ia tidak lagi bisa melepaskan diri dari seluruh kegiatan yang bertujuan untuk mencapai sasaran­nya. Tiga bekal kesiapan yang kiranya sangat penting untuk diantisipati bagi seseorang untuk memasuki dunia usaha meliputi, kesiapan mental, kesiapan pengetahuan  kesiapan sumber daya.
2.1.1        Kesiapan Dalam Sikap Mental
Yang dimaksud dengan kesiapan mental disini adalah kesiapan diri pribadi seseorang yang berniat memaski dunia wirausaha. Seseorang yang tidak siap mental memasuki dunia usaha akan merasa tertekan dirinya dengan kondisi lingkungannya, seperti malu apabila bertemu orang lain seperti teman, saudara, atau kerabat atau kenalan lainnya. Apabila kondisi ini tidak dipersiapkan sebelumnya, maka bukan tidak mungkin sebelum sampai pada tahap berikutnya, maka calon wirausahawan ini akan mengalami kegagalan. Oleh karena itu maka sejumlah kesiapan mental perlu dipupuk  atau dipersiapkan sejak awal sebelum seseorang memasuki dunia usaha.
Pada bab 2 telah dikemukakan bahwa wirausahawan memiliki scjumlah bakat guna mendukung kemandirian  keberhasilannya. Apakah kesiapan seseorang dalam memasuki dunia wirausaha tersebut karena memiliki bakat yang berdiri sendiri atau gabungan dari satu dua bakat, belum ditemukan dari hasil penelitian. Namun dikatakan bakat ternyata dapat dipelajari, setidaknya sese­orang mencoba untuk membekali diri dengan satu atau beberapa bakat dengan cara mempelajari dan mengembangkan diri. Bila demikian halnya maka dalam rangka kesiapan berwirausaha, seseorang seyogyanya menyiapkan did mclalui jalur bakat yang dimiliki seorang wirausahawan. Kesiapan dimaksud meliputi,
a.       Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Pepatah mengatakan bahwa seekor keledai tidak akan jatuh untuk kedua kalinya ditempat yang sama. Apalagi wirausahawan sebagai seorang insan kamil, pasti akan lebih berhati-hati agar tidak gagal untuk yang kedua kalinya untuk hal yang sama. Salah satu penyebab kegagalan termasuk kegagalan dalam berwirausaha adalah kurangnya rasa percaya diri. Rasa percaya diri akan meningkat apabila kita mengetahui  memahami tentang sesuatu hal yang akan kita lakukan  kita jalankan. Kekurang tahuan  kekurang pahaman akan suatu bidang usaha akan mengakibatkan perasaan ragu,  bila diteruskan mungkin berdampak kegagalan. Karena itu dalam rangka meningkatkan rasa percaya diri seorang wirausahawan perlu menggali banyak pengetahuan  kete­rampilan. Caranya tidak terlalu sulit; apabila seseorang ingin memasuki usaha peternakan ikan hias misalnya, ia bisa belajar dari para peternak yang telah terlebih dahulu menekuni bidang usaha itu. Artinya apabila seseorang telah bertekad akan menjalankan usaha bidang peternakan ikan hias, rnaka seyogyanya segera memasuki komunitas peternak ikan hias. Akan terasa aneh kalau kita mendengar seseorang yang berkiprah didunia ikan hias, akan tetapi menjalin komunitas dibidang otomotif, sesuatu yang sangat bertolak belakang. Akan lebih baik- lagi apabila selain menggali dari para pendahulu, juga mencari dan menggali pengetahuan dan informasi yang terkait, dari buku, majalah, terbitan atau dari web-site.
b.      Berusaha Selalu Fokus Pada Sasaran. Dalam kaitan dengan hal ini, keti­ka pertama kali seseorang terjun kedunia usaha, maka fokus sasaran perta­ma adalah dapat terwujudnya usaha. Fokus sasaran yang kedua usaha terse­but mampu menjalankan kegiatannya. Berikutnya fokus sasaran ketiga usaha dimaksud mampu bertahan hidup (survive). Dan fokus sasaran selan­jutnya usaha yang telah bertahan hidup ini mampu berkembang serta mem­berikan manfaat bagi lingkungannya. Kembali pada fokus sasaran yang pertama secara konkrit wujud terbentuknya usafia berupa wadah organisasi. Wadah organisasi usaha tidak terkecuali pada usaha yang sifatnya perora­ngan. Disebut dengan wadah organisasi oleh karena dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sebuah usaha melibatkan berbagai sumber daya.
c.       Sumber daya yang dilibatkan dalam setiap usaha meliputi orang, peralatan fisik, dana, pola, informasi dan tentu saja waktu. Sesuai dengan besaran usaha pelibatan sumber daya bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat canggih. Secara konkrit wujud organisasi usaha bergerak gradual dari yang sederhana seperti usaha rumahan berupa usaha perorangan kemudian meningkat berbentuk usaha dagang, perseroan komanditer sampai dengan perseroan terbatas. Ketika wadah organisasi usaha sudah terbentuk, pelaku usaha harus tetap fokus sedemikian rupa agar kegiatan operasional berjalan sesuai rencana. Mempertahankan kegiatan operasional tetap berlangsung bukanlah merupakan tugas mudah. Diperlukan pemantauan secara konsisten darr berkalanjutan, guna men jaga seluruh aktifitas berjalan sesuai rencana. Tidak diharapkan adanya deviasi antara pelaksanaan dan perencanaan. Kalaupun terjadi, hal ini harus meru­pakan indikator terjadinya penyimpangan, sehingga harus segera dilakukan tindakan koreksi dalam bentuk penyesuaian seperlunya. Memperlambat langkah koreksi atau penyesuaian dikhawatirkan pelaksanaan akan melenceng perencanaan.
d.      Mempelajari Cara Mengenali dan Mengatasi Risiko. Resiko adalah suatu peristiwa yang tidak dikehendaki yang mungkin terjadi. Kapan terja­dinya suatu peristiwa yang tidak dikehendaki dimaksud terjadi, belum dapat diketahui secara pasti. Apabila suatu risiko benar-benar terjadi maka akibatnya akan menimbulkan dampak kerugian baik materi maupun non materi. Setiap kita, kapan saja, dan dimana saja menghadapi risiko. Risiko ada disekitar kita dan setiap saat bisa mengancam keberdaan kita. Kegiatan apapun yang kita kerjakan, atau kita tidak mengerjakan kegiatan apapun risiko bisa terjadi. Peristiwa apakah yang akan terjadi dimasa datang tidak dapat kita ketahui secara pasti.
Namun dari data masa lalu, dengan sedikit melakukan system analisis, kita dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya risiko dan dampak kerugian yang mungkin ditimbulkannya. Inilah yang disebut dengan mana­jemen risiko. Pengetahuan ini perlu dipelajari oleh setiap pelaku usaha dalam rangka persiapan memasuki dunia usaha, yakni upaya menghindari risiko apapun. Ketidak berhasilan atau yang kita sebut dengan kegagalan dari sesuatu yang kita kerjakan merupakan sesuatu yang tidak kita kehen­dak. Dengan demikian kegagalan dapat dikategorikan sebagai sebuah risiko. Seseorang yang menjalankan suatu kegiatan usaha, tidak kedap dari risiko kegagalan, kegagalan usaha. Apabila dampak kegagalan tersebut relatif kecil, mungkin ini merupakan dinamika normal suatu kegiatan usaha. Namun bila dampak yang ditimbulkan dari kegagalan tersebut sangat material, maka sudah barang tentu sangat tidak dikehendaki. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sekitar 44% kegagalan disebabkan oleh ketidakmampuan mengurus usaha, sebesar 17%, kegagalan disebabkan oleh kekurangan pengalaman dalam menjalankan manajemen  sebesar 16% kegagalan disebabkan oleh karena kekurang seimbangan dalam cara meng­gunakan sumber daya. Ketidak mampuan mengurus usaha, kekurangan pengalaman dalam menjalankan manajemen dan kekurang seimbangan dalam penggunaan sumber daya, ternyata berpotensi menjadi risiko kega­galan. Dengan demikian maka hal yang berpotensi menjadi penyebab kega­galan telah dapat diditeksi. Ketiga penyebab tersebut berasal dari kondisi internal perusahaan. Lalu bagaimana dengan penyebab yang berasal dari dinamika lingkungan eksternal? Inilah hal-hal yang selalu harus diwaspadai oleh setiap pelaku usaha, yakni mengenali dan menghindari risiko.
e.       Melatih DiriUntuk Bekerja Keras. Hanya mereka yang mampu bertahan yang akan tampil menjadi pemenang. Bertahan dalam kegiatan sektor riil sama artinya dengan bekerja keras. Karena itu setiap pelaku usaha perlu mempersiapkan diri bekerja keras. Bekerja keras menuntut kesiapan fisik  mental prima, artinya tidak mudah menyerah dalam kondisi apapun. Pengetahuan, ketrampilan dan sikap dipadu menjadi kekuatan yang harmonis memberdayakan seluruh sumber daya yang tersedia. Seluruh sumber daya harus digunakan secara efektif  efisien dengan cara yang benar. Dalam menghadapi situasi dan kondisi lingkungan dewasa ini di­mana dinamika perubahan belangsung begitu cepat  memberikan tekan­an yang lebih berat dari masa sebelumnya, maka bekerja keras saja tidak cukup, namun harus juga dibarengi dengan kerja cerdas. Pelaku usaha yang selama ini belum bekerja keras, harus mempersiapkan diri untuk bekerja lebih keras. Apabila selama ini telah melakukan kerja keras, maka mulai saat ini harus dibarengi dengan kerja cerdas. Apa yang dimaksud dengan kerja cerdas? Tidak ada batasan yang baku, namun kerja cerdas merupakan kecenderungan yang terjadi dewasa ini, dimana didalam melaksanakan suatu kegiatan  atau tugas pekerjaan senantiasa memperhatikan  mewaspadai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sedang terjadi. Jika mungkin dalam melaksanakan kegiatan  tugas pekerjaan dimaksud sekaligus melakukan antisipasi tentang apa yang akan terjadi dimasa datang. Kondisi yang demikian hanya bisa dilaksanakan apabila pelaku usaha senantiasa melakukan monitoring terhadap perubahan dan perkem­bangan lingkungan, khususnya yang terkait dengan dunia usaha. Pada dekade ini kita mengenal pola kerja contracting out dan atau out-sourching. Pola ini dapat dianggap sebagai cara kerja keras tapi cerdas, karena Lmtuk memproduksi suatu barang pelaku usaha tidak selalu harus memiliki sebuah pabrik yang lengkap dengan mesin-mesin, peralatan, pekerja dan sebagainya, tetapi cukup mempunyai konsep produksi.
f.       Selalu Mencoba Berinovasi. Inovasi diperlukan karena setiap pelaku usaha ingin tampil beda. Karena itu pelaku usaha harus selalu mencoba melakukan inovasi. Inovasi dapat dilakukan pada seluruh bauran pernasa­ran. Pada bauran produk, pada bauran saluran distribusi, pada bauran peralatan pendukung fisik dan sebagainya. Tampil beda dalam produk barang dan atau jasa yang ditawarkan artinya memiliki keunikan dibanding produk yang sama yang ditawarkan pesaing. Atau produk yang ditawarkan memiliki kelebihan dari produk pesaing. Disamping itu pelaku usaha perlu menyadari bahwa setiap pembeli dalam memperoleh kebutuhan dan keinginannya selalu menginginkan barang dan atau jasa dengan cara yang lebih dekat, lebih mudah, lebih murah dan lebih menyenangkan. Dengan kata lain perilaku konsumen selalu berubah setiap saat. Atas dasar kebutuhan dan keinginan konsumen yang selalu berubah inilah, pelaku harus trus berusaha berinovasi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kebutuhan dan keinginan ini harus memberikan inspirasi bagi pelaku usaha, bahwa arah dari inovasi yang dilakukan harus mampu menjawab kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus berubah. Inovasi sejatinya merupakan temuan khusus tentang sesuatu hal yang muncul dari seorang yang menemui kebuntuan solusi. Apabila kemudian ia menemukan cara untuk mengatasi kebuntuan tersebut atau menemukan jalan keluar, maka jadilah hal tesebut sebagai inovasi. Dewasa ini di Jakarta telah muncul pelaku usaha yang mengoperasikan taksi ojek yang kehadirannya diilhami oleh kemacetan yang sering terjadi. Demikan juga munculnya bahan bakar hydrogen untuk kendaraan bermotor di dorong oleh selain semakin mahalnya bahan bakar minyak juga guna memperkecil polusi udara yang semakin mengancam. Masih banyak contoh-contoh lain lain terjadinya inovasi yang dipicu oleh perubahan kebutuhan dan keinginan manusia. Sekali lagi dalam rangka persiapan usaha seyogyanya pelaku usaha harus senantiasa mencoba melakukan inovasi.
g.      Memahami Semua Aspek Guna Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab. Seorang wirausahawan memang memikul tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab besar tersebut utamanya terletak pada mempertahankan agar kegiatan usahanya tetap mampu bertahan hidup ditengah dinamika kehidupan lingkungannya. Lingkungan dimaksud sebagaimana dimaksud oleh Porter (1983), meliputi perusahaan dan para pasaingnya, pemasok, palanggan, produk pengganti dan pendatang baru. Mereka, dewasa ini bukan hanya berasal dari lingkungan local, malainkan juga berasal dari lingkungan global. Pelaku usaha rumah makan, dewasa ini bukan hanya bersaing dengan sesama pelaku rumah makan lokal, melainkan juga bersaing dengan pelaku rumah makan yang dari lingkungan luar dan berskala global. Oleh karena itu termasuk dalam persiapan berwira usaha adalah upaya pelaku usaha senantiasa meningkatkan rasa tanggung jawab. Bila tidak maka tidak tertutup kemungkinan akan tergusur dari arena pasar. Rasa tanggung jawab dapat ditingkatkan apabila pelaku usaha senantiasa mengikuti dan memahami setiap perubahan yang terjadi utamanya peruba­han lingkungan eksternal. Dengan demikian maka monitoring terhadap lingkungan usaha merupakan suatu keharusan. Seorang wirausahawan umumnya berusaha keras untuk mencapai keberhasilan, atau dia tidak ingin dianggap gagal. Guna mengukur tingkat kinerjanya wirausahawan harus menggunakan tolok ukur. Tolok ukur dimaksud dilakukan dengan cara membandingkan kinerja yang dicapai pada saat ini dengan kinerja yang dicapai pada masa lalu. Dengan membandingkan kedua posisi tersebut dapat diketahui apakah usaha mengalami kemajuan, jalan ditempat atau bahkan mengalami kemunduran. Tanpa menggunakan instrurnerrt tolok ukur, agaknya sulit memahami apakah kondisi saat ini lebih baik, sama saja atau justru lebih buruk.
Dengan senantiasa melakukan pemantauan terhadap kinerja setiap saat, maka pelaku dapat secepatnya melaksanakan langkah antisipasi. Seyogya perubahan apapun yang terjadi harus mendapat tanggapan bagi pelaku usaha. Jika kinerja saat ini lebih baik dari bulan lalu, perlu dicari penyebab­nya. Kenaikan yang terjadi tersebut disebabkan oleh penyebab internal atau penyebab eksternal. L,ebih-lebih lagi apabila yang terjadi adalah sebalik­nya, yakni kinerja saat ini lebih buruk dari kinerja pada bulan lalu. Dengan memahami semua aspek yang terjadi diharapkan akan meningkatkan rasa tanggung jawab
2.1.2        Kesiapan Pengetahuan dan Ketrampilan
Tidak setiap orang memiliki bakat baik sebagian apalagi seluruhnya sebagaimana telah digambarkan sebelum ini. Namun bukan berarti menjadi pelaku usaha tidak bisa dipelajari. Dewasa ini hampir setiap malam kita saksikan tayangan Man di media layar kaca yang bertujuan mendorong generasi muda untuk menempuh jalur pendidikan pada sekolah kejuruan. Sekali lagi hal ini membuktikan bahwa menjadi seorang wirausahawan tidak harus selalu dimulai dengan memiliki bakat. Dalam beberapa kali rapat dan pertemuan yang dihadiri penulis, sejak sekarang  kedepan jumlah sekolah kejuruan yang dalam hal ini sekolah menengah kejuruan jumlahnya akan lebih ditingkatkan melebihi sekolah lanjutan atas. Alasan utama dari diberlakukannya kebijakan tersebut untuk mengurangi jumlah penggangguran. Kebijakan ini sekaligus menunjukkan bahwa kesempatan berwirausaha dimasa depan semakin terbuka. Beberapa bank milik Pemerintah juga sudah mulai memprogramkan pembinaan bagi pelaku usaha muda atau pelaku usaha mandiri. Pembinaan bukan hanya diberikan dalam bentuk pelatihan, akan tetapi juga dalam bentuk bantuan pendanaan. Berangkat dari perkembangan diatas, kiranya sudah saatnya masyarakat berpaling dari paradigma lama, dimana bekerja sama artinya dengan menjadi pegawai negeri sipil, kepada paradigm baru yang berarti bekerja itu sama artinya dengan usaha mandiri dan membuka kesempatan kerja bagi orang lain. Untuk sampai kepada paradigma baru dimaksud kiranya perlu kesiapan akan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang usaha, sebagai dijelaskan berikut.
2.1.3        Pengetahuan Kewirausahaan
Seyogyanya sebelum memasuki dunia usaha seseorang perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang bidang usaha yang akan digeluti. Mengetahui dan mamahami tentang seluk beluk suatu bidang usaha sama artinya dengan menguasai kompetensi. Apabila ingin memasuki bidang usaha peternakan ikan hias, misalnya perlu membekali diri dengan semua hal yang berkaitan dengan seluk beluk bidang usaha ikan hias. Banyak hal yang sebaiknya diketahui guna membekali diri sebelum memasuki usaha ini. Cara paling baik untuk membekali diri dengan pengetahuan terkait adalah dengan mencoba mencari jawaban dari sejumlah pertanyaan, seperti apa, mengapa, dimana, kapan, bagaimana  seberapa jauh. Apabila menggunakan contoh usaha dalam bidang peternakan ikan hias, maka untuk mempraktekkan mencari jawaban dari sejumlah pertanyaan diatas akan menjadi berikut.
2.1.4        Menjawab Pertanyaan Apa
Apa yang dimaksud dengan ikan hias itu. Ikan hias termasuk dalam kategori hidup dalam air tawar atau air asin. Jenis apa saja yang masuk dalam kategori air tawar,  jenis apa saja yang masuk dalam kategori air asin. Jenis apa saja yang pada saat ini sangat lazim diternakkan orang. Jenis mana saja yang termasuk dalam kategori jenis pengrusak. Apa nama penyakit yang biasa meng­ganggu ikan hias. Dimana, dapat diperoleh obat-obatan guna menjaga kesehatan ikan. Apa nama organisasi yang bergerak dibidang ikan hias. Apakah Pemerin­tah memberikan bimbingan terhadap pengrajin dan pengusaha ikan hias. Apa nama lembaga keuangan yang selama ini banyak membantu dalam pembiayaan peternakm ikan hias. Apa saja kendala yang terdapat dalam usaha budi daya peternakan ikan hias. Dan masih banyak pertanyaan yang berawal kata apa yang bisa dikembangkan dalam rangka memperdalam pengetahuan bagi seseorang yang ingin memasuki dunia usaha dengan budi daya ikan hias.
2.1.5        Menjawab Pertanyaan Mengapa
Mengapa orang memilih beternak ikan. Mengapa orang mimilih beternak ikan hias. Mengapa orang memilih beternak pada jenis ikan hias air tawar. Mengapa orang memilih berternak pada jenis ikan hias air laut. Mengapa peternak lebih memilih jenis air tawar. Mangapa peternak lebih memilih jenis air laut. Mengapa para peternak ikan hias lebih banyak didaerah tertentu. Mengapa peternak ikan hias lebih menyukai untuk jenis ikan air tawar  atau sebalik­nya. Mengapa didaerah tertentu tidak terdapat banyai peternak ikan hias. Mengapa peternak ikan hias jenis air laut kurang berkembang didaerah pesisir  masih banyak lagi pertanyaan yang didahului dengan mengapa. Semaikin banyak jawaban yang diperoleh, semakin banyak pula informasi yang didapat. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh juga semakin lengkap.
2.1.6        Menjawab Pertanyaan Dimana
Dimana pusat membenihan ikan hias air tawar. Dimana pusat pembe­nihan ikan hias jenis air laut. Dimana bisa mendapatkan informasi yang lengkap tentan peternakkan ikan hias. Dimana mendapatkan benih dengan harga yang relatif murah. Dimana bisa mendapatkan peralatan-peralatan yang diperlukan guna peternakan ikan hias. Dimana pasar untuk jual beli ikan hias. Dimana biasanya para peternak ikan hias mengadakan semacam pameran. Dimana lembaga pendidikan yang selama ini memberikan penyuluhan tentang budi daya ikan hias. Dimana saja lembaga pembiayaan yang bersedia membantu usaha peternakaan ikan hias. Tidak beda dengan pertanyaan lainnya semakin banyak pertanyaan yang terjawab semakin membantu pelaku usaha peternak ikan hias.
2.1.7        Menjawab Pertanyaan Kapan
Menjawab sejumlah pertanyaan yang dimulai dengan kapan akan meningkatkan pemahaman kita tentang usaha dalam bidang peternakan ikan  khususnya ikan hias. Pertanyaan-pertanyaan ini berkisar tentang bidang usaha berternak, seperti, kapan waktu terbaik jika ingin memulai berternak ikan, musim kemarau atau musim penghujan. Kapan waktu yang tepat untuk memulai beternak ikan hias jenis air tawar. Kapan waktu yang tepat untuk memulai berternak ikan bias jenis air laut. Kapan benih-benih ikan mulai dibeli, dan kapan mulai ditebarkan kedalam kolam-kolam pemeliharaan. Semakin banyak kemampuan menjawab pertanyaan tentang kapan yang bisa dijawab, semakin lengkap pengetahuan tentang berternak ikan baik untuk air tawar maupun untuk air laut.
2.1.8        Menjawab Pertanyaan Bagaimana
Bagaimana cara paling baik untuk memulai usaha dalam bidan& peternakan ikan. Bagaimana memulai usaha berternak ikan hias jenis air tawar. Bagaimana memulai usaha berternak ikan hias air laut. Bagaimana cara menghindari kegagalam dalam berternak ikan hias jenis air tawar. Bagaimana cara menghin­dari kegagalan dalam berternak ikan hias jenis air laut. Bagaimana suhu udara yang sesuai untuk peternakan ikan hias jenis air tawar. Bagaimana suhu udara yang sesuai untuk peternakan ikan hias jenis air laut. Bagaimana bentuk dan kolam yang paling sesuai. Dan masih banyak pertanyaan yang dimulai dengan bagaimana yang bisa dikembangkan lagi dalam upaya lebih meningkatkan pemahaman tentang beternak ikan hias.
2.1.9        Menjawab Pertanyaan Sejauh Mana
Sejauh ini bagaimana kondisi usaha peternakan ikan hias di Indonesia. Seberapa jauh Pemerintah melakukan pembinaan terhadap usaha sektor ini. Sejauh ini bagaimana peran yang dilakukan oleh organisasi peternak ikan hias. Sejauh mana perkembangan kegiatan perdagangan expor ikan hias. Seberapa jauh negara-negara pengimpor respons pada para peternak ikan hias. Sejauh mana perkembangan perdagangan ikan hias lokas. Sejauh ini bagaimana hubungan antar pengrajin peternak untuk kawawan Asean. Dan sejumlah pertanyaan yang dimulai dengan sejauh mana masih bisa dikembangkan lagi.
Dengan mengumpulkan seluruh jawaban dan hasil pengembangan jawa­ban pertanyaan baru dari jawaban, maka dengan mudah kita menarik benang merah tentang seluk beluk cara berternak ikan pada umumnya  ikan hias khususnya. Dengan bekal yang demikian ini kiranya seseorang cukup memiliki bekal untuk memasuki usaha dibidang ikan hias. Apabila dimungkinkan ada baiknya apabila menyempatkan diri untuk melakukan pemagangan atau mengambil kursus singkat tentang ikan hias. Jika ini dapat dilakukan maka semakin lengkaplah pengetahuan dan pemahaman kita mengenai seluk beluk berternak ikan hias. Selanjuanya dalam rangka untuk senantiasa mendapatkan masukan-masukan baru tentang usaha ikan hias, seyogyanya pelaku usaha mencoba berlangganan majalah, terbitan atau bacaan lainnya yang relevan,serta mencoba bergabung dengan organisasi para peternak ikan hias.
2.1.10    Pemahaman Terhadap Entry and Exit Barrier
Sebagaimana telah diutarakan sebelum ini, memulai sebuah usaha sebera­papun ukurannya pasti memerlukan sejumlah sumber daya. Seseorang yang akan membuka usaha, misalkan, berupa rumah makan sekelas warung Tegal membutuhkan lokasi tempat berjualan, membutuhkan sebuah gerobak untuk tempat makanan serta sekaligus peralatan makan dan minum seperti piring, sendok garpu, gelas, teko, tempat nasi, tempat sayuran, peralatan masak dan sejenis lainnya. Demikian juga dengan bangku panjang atau dingklik bagi pembeli yang akan makan. Ini semua merupakan peralatan dalam bentuk fisik dan perlengkapan usaha. Sesudah itu pelaku juga membutuhkan sejumlah dana untuk keperluan pengadaan bahan baku seperti beras, sayur-mayur, lauk pauk, bumbu dan rempah-rempah serta pelengkap makanan dan minuman lainnya. Sumber daya ini berupa sejumlah dana yang harus selalu tersedia guna kelanjutan tersedianya barang dagangan.
Kemudian pelaku juga memerlukan sejumlah tenaga kerja untuk membantu melayani para pembeli. Pada posisi awal mungkin seluruh kegiatan dapat dilakukan oleh suami istri dan anak atau sanak keluarga lainnya. Namun apabila sejalan dengan perjalanan waktu menunjukkan perkembangan maka diperlukan tenaga kerga tambahan. Untuk ini serruta memerlukan pengorbanan energy dan pengorbanan psikologis yang tidak sedikit. Seluruh pengorbanan sumber daya ini disebut dengan biaya masuk kedalam pasar usaha dibidang rumah makan atau lebih dikenal dengan istilah entry costs. Setiap pelaku usaha baru yang akan memasuki pasar sudah pasti akan berhadapan dengan masalah entry costs. Semakin rumit jenis usaha yang akan dimasuki maka semakin besaur pula entry costs yang harus dikeluarkan. Suatu pasar yang ketika seorang pelaku usaha akan memasuki menghadapi persyaratan-persyaratan yang tinggi disebut dengan hambatan masuk, atau sering disebut dengan entry-barrier. Sebaliknya dari entry-barrier adalah exit barrier, yakni apabila seseorang merasa telah gagal dalam bidang usaha yang digeluti dan akan keiuar dari industry maka ia akan berhadapan dengan kondisi exit barrier. Seseorang pelaku usaha sebelum memutuskan untuk keluar dari pasar, perlu berfikir dua kali, karena apabila hal tersebut dilakukan maka ia harus mengorbankan berbagai sumber daya yang telah dikorbankannya (exit costs) ketika akan memasuki suatu industry.


2.1.11    Kesiapan Ketrampilan
Yang dimaksud dengan ketrampilan adalah kemampuan untuk merencanakan, menjalankan dan mengendalikan kemampuan yang dimiliki didalam praktek usaha. Sebagai contoh seorang guru olah raga berenang dituntuk tidak hanya mengetahui dan memahami teori tentang berenang, akan tetapi juga mampu memperlihatkan ketrampilan untuk berenang. Mangetahui dan memaha­mi teori saja tidak cukup. Akan tetapi masih diperlukan kemampuan lain yakni keterampilan mempraktekkannya. Keterampilan bagi seorang pelaku usaha sangat diperlukan, meskipun pada suatu saat ia tidak harus melaksanakan sendiri pekerjaan tersebut atau paling tidak ia pernah melakukannya sendiri.
2.1.12    Kesiapan Sumber Daya
Sumber daya merupakan modal utama pada setiap kegiatan usaha. Se­orang pakar ilmu ekonomi menyebutkan sumber daya produksi meliputi orang (man), uang (money), barang (materials), metoda (methods), dan pasar (market). Sedangkan pakar lain menye butkan sumber daya usaha, meliputi somber daya manusia (human resources), sumber daya finansial (financial resources), sum­ber daya fisik (physical resources), sumber daya informasi (information resources). Dan pakar lainnya, menyatakan bahwa masih ada satu lagi sumber daya yang sangat penting, yakni sumber daya waktu (time resources). Dalam praktek bisnis secara nyata bisa kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari pen­dapat ketiga pakar tersebut diatas benar adanya. Maka untuk memahami lebih jauh tentang sumber daya usaha berikut digambarkan secara lebih rinci.
2.1.13    Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang pertama adalah diri yang bersangkutan sendiri, atau seseorang yang telah berniat dan bertekad memasuki dunia wirausaha. Sebagai seseorang yang telah berniat dan bertekad memasuki dunia wirausaha, sudah barang tentu yang bersangkutan harus benar-benar siap meng­hadapi semua permasalahan yang lazimnya terjadi dalam lingkungan usaha. Lingkungan dunia usaha yang lazim dihadapi meliputi fihak pembeli, fihak pemasok, fihak pesaing dan fihak-fihak lain yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha. Kemudian apabila usaha yang dirintis telah berhasil melalui tahapan pertama, dalam arti tidak gagal atau dengan kata lain usaha tidak mati, maka kebutuhan turutannya akan muncul, seperti kebutuhan akan tenaga kerja yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan berbagai tugas pekerjaan, misalnya kebutuhan akan tenaga pembersih ruangan, atau tenaga untuk penjaga tempat kerja.
Pemenuhan kebutuhan seperti ini tentunya tidak serta merta atau dengan mudah dapat segera dipenuhi; satu dan lain hal oleh kerena setiap penambahan tenaga kerja akan berdampak pada peningkatan biaya. Disamping itu lazimnya pada perusahaan yang baru pemenuhan kebutuhan dana untuk mendukung pembiayaan tidak selalu tersedia. Yang menjadi pertanyaan, apakah pada saat itu organisasi usaha sudah mampu memikul beban tambahan biaya yang diakibat­kan oleh bertambahnya tenaga kerja tersebut. Pelaku usaha harus mampu menjawab dan menyelesaikan persoalan tersebut.


2.1.14    Sumber Daya Keuangan
Keluhan yang paling sering kita dengar dari sebagian pelaku usaha ialah kurangnya modal. Dari seringnya terdengar keluhan ini sekilas terkesan bahwa yang dimaksud oleh sebagian besar pelaku usaha kecil dan menengah dengan modal adalah sejumlah uang yang segara dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan usaha. Dari hasil pengamatan ternyata sebagian besar dari meraka, memiliki tanah, memiliki bangunan rumah, seonggok bahan baku  barang jadi yang siap untuk dipasarkan.
Nampaknya mereka belum memahami bahwa barang-barang dimaksud sebenarnya merupakan sejumlah potensi kekayaan yang dapat digunakan untuk mencari bantuan permodalan. Merespons keluhan seorang ibu yang juga menjadi seorang pengusahana konveksi rumahan, ketika dilakukan survey. ternyata mereka mengerjakan usaha konveksi dirumahnya sendiri. Sebuah rumah permanen diatas lahan seluas 700 meter persegi. Didalam rumah yang merangkap sebagai industry kecil rumahan tersebut terdapat sejumlah mesin berbagai jenis, seonggok bahan baku  setumpuk barang jadi siap jual. Keluhan yang disampaikan, pesanan banyak akan tetapi merasa kekurangan modal sehingga sulit memenuhi permintaan pasar.
Menyimak hasil penelitian tantang tingkat angka kegagalan pelaku usaha kecil  menengah sebesar 44% semakin menyadarkan penulis bahwa sinyalemen tersebut menunjukkan bahwa ibu pelaku usaha ini termasuk yang kurang memahami pengetahuan dan ketrampilan manajemen. Menelusuri lebih jauh keluhan ibu pelaku usaha rumahan ini, ternyata dari seluruh barang yang dimiliki tersebut tidak dijumpai dokumen pendukung yang menjelaskan bahwa barang tersebut miliknya. Rumah yang ditempati tidak memiliki, ijin mendirikan bangunan, tanah yang dimiliki tidak memiliki sertifikat yang ada hanya selembar kertas kumal yang kita kenal dengan surat C desa. Mesin jahit yang ada sebanyak sembilan buah tidak dapat diingat lagi kapan benda-benda itu dibeli. Bahan baku berupa gundukan kain kiloan juga tidak ada bukti-bukti pembelian. Dan terakhir tumpukan barang jadi siap jual juga tidak dijumpai catatan pendukungnya. Yang sangat memprihatinkan tidak dijumpai catatan tentang pesanan barang oleh pemesan/ pembeli barang. Dengan kata lain pada pelaku usaha tersebut tidak dijumpai informasi internal tentang potensi kekaya­an yang dimiliki. Dengan ilustrasi seperti ini semakin menguatkan dugaan bahwa pembinaan terhadap pelaku usaha kecil masih sangat diperlukan. Kalau saja seluruh barang yang merupakan potensi kekayaan tersebut didukung oleh dokumen kepemilikan, maka dokumen yang ada tersebut dapat digunakan sebagai agunan untuk mendapatkan dukungan permodalan dari lembaga pembiayaan. Dengan tidak tersedianya dokumen kepemilikan agaknya sulit bagi lembaga pembiayaan untuk memberikan bantuan keuangan.
2.1.15    Sumber Daya Fisik
Menyimak uraian tentang masalah dokumen diatasnamakan jelas kiranya bahwa pencatatan atas seluruh kekayaan yang dimiliki pelaku usaha kecil/ menengah sangat penting namun sering kali diabaikan. Diabaikannya pencatatan dimaksud dugaan terbesar diakibatkan oleh kekurang pahaman akan arti penting dokumen kepemilikan  informasi internal. Sumber daya fisik tidak selalu dimiliki oleh pelaku usaha. Apabila seorang pelaku usaha memiliki beberapa jenis sumber daya fisik sebenarnya telah dapat dianggap sebagai memiliki potensi modal. Sumber daya fisik dimaksud tidak harus dijual untuk memper­oleh modal, namun perlu dilengkapi dokumen kepemilikan, yang kelak dapat digunakan sebagai barang agunan manakala benar-benar diperlukan.
Demikian juga dengan dokumen bukti pesanan/ pembelian dari pelang­gan. Dokumen pesanan yang dikerjakan secara konsisten merupakan kompulan dokumen yang sangat penting dan berharga. Dikatakan penting karena dengan adanya dokumen tersebut perusahaan dapat melakukan monitoring atas jumlah pesanan, jenis barang yang dipesan, jumlah penjualan, waktu deliveri dan sejumlah manfaat lainnya. Sedangkan dikatakan sebagai berharga karena kumpulan dokumen pesanan dapat dijadikan bukti kepada lembaga pembiayaan tentang besarnya potensi piutang usaha yang tidak lain juga sama dengan potensi kekayaan perusahaan. Kumpulan dokumen pesanan dan atau catatan piutang usaha dan atau catatan tentang persediaan bahan baku dan barang jadi, dalam kondisi tertentu dapat dijadikan agunan dalam memperoleh bantuan pem­biayaan. Hal lain yang nampaknya kurang mendapat perhatian pelaku usaha kecil/ menengah terhadap sumber daya fisik adalah masalah pemeliharaan.
Apabila diatas telah dibahas tentang kurangnya pemahaman tentang manfaat dokumen kepemilikan, maka tidak berbeda jauh dengan masalah peme­liharaan. Dengan mengambil contoh usaha konveksi rumahan diatas, ternyata bahan baku, bahan pembantu dan barang jadi juga diletakkan seadanya dan dimana saja. Tidak ada semacam pemisahan tempat untuk bahan baku, bahan pembantu dan barang jadi. Mungkin kondisi seperti ini mudah dipahami disebabkan oleh keterbatasan sumber daya fisik yang dimiliki, sehingga tidak tersedia gudang atau tempat yang khusus untuk itu.
2.1.16    Sumber Daya Informasi
Dewasa ini informasi telah menjadi sebuah komodisi yang sangat penting. Mobilitas manusia yang sangat tinggi telah menyebabkan nilai scbuah informasi menjadi sangat berharga. Perkembangan teknologi juga menyebabkan hubungan antar bangsa diseluruh belahan bumi menjadi semakin luas. Sifat hubungan ini tidak hanya bersifat pribadi, melainkan lebih luas dari itu, seperti hubungan industri dan perdagangan, hubungan diplomatik, militer dan sebagai­nya. Perbedaan kemajuan social ekonomi setiap negara juga juga menyebabkan perbedaan kebutuhan dan saling ketergantungan negara satu dengan negara lainnya sangat besar. Negara maju membutuhkan sumber daya tertentu yang dimiliki oleh negara kurang maju. Sebaliknya negara berkembang membutuhkan mesin dan peralatan lainnya yang dihasilkan oleh negara maju. Terjadilah hubu­ngan industri dan perdagangan yang sangat intens. Hubungan yang intents ini menyebabkan terjadinya persaingan dagang semakin meningkat antar negara antar bangsa. Selain itu seyogyanya pelaku usaha juga menjaga konistensi dalam mengumpulkan dan mengembangkan sumber daya informasi. Sumber daya informasi tentang budi daya ikan hias misalnya, sangat diperlukan dan sangat menunjang dalam rangka mengembangkan usahanya. Maka sudah seharusnya berbagai sumber daya yang terkait dengan bidang usahanya, perlu dipelihara dan dikembangkan. Dewasa ini banyak media yang menyediakan sumber daya untuk setiap bidang usaha, seperti Koran, majalah, buku dan bahkan dari website.
2.1.17    Sumber Daya Waktu
Sumber daya waktu disinggung panjang lebar oleh Peter F. Drucker (2006), dalam bukunya yang berjudul The Effective Executive. Dikatakan bahwa tidak satupun kegiatan usaha yang tidak melibatkan komponen waktu. Disamping itu komponen waktu juga mengenal keterbatasan (scarcity), yakni tidak lebih dari dua puluh empat jam dalam sehari semalam. Karena begitu pentingnya komponen waktu sampai-sampai pepatah mengatakan time is money, sementara tidak ada yang mengatakan human resource is money, atau sumber daya yang lain sebagai money.
Dalam praktek sumber daya waktu banyak digunakan produk jasa (services products), meskipun juga tidak sedikit diperlukan dalam produk barang (goods products). Penggunaan komponen waktu pada produk jasa terutama guna menetapkan besarnya nilai harga jual. Sebagai contoh, semakin lama waktu penerbangan semakin mahal harga tiket pesawat terbang. Contoh lainnya, semakin lama seseorang menginap di hotel semakin besar biaya hotel yang harus dibayar. Sedangkan contoh penggunaan komponen waktu dalam produk barang, deliveri pesanan produk barang yang terlambat akan dikenakan denda oleh pihak pemesan. Contoh lainnya, penyimpanan persediaan barang dagangan yang terlalu lama disebuah gudang akan mengakibatkan beban biaya sewa yang mahal. Besaran waktu dalam sehari semalan tidak mungkin diper­panjang. Dengan demikian apabila suatu paket pekerjaan yang telah direncana­kan tidak selesai pada hari ini, maka pada dasarnya telah menaikkan besarnya biaya produksi. Demikian juga apabila sebuah kamar hotel yang tidak digunakan pada hari ini, pada dasarnya telah mengurangi hasil pendapatan yang telah direncanakan.
2.2    Menyusun Rencana Usaha
Tetangga didepan rumah sebelah sana terlihat sibuk yang ketika didekati, ternyata sedang menyiapkan sebuah kolam yang terbuat dari kayu dan plastik warna hitam. Kolam tersebut rencananya akan digunakan tuntuk mencoba memelihara ikan gurameh. Tetangga ini dikenal sebagai seorang pegawai negeri sipil pada kantor Pemerintah. Ketika pada suatu ketika terjadi pergantian pimpinan, maka ia terkena giliran mutasi dari tempat kerja yang sekarang ketempat kerja yang relatif lebih jauh meskipun masih dalam lembaga yang sama.
Ditempat kerjanya yang baru, mungkin dalam rangka penyesuaian iklim kerja, ia merasa kegiatannya tidak sepadat ketika ditempat kerja yang lama. Maka guna menyalurkan energy yang berlebih tersebut ia mencoba menyalurkan hobinya dengan mencoba berternak ikan. Diketahui bahwa usianya pada saat ini sekitar 48 tahun sehingga sekitar 8 tahun lagi ia akan memasuki masa pensiun. Ketika ditanya mengapa hobi tersebut tidak dibina untuk menjadi hobi yang menghasilkan uang. Maka jawabnya spontan, saya tidak punya modal. Inilah jawaban klasik yang selalu kita dengar dari sebagian teman yang belum memahami bagaimana seharusnya memobilisasi dana untuk memulai sebuah usaha. Pada kesempatan lain ketika bertemu dengan seorang pelaku usaha kecil, ketika ditanya apa yang anda rasakan selama berkecimpung sebagai pelaku usaha, maka jawabnya tidak berbeda, saya kesulitan mendapatkan bantuan modal.
Keluhan demikian wajar saja, karena memang tidak semua pelaku usaha mempersiapkan diri melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan. Tidak melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan ini, bisa diakibatkan oleh berma­cam sebab. Salah satu penyebabnya akibat ketidak siapan mengelola sebuah usaha. Sedangkan mengapa lembaga ini atau lembaga itu tidak membantu, disebabkan oleh ketidaktahunan tentang kemana seharusnya mencari informasi. Kata kuncinya hanya satu yaitu para usaha kurang mau belajar untuk memper­siap diri menjadi pelaku usaha. Para pelaku usaha sebaiknya mempersiapkan diri sebelum terjun kedunia usaha. Namun bagi mereka yang telah terjun ke dunia usaha tidak ada salahnya untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya dalam dunia usaha. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, karena setiap detik kondisi dan situasi selalu berubah dan berkembang. Para pelaku usaha sehaiknya tidak menyerah dan atau tidak putus asa; jelasnya tidak boleh patah semangat, bangkitlah dengan kemampuan sendiri dan jangan terlalu rnengharapkan bantuan pihak manapun.
Menjadi pelaku usaha harus tegar dan mencoba menghadapi semua persoalan tanpa rasa putus asa. Guna sedikit membantu meningkatkan kinerja usaha yang telah ada cobalah menyusun kembali sebuah rencana tentang seluruh kegiatan yang akan di jalankan dalam lima tahun kedepan. Bayangkan dalarn fikiran dan imajinasikan seberapa besarkah usaha tersebut sesudah berjalan lima tahun dari sekarang. Rencana sebaiknya didasarkan pada situasi dan kondisi yang ada saat ini. Kondisi yang dimaksud disini terutama yang berkaitan dengan kondisi internal perusahaan. Kondisi internal ini meliputi bukan hanya kekuatan dan kelebihan yang dimiliki, melainkan juga kekurangan dan kelemahan yang ada pada saat ini. Apabila tempat usaha yang di gunakan selama ini merupakan milik sendiri, sebenarnya ini merupakan kekuatan. Demikian juga apabila memiliki beberapa orang pegawai yang setia, maka ini juga menjadi kekuatan dalam melangkah lebih jauh.
Sebaliknya hubungan yang kurang baik dengan para pegawai akan menjadi kelemahan, demikian juga hubungan yang kurang serasi dengan para pemasok akan menyita pengorbanan yang lebih besar. Selanjutnya juga perlu mencoba dan berusaha memahami bagaimana perkembangan kondisi dan situasi yang diluar perusahaan pada saat ini. Kondisi ini disebut dengan faktor ekster­nal. Faktor eksternal terdiri dari kesempatan yang di peroleh dan hambatan yang di hadapi dan rasakan. Hubungan yang dekat dengan lembaga keuangan meru­pakan sebuah kesempatan baik dalam memperoleh bantuan financial, sedangkan hubungan yang luas dengan banyak teman merupakan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh bantuan. Sebaliknya kekurang pedulian kepada lingkungan akan menjadi kendala untuk memperoleh informasi maupun untuk melangkah lebih jauh. Urutan kegiatan dibawah ini merupakan pengembangan kegiatan perencanaan yang dibuat oleh pakar manajemen usaha kecil dan menengah, Siropolis, pada tahun 1994, sesuai gambar 4.1. Penjelasan lebih lanjut diuraikan sebagai berikut, Penjelasan Gambar:
 
Sumber :          Siropolis, 1994, Small Business Management, Houghton Miffin Company, Boston, USA. (Disadur)
Gambar 4.1 Rencana Pengembangan Usaha
Penjelasan Gambar
1.      Niat Menjadi Pelaku Usaha
2.      Menganalisis kemampuan pribadi
3.      Menetapkan Pilihan Produk Barang atau Produk Jasa
4.      Mempelajari Pasar
5.      Merencanakan Hasil Penjualan
6.      Menentukan Lokasi
7.      Mengembangkan Produk
8.      Mengembangkan Pemasaran
9.      Mengembangkan Organisasi
10.  Mengembangkan Aspek Yuridis
11.  Mengembangkan Administrasi
12.  Mengembangkan Proteksi Melalui Asuransi
13.  Merencanaan komputerisasi
14.  Mengembangkan Manajemen Mutu
15.  Mengembangkan Rencana Keuangan
16.  Menyiapkan Prasarana Surat Menyurat
2.2.1        Niat Menjadi Pelaku Usaha
Tetapkanlah secara bulat niat dan komitmen untuk menjadi seorang pelaku usaha. Ajaran membenarkan bahwa segala sesuatu yang akan kita kerjakan harus dilandasi oleh niat yang baik. Dengan demikian ketika melangkah lebih jauh tidak ada sedikitpun perasaan ragu-ragu. Langkah pertama sesudah niat adalah selalu berusaha untuk menjaga dan mempertahankan komitmen dan konsistensi. Komitmen adalah janji; dengan demikian apabila telah berniat menjadi seorang pelaku usaha, maka harus selalu berusaha memenuhi janji untuk tetap pada posisi sebagai seorang pelaku usaha.
Menjaga dan mempertahankan komitmen menjadi landasan yang sangat penting, karena dalam perjalanan waktu senantisa akan dihadapi berbagai perkembangan dan perubahan situasi  kondisi. Apabila perkembangan  perubahan situasi  kondisi ini memberikan peluang bagi usaha maka tentunya inilah yang sangat diharapkan. Namun sebaliknya apabila perkemba­ngan  perubahan yang terjadi justru mempersulit usaha yang tengah dijalan­kan maka disinilah pelaku usaha diuji untuk mampu mengatasi dampak yang ditimbulkannya. Dengan kata lain harus berusaha untuk memenuhi serta mempertahankan komitmen sebagai seorang pelaku usaha. Harus teguh menghadapi meskipun sejumlah kendala akan menghadang didepan kita.
2.2.2        Menganalisis Kemampuan Pribadi
Dengan jujur lakukanlah analisis terhadap diri anda, meskipun anda telah memiliki niat dan tekad yang kuat. Niat  tekad saja tidak cukup masih perlu didukung oleh pengetahuan  ketrampilan. Pada tahap awal sedikit pengeta­huan yang terkait dengan bidang usaha yang akan di masuki harus dipelajari guna menghindari risiko kegagalan yang tidak perlu. Jangan malu bertanya ke­pada orang lain yang telah memiliki pengalaman terlebih dahulu. Dengan belajar dari pengalaman orang lain sedikitnya kita telah memahami suka  suka seba­gai pelaku pemula. Sebagai pelaku pemula sudah pasti akan mengalami hal-hal yang selama ini belum pernah dialami. Dengan bertanya  belajar dari orang lain, hal-hal yang spesifik dan tidak pernah dibayangkan tidak perlu terjadi.
Sebagai contoh bila akan memasuki usaha peternakan ikan hias, maka banyak-banyak bergaulah dan bertanyalah kepada mereka yang lama menekuni bidang usaha budi daya tersebut lebih dulu. Timbalah pengalaman-pengalaman mereka sehingga tidak perlu membuat kesalahan yang sama. Masih banyak cara untuk menganalisis kemampuan diri. Cara yang mudah selain mempelajari pengalaman orang lain ialah membaca banyak buku tentang bidang usaha yang akan kita masuki. Dengan membaca buku dan bertanya kepada pelaku yang sudah berpengalaman, kita akan memperoleh bekal pengetahuan  keteram­pilan yang sangat berharga. Selain bertanya  membaca masih ada cara lain yang dianjurkan apabila masih mempunyai waktu, yakni magang (apprentice) kepada peternak yang sudah ada. Dengan melakukan magang akan diperoleh pengalaman secara langsung. Kiranya dengan cara bertanya, membaca  magang lengkaplah bekal yang diperlukan ketika memasuki usaha budi daya petemakan ikan hias.
2.2.3        Menetapkan Pilihan Produk Barang atau Produk Jasa
Tetapkanlah jenis produk yang akan anda jadikan komoditi untuk dibuat  dipasarkan. Pilihlah produk barang atau produk jasa, yang sangat menarik minat kita. Memilih produk yang kita minati akan sangat memotivasi kita dalam pengembangannya kelak. Produk barang hasil olahan seperti, kueh dan kek, minuman dalam kemasan, kerajinan tangan, gerabah dari rotan, gerabah dari tembikar,  masih banyak contoh lainnya. Atau produk jasa seperti, rumah makan atau produk jasa seperti salon kecantikan, penyelenggara acara (event organizer). Alasan untuk menekuni produk yang anda minati sangat rasional.
Dengan memilih jenis produk yang paling anda kuasai kompetensi ilmu­nya atau paling menarik minat kita akan lebih memberikan dorongan untuk mengembangkannya. Apabila kita tertarik untuk memilih lebih dari satu mata dagangan, sebaiknya pilihlah yang berada dalam satu alur. Misalnya apabila kita ingin membuka usaha kursus bahasa Inggris pengembangbannya bisa diperluas dengan kursus bahasa Belanda, atau membuka usaha kueh bisa diperluas dengan usaha catering. Dengan membuka usaha dalam mata dagangan yang satu alur akan membantu anda untuk mengatasi masalah apabila timbul.
2.2.4        Mempelajari Pasar
Salah satu pendekatan dalam memulai satu usaha ialah melalui peluang pasar. Pendekatan peluang pasat artinya kita membuka usaha imtuk menjual barang atau jasa yang sedang laku dipasar. Dalam kaitannya dengan peluang pasar pelajarilah kondisi pasar paling tidak selama setahun terakhir ini. Barang atau jasa apakah yang pada saat ini paling laku dan atau sedang dicari pembeli dan harganya relatif bagus. Dalam hubungan dengan peluang ini, tidak ada salahnya apabila anda menghubungkan dengan kebutuhan yang bersifat musim­an, seperti kebutuhan masyarakat akan pupuk, kebutuhan akan bibit pada saat musim tanam dan sebagainya. Masih banyak kebutuhan akan barang jasa yang sifatnya musiman, seperti menjual korma pada bulan suci Ramadhan, atau berjualan pakaian muslim menjelang hari Raya Idul Fitri. Atau bisa juga anda merencanakan membuka usaha dan menjual barang yang tidak terpengaruh oleh musim, artinya pada musim apapun pembeli tetap membutuhkan barang tersebut, contohnya adalah dagang sembako. Merencanakan barang atau jasa yang akan dijadikan mata dagangan sangat penting, karena sekali anda telah menetapkan maka konsekwensi ekonomisnya sangat panjang. Antara lain yang terkait dengan entry-costs sebagaimana telah dibahas sebelum ini.
2.2.5        Merencanakan Hasil Penjualan
Secara sederhana rumus untuk menghitung hasil penjualan sangat mudah, yakni total penjualan dikurangi biaya operasional. Hal yang sangat penting disini jangan sampai terjadi total penjualan setelah dikurangi biaya operasional hasilnya minus. Jika hat demikian yang terjadi, maka usaha yang harus dilaku­kan adalah meningkatkan total penjualan sedemikian rupa sehingga sesudah dikurangi biaya operasional hasilnya tidak minus. Akan tetapi perlu diingat bahwa usaha menaikkan penjualan berakibat meningkatnya biaya pemasaran.
Pada kegiatan usaha yang masih baru kondisi hasil penjualan yang minus memang wajar terjadi. Diperlukan beberapa waktu untuk membuat selisih tersebut menjadi surplus. Berapa jumlah waktu diperlukan sangat tergantung pada banyak faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari internal perusahaan atau bisa juga dari eksternal perusahaan. Faktor internal, secara mudah sebagai akibat dari lemahnya manajemen, sedangkan faktor dari luar penyebabnya antara lain disebabkan lemahnya daya beli masyarakat atau produk yang kurang diserap pasar. Menentukan sebab secara tepat masih diperlukan penelitian dan kajian faktor mana yang paling dominan. Disamping itu hasil penjualan pada suatu periode waktu tertentu juga ditentukan ketika pertama kali seseorang menentu­kan pendekatan dalam memasuki dunia usaha. Apabila pelaku usaha melakukan pendekatan sumber daya, maka sudah dapat dipastikan bahwa hasil penjualan yang tidak positif tidak terlalu menjadi masalah, karena sudah diperhitungkan sebelumnya.
2.2.6        Menentukan Lokasi
Untuk beberapa mata dagangan lokasi atau tempat usaha memiliki peran yang sangat strategis. Dengan mengambil contoh mata dagangan pupuk, maka lokasi tempat usaha merupakan faktor yang menentukan terutama akses jalan yang nantinya dilalui oleh kendaraan yang akan mensuplai persediaan pupuk yang akan anda jual. Lokasi yang tidak memiliki akses seperti diatas, akan berdampak pada besarnya biaya angkut yang akan berpengaruh terhadap harga pupuk yang akan anda jual. Seringkali pelaku menghadapi masalah delamatis dalam menentukan lokasi. Lokasi yang strategis pada umumnya harga atau sewanya relative lebih mahal.
Sementara harga atau sewa yang tersedia hanya cukup untuk lokasi yang kurang  bahkan tidak strategis. Disinilah seorang pelaku usaha dituntut untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasinya. Mungkin ia perlu menempuh jalan kompromi. Jalan kompromi dimaksud, misalnya untuk lokasi yang strategis te­tapi mahal disewa secukupnya untuk keperluan tempat penjualan. Itupun kalau pemilik tanah atau bangunan bersedia. Sedangkan untuk tempat penimbunan atau gudang ditempatkan di lokasi yang kurang strategis. Masih banyak cara yang bisa dikembangkan sejalan dengan sifat  karakter produk yang akan dijual.
2.2.7        Mengembangkan Produk
Jika usaha pelaku seperti diuraikan pada bahasan diatas yakni berjualan pupuk, maka perencanaan yang perlu dilakukan adalah mencari jenis pupuk yang paling laku dipasar dimana anda memilih lokasi tempat berjualan. Sebalik­nya apabila anda menjual jenis pupuk yang kurang diminati, kecil memungkinan calon pelanggan membeli ke kios anda. Atau masih membutuhkan upaya anda untuk memperkenalkan jenis pupuk yang kurang diminati atau dicari oleh calon pelanggan tersebut. Mengembangkan perencanaan produk tidak terbatas hanya kepada produk hasil olahan sendiri, akan tetapi termasuk juga pada jenis produk yang akan dipasarkan dimasa datang sejalan dengan kebutuhan dan keinginan pasar.
Sebaiknya setiap pembeli menanyakan sesuatu produk, ia dapat memperolehnya dari toko kita. Dewasa ini kebijakan pelaku usaha berusaha membuat pelanggan berada dalam one-stop shoping, yakni sekali masuk kesebuah toko semua barang yang dicari tersedia. Pelanggan didorong untuk datang kesuatu tempat, dan membeli barang-barang yang dibutuhkan  diinginkan sampai tuntas. Biasanya pembeli yang demikian tidak terlalu sensitif terhadap harga. Artinya harga yang berbeda sedikit dari tempat lain tidak terlalu jadi masalah, karena pelanggan berhitung juga dengan pengorbanan waktu dan energy untuk pergi ketempat lain.
2.2.8        Mengembangkan Pemasaran
Produk yang akan di pasarkan erat kaitannya dengan kelompok masyarakat yang akan membeli produk tersebut. Kelompok masyarakat pembeli ini dise­but segmen pasar. Ketika merencanakan hasil penjualan sesuatu produk perlu dihitung perkiraan tentang besarnya segmen yang akan menjadi sasaran penjual­an. Apabila di suatu arena pasar yang dituju tidak cukup banyak target pembeli, perlu dipikirkan kemungkinannya imtuk masuk ke arena pasarnya lainnya. Mengembangkan rencana pemasaran, mempunyai beberapa alternatifi, yakni,
a)      Membuka pasar yang baru untuk produk yang telah ada,
b)      Membuka pasar yang baru untuk produk yang baru,
c)      Membuka pasar yang sudah ada untuk produk yang baru,
d)     Membuka pasar yang sudah ada untuk produk yang sudah ada.
Alternatif yang manapun yang dipilih semuanya memerlukan perencana­an. Untuk menyusun rencana diperlukan informasi yang cukup mendukung. Disinilah pentingnya informasi tentang pasar. Informasi pasar berkaitan dengan produk sendiri, produk milik pesaing, jumlah pelaku usaha, kelompok pembeli, pendatang baru, barang tiruan dan masih banyak lagi. Semua informasi terkait menjadi penting ketika kita membuat perencanaan. Informasi itu sendiri harus dihimpun secara sistematis dan berkelanjutan.
2.2.9        Mengembangkan Organisasi
Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya usaha ternyata sumber daya yang ada miliki terasa menjadi kurang. Ruangan yang pada tahLm lalu cukup ternyata sekarang menjadi terasa sempit. Tenaga administrasi yang setahun lalu bisa dirangkap oleh pelaku usaha sekarang terasa agak sulit sehingga memerlukan tenaga tambahan. Listrik yang dahulu cukup sekian watt, dengan bertambahnya mesin computer dan mesin fax terasa kurang. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam setahun terakhir mi terjadi peningkatan kegiatan, dan memerlukan tambahan sumber daya.
Sumber daya dimaksud meliputi tenaga kerja, keuangan, peralatan fisik dan data/informasi. Oleh karena itu, perlu direncanakan pengembangan organi­sasi dan menajemen. Untuk perencanaan pengembangan organisasi dan menaje­men, ada baiknya kalau menimba pengalaman dari perusahaan lain yang telah berhasil mengembangkan diri. Beberapa perusahaan biasanya menyusun rencana dalam tahapan-tahapan. Lazimnya perencanaan disusun rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Rencana jangka pendek lazimnya berdu­rasi setahun, rencana jangka menengah berjangka antara setahun sampai dengan tiga tahun, dan rencana jangka panjang lazimnya berjangka waktu lima tahun. Proses perencanaan itu sendiri memerlukan kejujuran, terutama yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan internal organisasi. Dengan demikian yang sangat berkaitaan dengan analisis SWOT.
2.2.10    Mengembangkan Aspek Yuridis
Sejalan dengan berjalannya waktu, nampakanya perusahaan perlu lebih menanamkan kepercayaan masyarakat. Apabila perusahaan belum mempunyai status hukum yang kuat kiranya perlu dibentuk usaha yang memiliki badan hukum. Tujuannya jelas dengan memiliki badan hukum tanggung jawab kepada masyarakat menjadi lebih jelas. Perusahaan dengan badan hukum lebih membe­rikan kepercayaan kepada masyarakat dibanding dengan bentuk usaha perorang­an. Oleh karena itu jika telah memungkinkan sebaiknya anda mengembangkan usaha perorangan menjadi usaha yang berbadan hukum.
Bentuk-bentuk badan hukum di Indonesia sangat beragam, dari yang paling sederhana seperti usaha perorangan, usaha rumahan sampai dengan perseroan terbatas terbuka. Secara rinci bentuk badan-badan hukum perusahaan akan dibahas pada bagian akhir dari bab ini. Untuk menjadikan sebuah perusa­haan memiliki status badan hukum, memang diperlukan beberapa persyaratan. Persyaratan dimaksud antara lain data tentang pemilik, maksud dan tujuan membuka usaha, bidang usaha yang akan dimasuki, lokasi dan alamat tetap dan masih banyak. Dari pengamatan selama ini mengurus status hukum sebuah badan usaha tidak terlalu rumit, namun diperlukan konsistensi sebagai pelaku usaha sebagaimana telah dibahas sebelumnya.
2.2.11    Mengembangkan Administrasi
Ketika usaha anda telah berjalan beberapa waktu, untuk menjalankan langkah selanjutnya anda perlu membuat rencana kedepan. Disamping itu anda juga perlu membuat keputusan-keputusan baik untuk kegiatan pembelian, kegiatan pabrikasi, kegiatan penjualan, perluasan produk dan masih banyak lagi. Untuk keperluan tersebut sudah barang tentu diperlukan data dan informasi yang relavan guna mendukung rencana dan keputusan yang akan diambil. Sebuah contoh yang sederhana, berapa harga jual produk yang telah diberikan kepada relasi A pada tiga bulan lalu, tentunya sudah tidak mudah diingat lagi, kecuali apabila tersedia catatan penjualan.
Apalagi bila transaksi penjualan selama tiga bulan terakhir ini begitu banyak. Demikian juga dengan masalah piutang usaha, berapa lama relasi B telah menerima barang pesanannya dan apakah sudah menyelesaikan seluruh pembayarannya. Maka untuk mengantisipasi kebutuhan data dan informasi dimaksud, sudah selayaknya direncanakan dan dikembangkan sistem adminis­trasi. System adminitrasi yang dibutuhkan dalam rangka mendukung dan menciptakan system informasi internal, meliputi system akuntansi, sistem informasi keuangan, system informasi kepegawaian, system informasi akademik bagi perguruan tinggi dan masih banyak lagi.
2.2.12    Mengembangkan Proteksi Melalui Asuransi
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya salah satu sifat wirausahawan adalah keberanian menghadapi risiko (Willingness to take Risks). Tentu saja sifat berani mengambil dan menghadapi risiko disini bukan asal-asalan, melainkan risiko yang diperhitungkan (calculated risks). Risiko telah merupa­kan bagian dari bisnis yang dampaknya mungkin terjadi setiap saat, seperti risiko kebakaran pada bangunan, persediaan bahan baku, bahan pembantu dan bahan jadi, dan atau risiko kecelakaan pegawai atau gabungan dari semuanya. Oleh karena itu pelaku usaha harus mengembangkan perencanaan proteksi terhadap asset dan kegiatan operasional usaha dengan membeli asuransi. Salah satu cara untuk mengelola risiko tentu saja dengan mempelajari manajemen risiko. Akan tetapi untuk mempelajarinya memerlukan waktu cukup panjang, terutama bagi seorang pelaku usaha yang waktunya sangat terbatas. Maka cara yang paling memadai adalah mencoba menengarai bagian-bagian dari setiap kegiatan, atau bagian-bagian proses pekerjaan yang berpotensi terjadi risiko. Risiko bisa disebabkan oleh akibat kebakaran, kebanjiran, kecurian, kebongkar­an dan sejenisnya. Demikian juga yang berkaitan dengan sumber daya manusia, yakni para staf dan pegawai, yang didalam melaksanakan tugas pekerjaannya tidak terlepas dari kemungkinan terkena dari dampak risiko yang terjadi.
Risiko dimaksud antara lain disebabkan kecelakaan, tabrakan, dibajak perusahaan pesaing dan lain sebagainya. Kemudian untuk memberikan ketena­ngan kepada pimpinan perusahaan, sebaiknya seluruh asset yang berpotensi rusak dan atau musnah oleh sebab-sebab sebagai digambar diatas, dibelikan proteksi asuransi. Untuk bangunan, inpentaris, persediaan bahan baku, bahan pembantu dapat diproteksi dengan asuransi untuk risiko kebakaran, kebanjiran dan gempa bumi. Sedangkan untuk pegawai dipoteksi diproteksi asuransi untuk risiko kecelakaan diri. Apabila perusahaan telah berkembang sebaiknya program proteksi asuransi juga disesuaikan dengan kebutuhan misalnya dengan membe­li asuransi untuk mengatasi gangguan usaha (business interruption), gangguan ketidak setiaan pegawai (dishonesty of the employees) dan masih banyak lagi.
2.2.13    Merencanaan Komputerisasi
Sejalan dengan perkembangan teknologi -maka pelaku usaha tidak lagi bisa menutup mata tentang fakta ini. Penggunaan teknologi dan utamanya computer dilingkungan dunia usaha sudah sudah menjadi suatu kebutuhan. Mesin tik yang selama ini menjadi andalan telah lama digeser oleh komputer. Beberapa pegawai yang dilahirkan pada tahun 80-an, nampak asing bila melihat mesin tik masih digunakan. Yang mereka tahu dewasa ini menggunaan mesin computer merupakan hal yang biasa. Penggunaan alat komunikasi berupa pesawat telegram yang beberapa tahun lalu menjadi andalan, telah tergesar oleh perangkat pesat telex. Pesawat telex inipun sekarang telah tergesar oleh mesin faxcimili yang lebih canggih.
Namun kini mesin faximile terancam tergesar oleh media komunkasi melalui e-mail. Demikian juga penggunaan media cetak sebagai tempat promosi masih dianggap kurang. Saat ini penggunaan web-site sebagai media promosi telah menjadi bagian dari kelengkapan komunikasi perusahaan. Pelaku usaha tidak mungkin tidak acu dengan perkembangan teknologi ini, atau pesaing yang akan menggunakan lebih dahulu dan pelaku usaha kemiungkinan ditinggalkan oleh para pelanggannya. Bila hal ini sampai terjadi, maka untuk menggembali­kan pada posisi semula memerlukan pengorabanan yang sangat besar dan pasti hal yang demikian akan sangat merugikan pelaku usaha sendiri.
2.2.14    Mengembangkan Manajemen Mutu
Tidak ada bisnis tanpa persaingan atau dengan kata lain setiap pelaku usaha harus selalu siap menghadapi persaingan usaha. Oleh karena itu seorang pelaku usaha harus selalu melakukan monitoring terhadap perkembangan dunia usaha, utamanya yang terkait dengan bidang usahanya. Salah satu tujuan dari monitoring lingkungan usaha, agar pelaku usaha senantiasa memiliki informasi terkini, terutama yang berkaitan dengan kegiatan pesaing dan strategi yang dijalankannya serta perilaku konsumen. Setiap saat perilaku konsumen selalu berubah. Perubahan terjadi pada kebutuhan, keinginan dan pola pembelian. Sedangkan pesaing akan selalu mempertajam strategi agar setiap saat mampu beradaptasi dengan perubahan kebutuhan, keinginan  pola membeli. Karena itu apabila pelaku usaha tidak proaktif melakukan monitoring lingkungan usaha, maka dikhawatirkan tertinggal dengan langkah yang dilakukan oleh pesaing. Perubahan perilaku konsumen pada umumnya diakibatkan oleh selalu berubah­nya kebutuhan  peningkatan kualitas barang  jasa yang dibeli.
Maka tidak ada pilihan lain bagi setiap pelaku usaha kecuali harus selalu berinovasi atas produk barang dan jasa yang ditawarkan. Disamping itu perlu diingat bahwa konsumen senantiasa menuntut peningkatan kualitas barang dan jasa yang dibeli. Guna mengantisipasi kondisi pasar yang demikian maka pelaku usaha sudah harus siap dengan pengembangan manajemen mutu. Pengembangan manajemen mutu tidak hanya untuk waktu sesaat, melainkan harus dijalankan secara konsisten  berkesinambungan. Dewasa ini di Indonesia telah banyak lembaga konsultan yang bisa membantu para pelaku usaha "untuk membangun manajemen mutu, baik untuk produk barang maupun produk jasa.
2.2.15    Mengembangkan Rencana Keuangan
Setelah sekian lama usaha anda berjalan maka anda menyadari intensitas mutasi uang keluar  uang masuk terjadi peningkatan. Dari lain lintas uang keluar  uang masuk tersebut, maka anda akan segera mengetahui mana yang lebih besar, mutasi uang keluar atau mutasi uang masuk. Jika yang terjadi mutasi uang masuk lebih besar, maka hal ini merupakan surplus  kondisi ini merupakan hal yang positif, namun pabila yang terjadi sebaliknya maka hal ini merupakan indikasi bahwa jalannya usaha kurang sehat meskipun masih perlu penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu sudah waktunya dikembangkan perenca­naan keuangan, agar lalu lintas sumber daya finansial dapat dikendalikan dengan baik. Kondisi yang baik antara lain ditandai oleh adanya atau terjadinya surplus dana. Surplus dana ini harus diperoleh dari hasil kegiatan operasional, dan bukan berasal clad sumber lain. Ada kalanya surplus dana diperoleh dari sumber lain, misalnya dari lembaga pembiayaan karena adanya pinjaman atau pinjaman lainnya dari sumber lain. Harap dipastikan bahwa surplus terjadi  berasal dari hasil operasional.
2.2.16    Menyiapkan Prasarana Surat Menyurat
Sebagai media kegiatan komunikasi kepada masyarakat umumnya relasi pada khususnya sebaiknya dipersiapkan sarana  prasarana pendukung. Sarana pendukung dimaksud berupa barang cetakan (stationaries) seperti, kop surat, amplop, map, kuitansi, faktur  sejenis lainnya yang dilengkapi dengan logo  nama perusahaan, serta alamat lengkap. Hal ini perlu dilakukan sebagai bukti perusahaan memang layak tampil secara nyata di masyarakat. Berbagai alat pendukug sebagaimana disebutkan diatas juga dimaksudkan sebagai sarana komunikasi perusahaan kepada masyarakat maupun sebagai sarana informasi dari masyarakat kepada perusahaan.
Sarana pendukung diatas sebaiknya dibuat dengan disain yang seindah rnungkin serta menggunakan bahan yang berkualitas sepadan dengan kondisi perusahaan. Selanjutnya selain disiapkan sarana pendukung komunikasi, juga perlu ditentukan format baku untuk seluruh dokumen perusahaan khususnya ,urat keluar. Format yang baku mencerminkan bahwa di dalam perusahaan telah mulai dibangLm budaya perusahaan. Selanjutnya baik sarana, prasarana maupun budaya ini perlu dijaga konsistensinya. Konsistensi dalam komunikasi mencer­minkan adanya keterlibatan manajemen dalam setiap tindak  langkah yang telah, sedang dan akan dijalankan perusahaan.
Ke-enam belas butir ini merupakan hasil penelitian tentang masalah umum yang selalu dihadapi oleh para pelaku usaha kecil dan menengah pada umumnya. Bisa terjadi pelaku usaha telah melakukan satu atau beberapa dari butir-butir tersebut diatas.
2.3    Memilih Bentuk Badan Usaha
Sebuah usaha sejatinya adalah sebuah organisasi badan usaha. Kata lain organisasi merupakan wadah kegiatan sebuah usaha. Produk barang dan produk jasa yang dihasilkan akan lebih konsisten apabila dilakukan dengan system dan prosedur yang tersusun  terselenggara dengan baik. Maka untuk itu pelaku usaha seyogyanya membentuk sebuah organisasi usaha. Organisasi usaha dapat dibentuk dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling canggih. Hendaknya diketahui bahwa dengan memiliki usaha yang berbentuk badan usaha, akan lebih menambah kepercayaan masyarakat umumnya  khususnya para calon pembeli.
Di Indonesia bentuk-bentuk organisasi usaha telah diatur oleh tlndang­Undang dalam berbagai bentuk. Pelaku usaha dapat memilih salah satu bentuk sesuai dengan sifat produk yang akan ditawarkan dan besarnya skala usaha. Pada kondisi yang telah memungkinkan pelaku usaha dapat langsung membentuk badan usaha yang paling tinggi tingkatnya seperti Perseroan Terbatas. Akan tetapi pada kondisi yang masih sangat terbatas pelaku usaha dapat memulai dari skala yang paling kecil, seperti usaha perorangan atau usaha rumahan. Berikut dijelaskan beberapa bentuk badan usaha yang telah digunakan oleh banyak pengusaha di Indonesia.
2.3.1        Perseroan Terbatas (disingkat dengan PT)
Perseroan Terbatas sebelum tahun 2008 tunduk kepada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995; namun dewasa ini telah diperbaharui dengan Undang­Undang Nomor 40 Tahun 2008. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum yang melaksanakan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham-saham. Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan perjanji­an  sesuai dengan persyaratan yang ditentukan Undang-Undang. Perseroan Terbatas dibedakan dalam Perseroan Terbatas Terbuka, yaitu perseroan yang modal  jumlah pemegang saham memenuhi kreteria tertentu atau Perseroan Terbatas yang melaksanakan penawaran umum sesuai dengan peraturan­peraturan dibi-dang pasar modal. Sedangkan Perseroan Terbatas Tertutup yaitu perseroan yang saham-sahamnya belum dilaksanakan penawaran umum. Organ Perseroan terdiri dari, Rapat Umum Pemegang Saham atau biasa disingkat dengan RUPS, Direksi  Komisaris. Secara hierarchi tugas  tanggLing jawab masing-masing adalah, RUPS memegang kekuasaan tertinggi dalam PT  memegang segala kekuasaan PT yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Tugas  tanggung jawab Direksi adalah, bertanggung jawab penuh atas pengurusan PT  untuk kepentingan PT,  mewakili PT di dalam  di Luar pengadilan sesuai dengan Anggaran Dasar. Dan terakhir, tugas dan tanggung jawab Komisaris adalah, bertugas untuk melaksanakan pengawasan secara umum  atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi.
PT didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta pendirian secara notariil yang berbahasa Indonesia. Jangka waktu pendirian PT tidak terbatas kecuali bila dalam anggaran dasar ditentukan lain. Penjelasan tentang hal ini dimuat dalam pasal 6. Sedangka tempat kedudukan PT di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Penjelasan tentang hal ini dimuat dalam pasal 5. Dalam pendirian PT tahap-tahap yang harus dilalui adalah, membuat akta pendi­rian, pengesahan akta pendirian oleh Menteri Hukum  HAM,, mendaftarkan akta pendirian beserta surat pengesahan Menteri Hukuk  HAM dalam daftar perusahaan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Setiap perubahan akta pendirian harus mendapat persetujuan dari Menteri Hukum  HAM  harus didaftarkan dalam daftar perusahaan serta bila diumumkan, mencakup, nama PT, maksud dan tujuan, kegiatan usaha PT, jangka waktu, berdirinya PT, besarnya modal dasar, pengurangan modal ditempatkan  disetor, status PT tertutup menjadi terbuka dan sebaliknya. Pembubaran PT diatur dalam pasal 114,  didasarkan atas, keputusan RUPS, jangka waktu telah berakhir atau penetapan oleh Pengadilan.
2.3.2        Persekutuan Firma (Disingkat dengan Fa)
Perusahaan Firma atau biasa disingkat Fa, merupakan perkumpulan yang bukan badan hukum namun diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disingkat dengan KUHD), pasal 16. prosedur pendirian Fa, melalui tahapan-tahapan, didirikan dengan Akta, didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negari dan diumumkan dalam Berita Negara. Ketentuan yang berlaku dalam Fa, antara lain, sekutu memutuskan dengan musyawarah-mufakat sesuai pasal 32 dan 35 KUHD, sekutu baru dapat masuk menjadi sekutu jika ada persetujuan. Ada sekutu baru harus dinyatakan dengan akta otentik didaftarkan di kepanitera­an Pengadilan Negeri  diumumkan Tambahan Berita Negara sesuai pasal 31 KUHD, penggantian sekutu dilarang tanpa persetujuan pengurus, sekutu yang keluar tetap bertanggung jawab atas hutang persekutuan yang belum dibayar pada saat keluar sebagai sekutu.
Tanggung jawab sekutu diatus sesuai dengan pasal 18m KUHD, yaitu pribadi untuk keseluruhan (tiap sekutu bertanggung jawab pribadi pada semua perikatan meskipun dibuat oleh sekutu lain termasuk perbuatan melawan hukum. Sedarigkan sekutu yang berbuat melawan hukum dituntut ganti rugi berdasarkan pasal 1365/1367 KUHPer. Berakirnya Fa diatur sesuai pasal 31 KUHD  dilaksanakan dengan akta otentik, didaftarkan  diUmurnkan dalam berita negara Republik Indonesia.
2.3.3        Persekutuan Komanditer (Disingkat dengan CV)
Persekutuan Firma yang punya satu atau beberapa orang sekutu komanditer (sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang, tenaga sebagai pemasukan dalam CV  tidak turut campur dalam pengurusan/ penguasaan CV). Terdapat dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja (atau sekutu komplemen­ter)  sekutu tidak kerja (atau sekutu komanditer). Sedangkan CV dibedakan dalam dua jenis, yakni, CV diam (yakni CV yang belum menyatakan terang­terangan)  CV terang-terangan (yakni CV yang telah menyatakan sebagai badan usaha kepada pihak III),  CV dengan saham (yakni CV yang menyata­kan terang-terangan dengan saham). Dewasa ini yang banyak dikenal dalam masyarakat adalah jenis yang ketiga.
2.3.4        Perusahaan Dagang (sering disingkat dengan UD)
Perusahaan dagang merupakan bentuk usaha yang paling sederhana, karena bisa dilakukan oleh satu orang, dengan modal yang dimilikinya. Prosedur pendirian juga relatif sederhana, yakni pengusaha atau yang diberi kuasa membuat akta pendirian secara notariil. Akta ini tidak perlu dimintakan pengesahan dari Departemen Hukum  HAM, namun disarankan mendaftar­kan usaha yang dijalankan kepada Pemerintah Daerah setempat yang dalam hal ini Kantor Dinas Perindustrian  Perdagangan.
Dengan mendaftarkan kegiatan usaha kepada Pemerintah Daerah setempat, setidaknya apabila ada agenda  atau program Pemerintah yang berkaitan dengan usaha, misalnya program pembinaan usaha kecil  atau menengah, maka pelaku usaha dapat ikut serta dalam program tersebut. Pelaku usaha pada perusahaan dagang terikat terhadap perikatan yang timbul dari perbuatan hukum  bertanggung jawab terhadap perikatan yang timbul dari perbuatan melawan hukum, sesuai dengan pasal 1365/1367 KUHPer
2.3.5        Koperasi
Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang bersifat sosial. Berang­gotakan orang atau perusahaan berbadan hukum. Koperasi merupakan usaha b-ersama yang berasaskan kekeluargaan. Koperasi didirikan dengan persetujuan anggota sedikitnya 20 orang. Akte pendirian memuat peraturan umum yang ~Jisebut anggaran dasar. Dibawah anggaran dasar aturan teknik yang disebut lengan anggaran rumah tangga. Akta pendirian memuat nama koperasi  :empat kedudukan, tujuan, keanggotaan, permodalan, pembagian sisa hasil .:Naha  aturan pembubaran. Modal koperasi berasal dari simpanan pokok, s;mpanan wajib  simpanan sukarela. Organisasi terdiri dari rapat anggota, aengurus, badan pemeriksa  bada penasihat. Lebih lanjut koperasi diatur oleh Undang-Undang dan dibawah pembinaan menteri teknik, yakni Manteri Negara Usaha Mikro, Kecil, Menengah  Koperasi.
2.3.6        Menyiapkan Proposal Usaha
Calon pelaku usaha yang telah membulatkan niatnya terjun ke dunia wirausaha untuk menjadi wirausahawan disarankan untuk membuat sebuah deskripsi perencanaan yang lazim disebut dengan proposal. Tujuan perlunya dibuat proposal sangat berbagai. Untuk kebutuhan internal dapat dipakai sebagai pegangan dan acuan tentang sasaran yang akan dituju. Sedangkan untuk kebutuhan eksternal untuk antisipasi apabila pada suatu saat diperlukan duku­ngan dari pihak yang terkait, antara lain perijinan  atau lembaga pembiayaan. Meskipun tidak selalu dijumpai pola  atau pedoman yang baku, namun diantara sekian banyak proposal yang pernah kita baca  pelajari, dapat ditarik satu pedoman umum yang dapat dijadikan sebagai sebuah pegangan. Bagian­bagian dari proposal usaha dimaksud meliputi,
2.3.7        Paparan Singkat
Sesuai dengan judulnya paparan singkat berisi tentang maksud  tujuan, rencana kerja, hasil yang ingin dicapai  cara melakukan pengen­dalian. Bagian ini memuat butir-butir yang sangat penting sehingga uraiannya cukup singkat  padat, namun tekananya harus mendapat perhatian dart pembaca, dalam hal ini pihak-pihak yang dimintai persetujuan  atau pihak lainnya seperti investor, pemberi pinjaman  lainnya. Oleh karena itu deskrip­si cukup singkat, jelas, tidak bertele-tele, langsung pada pokok permasalahan  mampu menimbulkan daya tarik
2.3.8        Gambaran Umum Tentang Perusahaan
Pada bagian ini menggambarkan inti perusahaan yang akan dibentuk. Diskripsi dimulai dengan gambaran tentang sosok perusahaan yang diimpikan. Apabila perusahaan itu sendiri telah ada, maka perlu dijelaskan secara kronolo­gis sejak awal berdirinya hingga pada saat proposal dibuat. Demikian juga alasan-alasan yang rasional tentang diajukannya proposal. Uraian juga hams jelas, akurat  tidak berbelit-belit.
2.3.9        Rencana Produk Yang Dipasarkan
Sesuai dengan judulnya, pada bagian ini menjelaskan tentang produk yang akan dibuat  dipasarkan, berupa produk barang atau produk jasa. Kemudian segmen yang akan dilayani serta target pasar yang akan dibidik. Apabila produk yang akan dihasilkan  ditawarkan memiliki cirri-ciri  atau model yang unik, maka sebaiknya ditunjukkan dengan toto atau gambar yang disertai penjelasan seperlunya. Bila dianggap perlu disarankan dibuatkan semacan prototype untuk produk barang atau deskripsi tentang produk jasa yang bersangkutan
2.3.10    Rencana Pemasaran
Proposal merupakan sebuah usulan rencana, yang biasanya ditujukan kepada pemilik modal atau pemberi pinjaman. Sebelum mengambil keputusan lazimnya pemilik dana akan mempertimbangkan masak-masak masalah segmen pasar, target sasaran pembeli, strategi pemasaran dan prospek tentang produk kedepan. Oleh karena itu proposal perlu menggambarkan bagaimana rencana pemasaran untuk produk yang akan dihasilkan secara komprehensip. Mungkin produk tersebut memiliki keunikan, akan tetapi belum tentu disukai pembeli atau pengguna. Rencana pemasaran harus menjelaskan target pasar yang dituju, berapa potensinya  berapa lama masa pengenalannya.
2.3.11    Rencana Susunan Manajemen
Pemberi pinjaman dan atau pemilik modal sudah pasti akan mempelajari siapa dibalik yang akan berperan dibalik proposal tersebut, dan siapa pula yang akan memimpin  menjalankan perusahaan. Hendaknya diketahui bahwa untuk mempertimbangkan dan menerima sebuah gagasan baru tidak ada jaminan hanya dari kemampuan menajerial pimpinan usaha, akan tetapi juga dari faktor lainnya. Oleh karena itu rencana susunan manajemen harus dijelaskan secara rinci, latar belakang mereka yang akan duduk dalam team manajemen. Demi­kian juga perlu disampaikan secara singkat tentang tingkat pendidikan, keteram­pilan, pengalaman dan rekam jejak masa lalu.
2.3.12    Rencana Kegiatan Operasional
Bagian ini menjelaskan bagaimana proses produksi, baik produk barang atau produk jasa akan dijalankan. Penjelasan yang agak rinci meliputi lokasi tempat produksi diproses, tingkat strategis lokasi usaha, jarak antar tempat produksi dengan pemasok bahan baku  bahan pembantu, kesinambungannya, jarak dengan sasaran pasar, mesin dan peralatan yang diperlukan, ketersediaan berbagai sumber daya dan sejenisnya. Berkaitan dengan tempat produksi diproses perlu dijelaskan bagaimana sikap lingkungan terhadap keberadaan kegiatan tersebut. Apabila proses produksi telah dilaksanakan dan menghasilkan limbah bagaimana pula penanganan terhadap;, limbah dimaksud. Rencana kegiatan operasional tidak sebatas hanya pada proses produksi akan tetapi juga sampi dengan terjangkaunya produk dimaksud oleh pasar.
2.3.13    Rencana Keuangan
Setelah membahas tentang rencana operasional, maka perlu dijelaskan tentang rencana keuangan. Bagian ini relatif lebih rumit, mengingat didalamnya terdapat berbagai analisis tentang arus keluar masuknya uang  angka-angka ratio. Rencana keuangan yang lazim diutarakan meliputi rencana laba/rugi pada, rencana neraca  informasi tentang rencana arus kas pada tahun pertama. Dengan menyampaikan rencana keuangan maka calon investor  ataLl pemberi pinjaman akan mendapat gambaran yang lebih jelas. Pada beberapa proposal rencana keuangan ini dibuat selama lima tahun kedepan.
2.3.14    Rencana Bentuk Perusahaan
Perusahaan pada dasarnya suatu rangkaian kegiatan yang berdurasi panjang dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat bukan hanya bagi perusaha­an itu sendiri, melainkan juga bagi lingkungannya. Hubungan keduanya diharap­kan berlangsung secara harmonis. Namun kenyataan dalam praktek hal yang demikian tidak selalu menjadi kenyataan. Seringkali berbagai permasalahan muncul kemudian yang tidak pernah dibayangkan pada awal pendiriannya.
Untuk itu maka perusahaan memerlukan wadah organisasi. Selanjutnya tentu disusul dengan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen sebagaimana layaknya. Untuk itu, maka perusahaan perlu menyiapkan rencana tentang bentuk perusahaan. Bentuk-bentuk perusahaan telah dijelaskan pada bahasan sebelum ini. Artinya secara yuridis perusahaan memiliki bentuk sebagai badan usaha, apakah usaha perorangan, bentuk CV atau bentuk PT.
2.3.15    Sistem Pengendalian Manajemen
Perusahaan yang telah dibangun harus dijaga agar tetap hidup, tumbuh  berkembang sesuai rencana. Proposal perlu memberikan sekilas gambaran tentang bagaimana cara manajemen menjalankan sistem pengendalian. System pengendalian digambarkan melalui uraian singkat tentang visi, misi, sasaran, strategi, program kerja  kerangka waktu pelaksanaan. Secara singkat juga perlu digambarkan tentang organisasi, pembagian tugas, wewenang  tanggungjawab masing-masing unit kerja. Dengan mengetahui  memahami gambaran yang disampaikan diharapkan pemberi keputusan lebih meyakini keberhasilan tentang proposal yang dimajukan.
Lampiran-Lampiran
Lampiran-lampiran yang disertakan pada proposal biasanya merupakan dokumen tambahan yang berfungsi sebagai pendukung informasi  atau mem­beri penjelasan tambahan. Dengan demikian maka seluruh lampiran harus me­miliki relevansi dengan materi yang dituangkan dalam proposal. Disamping itu sifat data dan informasi yang termuat dalam lampiran seyogyanya yang terkini (up-to-date). Lampiran-lampiran yang tidak ada relevansinya sebaiknya tidak perlu disertakan, apalagi apabila hanya untuk menambah tebalnya proposal.
2.4    STUDI KASUS
KASUS 4.1: WANITA SEBAGAI PENGUSAHA
JANGAN TAKUT BERBISNIS (oleh Rhenald Kasali)
Seorang entrepreneur adalah orang yang menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang membedakan dirinya dari orang lain, menciptakan nilai tambah, serta memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Siapapun pasti berani mencoba berbisnis, bila mengetahui beberapa fakta berikut ini:
DAN PERILAKU BISA BERUBAH
Takut memulai bisnis, tak memiliki tantangan, dan tak tahu harus berbisnis apa, bsa menjawab dengan teori DNA perilaku yang bisa berubah. Jika hanya bergaul dilingkungan pekerja, maka akan terbentuk cara berfikir yang hanya mencari aman, mengejar gaji tetap, berusaha naik gaji, mengejar fasilitas, dan akhirnya dapat pensiun. Selamanya Anda akan takut meninggalkan zona nyaman. Kalau Anda orang seperti itu, cobalah memperluas pergaulan dengan para pengusaha yang terbiasa yang biasa berfikir optimistis. Sedikit demi sedikit cara berfikir dan perilaku Anda bisa berubah, sehingga Anda tertantang untuk berbisnis.
MENDEKTE PASAR
Jangan takut memulai usaha. Teori marketing mengatakan, mulailah dari pasar. Sedangkan teori entrepreneurship manyarankan, mulailah dari apa yang anda sukai. Jika mengerjakan sesuatu yang disukai, Anda akan menemu­kan pasar sendiri, karena Anda mudah memodifikasi ide-ide. Contohnya adalah mendiang Anita Roddick. Awalnya, berbagai produk perawatan tubuh yang diramunya, dikomentari tak ada pasarnya. Namun sebagai aktivis lingkungan, Anita bisa meramalkan perilaku orang kedepan, maka pasarpun bisa didekte olehnya. Contoh lain, Southwest, yang membuat penerbangan murah, yang ke­mudian diikuti oleh perusahaan penerbangan lainnya. Atau Zafira, perusahaan busana muslim yang mengupayakan kiblat busana muslim berada di Indonesia, bukan di Arab. Pengusaha harus bisa menerobos cara berfikir konsumen.
MANFAATKAN KELEBIHAN KHAS WANITA
Ø  Bisa bernegosiasi dengan profesional sekaligus luwes dan Mampu mengurus sesuatu dengan detail
Ø  Bisa berperan ganda, kerena dilain sisi Anda adalah istri dan ibu
TAHAN BANTING
Menjaga gairah bisnis agar tahan banting. Lakukan lompatan-lompatan kecil, namun menghasilkan keuntungan sedikit demi sedikit. Misalnya mendiri­kan salon tak perlu langsung menyewa ruang di mal. Mulailah dari rumah dahulu.


TEKAN RISIKO
Ø  Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang entrepreneur adalah mampu menghadapi risiko. Takut boleh saja, karena hal itu justru membuat seseorang bekerja keras. Namun sebenarnya risiko bisa ditekan dengan:
Ø  Dilarang nekat. Mengukur risiko ibarat.mengukur dalamnya sungai. Pelajari sungai perlahan-lahan, dengan mencelupkan kaki. Lewati sungai selangkah demi selangkah sambil menambah keberanian, dengan bantuan sebuah kayu pengukur kedalaman. Sampai akhirnya Anda berani mengambil risiko setelah melewati perhitungan yang matang.
Ø  Miliki pengetahuan. Pengetahuan yang luas membuat seorang pengusaha percaya diri. Gali berbagai informasi, ikuti berbagai pelatihan.
Ø  Memilih partner kerja  pegawai berdasarkan kompetensi. Sahabat sekalipun belum tentu cocok sebagai teman usaha. Jika perlu minta bantuan profesional untuk menyeleksi dan merekrut pegawai.
Ø  Perluas jejaring. Kita cenderung nyaman dengan orang yang berlatar belakang sama. Sebagai pengusaha, utamakan memperluas jejaring dengan siapa saja, dan dari kalangan mana saja.
Ø  Open minded dan bisa menerima perusahan. Realitas bisnis adalah perubahan.
Sumber: dikutip dari Majalah Femina No. 12/XXXVI.20-26 Maret 2008, hal 45.
KASUS 4.2: PELUANG USAHA
CACING TAK LAGI MENJINJIKKAN
Judul tulisan di atasa berkesan propokatif. Bagi yang takut, bagaimana mungkin hewan invertebrate (tidak memiliki tulang belakang) itu dapat dikatakan tidak menjinjikkan? Tulisan ini memang dimaksudkan untuk melihat sisi positif cacing tanah, terutama dari aspek ekonomisnya yang cukup menjan­jikan. Gambaran sederhana untuk melihat nilai ekonomis cacing tanah bisa dicermati dari maraknya hobi memancing di sungai, rawa, waduk, atau kolam pemancingan. Artinya kita bisa menjual langsung cacing tanah di sekitar lokasi mancing. Jika mau lebih serius, peternakan cacing tanah bisa dijadikan usaha tetap atau sambilan untuk berbagai keperluan pasar. Misalnya cacing tanah mampu menghancurkan bahan organic, sehingga dapat memperbaiki aerasi serta struktur tanah. Dengan alasan itulah, kini mulai beredar pupuk organic yang menggunakan cacing tanah sebagai bahan baku utamanya. Produk itulah yang dikenal sebagai kascing (bekas cacing). Nah, peternak cacing dapat membuat kascing dan menjualnya langsung ke para petani terdekat. Bukan hanya itu! Cacing tanah juga dapat dijadikan bahan pakan alternative bagi ternak. Mulai dari unggas (termasuk burung berkicau), ikan, udang dan katak. Pasalnya cacing tanah memiliki kandungan protein dan mineral yang tinggi. Masih ada lagi jalur pemasaran cacing tanah, kendati diperlukan kerja keras untuk menembus pabrik­pabrik besar. Mengapa? Bukan rahasia lagi jika cacing tanah digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industry farmasi dan kosmetika. Industry industri besar cenderung menggantungkan supliabahan baku dari pemasok yang bisa saja menjadi “tengkulak” bagi peternak cacing. Jika skala usaha kecil, lebih baik mencoba dulu memasok cacing tanah ke beberapa ahli pengobatan alternative yang juga kerap membutuhkan cacing tanah. Sebab hewan ini biasa digunakan dalam pembuatan jamu tipes, atau menyembuhkan demam, hipertensi, bronchitis, reumatik sendi, dan sakit gigi.
Tahap awal.
Kalau berminat, anda dapat memulai usaha ini dengan menyediakan beberapa bahan dasar seperti tanah, bahan organic, cacing dan tentu saja lokasi pemeliharaan. Tanah sebagai media hidup harus mengandung bahan organic dalam jumlah besar. Bahan-bahan organic bisa berasal dari dedaunan kering yang luruh (serasah), kotoran ternak, dan tanaman mati. Cacing tanah sangat menyukai bahan yang mudah membusuk, karena lebih mudah dicerna. Usahakan derajad keasaman (pH) tanah berada dalam kisaran 6,0-7,2. Artinya, sedikit asam sehingga sedikit basa. Dalam kondisi inilah bacteria dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan (fermentasi). Kandang atau lokasi pemeliharaan diusahakan tidak terkena sinar matrahari secara langsung. Buatlah kandang, misalnya dibawah pohon rindang, tepi rumah, atau ruangan khusus yang atapnya tidak terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar atau tidak menyimpan panas. Perhatikan suhu dan kelembaban kandang. Suhu optimal untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon (telur cacing) adalah 15-25 derajat Celcius. Suhu diatas 25 derajat Celcius masih dimungkinkan, asalkan kandang diberi naungan yang cukup. Sedangkan kelembaban ideal antara 15-30 persen. Dalam skala besar, kandang bisa dibangun dengan ukuran 1,5 x 18 meter (tinggi 45 cm). dalarn skala kecil, buatlah kandang dengan ukuran 100 x 250 cm2 (tinggi 30 cm). bahan-bahan kandang relative sederhana, misalnya bambu atau papan bekas, dengan atap ijuk, rumbia atau genting bekas. Bagian dalam kandang diberi rak­rak yang menjadi wadah pemeliharaan. Rak-rak ini boleh berupa baki berting­kat, kotak bertumpuk, pancing bertingkat, atau pancing berjajar.Pemeliharaan
Ada beberapa metode dalam pemeliharaan cacing tanah all in all out. Sejak kecil hingga besar, cacing dipelihara dalam kandang yang sama. Sebagai patokan, kandang berukuran 100 x 250 cm2 (tinggi 30 cm) bisa digunakan untuk menampung 10.000 ekor cacing cacing dewasa. Kedua, pemeliharaan berpindah. Jika cacing sudah dewasa, sehingga kandang tak memadai, sebagian ternak dipindah ke kandang terpisah. Ketiga, pemeliharaan mulai dari kokon sampai anak. Jadi, setelah dewasa dipindah ke bak lain. Keempat, pemeliharaan cacing dewasa sampai pembibit. Prosesm paling rumit adalah ketika memulai usaha ini, terutama saat memasukkan bibit cacing ke kandang. Masukkan bibit cacing tanah jenis lumbrikus rubellus sedikit demi sedikit. Apabila cacing man masuk ke media, barulah masukkan bibit-bibit lainnya.
Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan sekali, pada malam hari, dengan kuantitas sebanyak bobot semua cacing di media/kandang. Pakan terdiri atas kotoran hewan, kecuali kotoran yang khusus dipakai sebagai media. Sebelum diberikan, pakan mesti diolah menjadi bubuk/bubur dengan cara diblender. Perlu ditambah air dulu, dengan perbandingan 1:1. Bubur pakanditabur merata di atas media, tetapi jangan sampai menutupi seluruh permukaan media. Setelah itu pakan ditutup plastik, karung atau bahan lain yang tidak tembus cahaya. Jika dijalan­kan dengan tekun, usaha ini cukup menguntungkan. Persoalan terpenting adalah mencari dan/atau membuka pasar baru. Anda bisa memetik dua panen dari usaha ini. Pertama, biomas atau cacing itu sendiri. Yang kedua media bekas cacing (kascing). Sedangkan pemenenan cacing dapat dilakukan dengan membalik sa­rang. Sebab dibalik sarang yang gelap itulah, cacing-cacing biasanya berkumpul. (Dudung AM-32)
Sumber : Dikutip dasi Harian Suara Merdeka, 8 Agustus 2008
KASUS 4.3: LIBUR LEBARAN
PERAJIN YOGYAKARTA MENJARING PEMUDIK
YOGYAKARTA, KOMPAS- memanfaatkan momentum liburan hari raya Idul Fitri, para perajin Yogyakarta aktif menarik pembeli dengan mengikuti pameran. Mereka menggelar produk dalam pameran di mal hingga halaman gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Di halaman gedung DPRD DIY, misalnya, sejumlah pelaku sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) itu mengikuti pameran pada 23-29 September. Mereka menawarkan produk kreasinya, mulai dari kerajinan batik kayu, tas dai agel  daun pandan, hingga pakaian. Salah seoang peserta pameran, Ngadino, mengatakan, selain mendekati konsumen, ia juga ikut pameran untuk memeriahkanb Lebaran yang banyak dipadati pemudik."Pengunjung Malioboro banyak. tetapi sejauh ini yang mampir kesini, apalagi belanja, hanya sedikit. Kemarin daiam sehari saya hanya dapat Rp. 170.000," ujanya. Ngadino yang berasal dari sentra batik kayu Krebet Bantul ini mengatakan, selama libur Lebaran ia sengaja aktif mengikuti pameran agar produknya semakin dikenal. Apalagi harga sewa stan Rp. 250.000 selama pameran di nilai relative terjangkau. Manurut Ari, penjaga stan produk tas  dompet, jumlah pengunjung pemeran memang banyak. Dalam sehari omzetnya hanya sekitar Rp. 400.000 Namun pemeran ini atetap dinilai strategis untuk memperkenalkan poduknya. “Biasanya, produk tas  dompet ini diambil oleh pedagang dari Yogyakarta  Bali untuk di ekspor. Jadi sudah ada pelanggan tetapnya,"ujarnya. Selain di halaman gedung DPRD, sejumlah pelaku UMKM yang lain menggela produk mereka di Atrium Mal Malioboro. Sebagian besar peserta pameran menjual berbagai model pakaian batik. Lokasi yang strategis membuat pameran ini dipadati pengunjung. Salah seorang penjaga stan batik, Anisa, menutukan, minat pengunjung untuk datang ke pameran yang akan berakhir pada 29 September ini cukup tinggi. Stan yang ia jaga hampir tidak pernah sepi pengunjung. Mereka tertarik untuk membeli pakaian berbahan batik tulis di stannya."Penjualan selama pameran cukup bagus,"ujarnya tanpa mau menyebut angka. Di arena utama Saphir Square, sebanyak 38 produsen makanan  minuman juga memasarkan produk dalam Pesta Kuliner Nusantara 2. Lewat acara yang berlangsung mulai 24 September hingga 4 Oktober ini, mereka mencoba mengambil keuntungan dari banyaknya rumah' makan yang tutup pasca Lebaran."Setelah Lebaran, banyak rumah makan yang tutup sehingga mencari makan di Yogyakarta jadi sulit. Masyarakat  wisatawan bisa makan disini," kata Vini Tresni, Koodinator Promosi Saphir Square. (ARA) Sumber : Dikutip dari Harian Kompas, Sabtu, 26 September 2009