Selamat Datang Pada Web Dr. Priyono, MM yang merupakan terobosan baru untuk kelanjaran dan keberlangsungan sebuah proses pembelajaran bagi Mahasiswa UNIPA Surabaya…!!!! Priyono is The Best Lecturers: Layanan Pendidikan

Senin, 20 Februari 2012

Layanan Pendidikan

Layanan Pendidikan
Tanggal Update : 02/12/2008 14:35:52
   
              PENDIDIKAN
Pada dasarnya pendidikan itu merupakan usaha sistematik untuk mencapai masyarakat yang maju,
cerdas dan mandiri.Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kerjasama yang baik antara
pemerintah dan masyarakat.Pembangunan Pendidikan merupakan salah satu pilar utama
pembangunan dalam rangka menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Namun dalam meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, setiap warga negara memiliki
hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu, setidak-tidaknya menyelesaikan
pendidikan minimal pendidikan dasar 9 tahun.
Salah satu bagian pembangunan pendidikan dapat ditunjukkan dari jumlah penduduk usia sekolah
dan jenjang pendidikan.
              Pelayan Pendidikan Mengejar Wajib Belajar 12 Tahun 2007
        
                  Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Siswa Anak Usia : 13-15 tahun di Jatim
Untunglah, kemudian ada bantuan dari Pemerintah berupa tunjangan biaya minimal pendidikan
atau Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hingga dia bisa terus mengejar cita-citanya.
Siti memang termasuk satu dari 744.000 siswa anak usia 13-15 tahun di Jatim yang
tersentuh program wajib belajar (Wajar) 9 tahun. Program yang bertujuan memberikan bantuan
kepada sekolah dalam rangka membebaskan iuran siswa dengan tetap mempertahankan mutu
pelayanan pendidikan ini, digagas Pemerintah Propinsi Jatim sejak 1998.
Dengan gagasan ini, pemerintah pusat memberikan penghargaan Widyakarma kepada
Propinsi Jatim.Penghargaan diberikan secara langsung oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) pada Sabtu 26 Mei 2007 lalu.
Menteri Pendidikan RI, Bambang Sudibyo menuturkan, penghargaan itu merupakan bukti bahwa
Jatim telah menuntaskan wajar 9 tahun. Keberhasilan ini pula dibuktikan dengan Angka Partisipasi
Kasar (APK) yang mencapai 96,84 %.
Dengan angka Ini, Jatim telah berhasil meluluskan sekitar 97,84%. anak usia 13-15 hingga
ke tingkat SMP/Mts. Artinya: hanya sekitar 3,5 % anak usia 13-15 yang belum berpendidikan
hingga tingkat SMP/Mts.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jatim, Dr H Rasiyo mengatakan, penghargaan
Widyakrama yang diterima Jatim, merupakan penilaian secara nasional peta pendidikan Indonesia.
”Pemerintah pusat menilai Jatim berhasil menyelesaikan program wajar 9 tahun,” katanya.
Standar secara nasional, daerah dapat dinilai berhasil dalam pendidikan jika menunjukkan angka
95%. Sementara Jatim, mampu melebihi standar yang ditentukan yakni sekitar 97 %.
“Dengan demikian masih ada sekitar seratus ribuan orang yang belum disukseskan. Mereka
rata-rata berusia antara 13 – 15 tahun,” ujar Dr H Rasiyo .
Data statistik dari Dinas P dan K menunjukkan, pada akhir 2007 sejumlah 744.000 penduduk
usia produktif (16 - 44 tahun) di Jatim telah bebas buta aksara.
Sementara laporan pencapaian kinerja bidang pendidikan Propinsi Jatim berdasarkan APK SD/MI
menunjukkan, persentase jumlah siswa terhadap jumlah anak usia 7-12 tahun pada
 tahun 2005 sebesar 101,11%, tahun 2004 sebesar 110,89 %.
Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan persentase jumlah siswa berusia 7-12 tahun
 terhadap anak berusia 7-12 tahun di Jatim pada tahun 2005 sebesar 97,24%,
 tahun 2004 sebesar 96,71%, padahal target Dinas P dan K Propinsi Jatim
tahun 2005 sebesar 99 %.
Untuk jumlah guru SD/MI tahun 2005, terpenuhi sebesar 97 %, hal ini meningkat dibanding tahun
2004 sebesar 96 %. Namun, belum memenuhi target Dinas P dan K Propinsi Jatim sebesar 100%,
tapi telah mencapai SPM yang ditetapkan minimal sebesar 90%.
Sedangkan, jumlah siswa SD/MI per kelas tahun 2005 sebanyak 23 siswa dan tahun 2004 sebanyak
24. Ini belum memenuhi standar SPM 30-40 siswa per kelas.
Jumlah lulusan SD/MI tahun ajaran 2005/2006 sebanyak 157.399 siswa dan sebanyak 146.538.47
(93,10%) siswa melanjutkan (masuk ke kelas I) ke jenjang pendidikan SMP/MTs.
Angka melanjutkan tahun 2005 itu meningkat dibanding tahun 2004 yang sebesar 90,54%.
Untuk guru, dari 261.603 guru SD/MI yang ada, sejumlah 78.481 (30%) guru belum memenuhi
kualifikasi sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional, yaitu minimal lulusan S1.
Dengan demikian, persentase jumlah guru yang memenuhi standar kompetensi tahun 2005
sebesar 70 %, meningkat dibandingkan tahun 2004 sebesar 69,64 %. Jumlah itu belum memenuhi
target Dinas P dan K Jatim sebesar 95% dan masih dibawah SPM yang ditetapkan minimal sebesar
90%.Rasiyo menyadari belum sepenuhnya program Biaya Minimal Sekolah atau BOS yang diterapkan
Propinsi Jatim berhasil, namun setidaknya dapat mengurangi siswa angka putus sekolah.
Angka putus sekolah untuk tingkat SD/MI pada tahun 2005 sebanyak 12.043 (0,27%) siswa,
mengalami penurunan sebanyak 14.931 (0,31%). Sedangkan angka putus sekolah tingkat SMP/MTs
tahun 2005 sebesar 0,33%, dibanding tahun 2004 sebesar 0,35%. Hal tersebut menunjukkan,
jumlah siswa putus sekolah tidak melampaui batas maksimal Standar Pelayanan Minimal (SPM)
yang ditetapkan 1%.
 Keberhasilan Jatim dalam wajar 9 tahun, tentunya tidak akan mempunyai
arti jika dibiarkan begitu saja, sebab ledakan lulusan SMP/Mts akan menjadi penggangur muda
jika tidak didorong agar melanjutkan ke tingkat SMA/SMK.Hal itulah yang dikhawatirkan
Gubernur Jatim H Imam Utomo saat menyampaikan pandangannya mengenai keberhasilan
Pemprop menuntaskan wajar 9 tahun.
”Jika tidak didorong dengan melanjutkan kejenjang selanjutnya, dikhawatirkan banyak peserta didikan
yang belum siap kerja, karena tidak mempunyai keterampilan kerja,” ujar Imam Utomo dihadapan
sejumlah Bupati saat penandatanganan kerjasama wajar 12 tahun di kantor Gubernur .
Untuk itu, pada tahun 2008 ini, Jatim memprioritaskan pelaksanaan wajar 12 tahun.
Artinya, pendidikan dasar yang dimiliki warga Jatim nantinya minimal lulus SMA/SMK dan sederajat.
Langkah yang dilakukan Pemprop ini merupakan keberanian tersendiri, karena belum ada propinsi
di Indonesia yang memprioritaskan warganya dengan pendidikan minimal SMA/SMK.
”Propinsi Jatim merupakan propinsi yang pertamakali mencanangkan program wajar 12 tahun,”
ujarnya.Dengan berbagai usaha pengajuan anggaran, akhirnya Pemprop Jatim mendapatkan jalan
keluar untuk anggaran wajar 12 tahun, yakni sharing pemerintah pusat 60%, pemerintah
propinsi 20% dan pemerintah kabupaten/kota 20%. BpK.Imam Utomo menegaskan,
program wajar 12 tahun ini merupakan keberpihakan Pemprop Jatim dalam membantu peserta
didik atau siswa miskin agar mampu melanjutkan sekolah ke tingkat SMA/SMK atau sederajat.
Pencanangan program ini, sudah dilakukan oleh Menteri Pendidikan RI, Bambang Sudibyo .
Pada Senin 3 September 2007 ketika membuka Olimpiade Sains Nasional (OSN) di Kampus C Unair.
Dikatakannya, setelah menuntaskan sekitar 97,84% peserta didik, Pemprop Jatim berkewajiban
melanjutkannya. Untuk itulah, keluarga miskin akan diprioritaskan menuju pendidikan selanjutnya.
Sebagai langkah awal, difokuskan pada pendidikan menengah kejuruan atau SMK.
Artinya, Pemprop Jatim akan memperbanyak keberadaan lembaga SMK, dengan pertimbangan,
jika memilih SMK, maka selama tiga tahun siswa akan memiliki kompetensi dibidang tertentu dan
siap terjun ke dunia kerja.
”Saat ini sebanyak 18 lembaga SMK di Jatim telah dibangun. Bahkan Jatim akan meningkatkan
sekolah unggulan yang berguna untuk menuju pendidikan berkualitas,” katanya.
Sementara itu, telah disiapkan Anggaran Rp 260 miliar untuk wajar 12 tahun, yang
didapat dari Sharing Pemerintah Pusat Rp 100 miliar, Pemerintah Propinsi Rp 80 miliar,
serta Kabupaten/Kota Rp 80 miliar. Dana akan dibagikan Ke 38 kabupaten kota Jatim
dengan Rincian Rp 2,3 miliar setiap Kab/kota.
Setiap bulan, per-siswa akan mendapat bantuan dana sebesar Rp 65 ribu atau Rp 780 ribu
setiap tahunnya. Dana itu akan diberikan langsung kepada lembaga penyelenggaran
sekolah dan bukan kepada siswa, Ini untuk menghindari penyalahgunaan serta tanggung jawab.
Jika diberikan ke siswa, dana itu akan diserahkan ke orang tua, dan dipakai membeli
kebutuhan rumah tangga. Kemudian, pendidikan anaknya tidak terlaksana,” tutur Dr H Rasiyo .
Untuk rincian atau sasaran anggaran Rp 260 miliar wajar 12 tahun :
Kota Surabaya Rp 29,4 miliar,

Kota Malang Rp 10,6 miliar lebih,

Kota Madiun Rp 5,1 miliar lebih,

Kota Kediri Rp 6,49 miliar,

Kota Mojokerto Rp 2,9 miliar,

Kota Blitar Rp 4,1 miliar,

Kota Pasuruan Rp 2,9 miliar,

Kota Probolinggo Rp 2,5 miliar lebih.

Kota Batu Rp 1,1 miliar lebih,

Kab Gresik Rp 8,7 miliar,

Kab. Sidoarjo Rp 15,3 miliar,

Kab .Mojokerto Rp 7,5 miliar,

Kab .Jombang Rp 12,7 miliar,

Kab .Bojonegoro Rp 7,2 miliar lebih,

Kab .Tuban Rp 5,3 miliar,

Kab. Lamongan Rp 10,4 miliar,

Kab .Madiun Rp 4,1 miliar,

Kab .Ngawi Rp 5,9 miliar.

Kab Magetan Rp 5,4 miliar,

Kab Ponorogo Rp 7,6 miliar,

Kab Pacitan Rp 3,001 miliar,

Kab. Kediri Rp 6,2 miliar lebih,

Kab.Nganjuk Rp 8,2 miliar lebih,

Kab.Blitar Rp 3,9 miliar lebih,

Kab.Tulungagung Rp 5,8 miliar lebih,

Kab.Trenggalek Rp 3,6 miliar lebih,

Kab.Malang Rp 12,068 miliar,

Kab.Pasuruan Rp 8,5 miliar lebih.

Kab.Probolinggo Rp 4,4 miliar lebih,

Kab.Lumajang Rp 4,017 miliar,

Kab.Bondowoso Rp 3,4 miliar lebih,

Kab Situbondo Rp 4,026 miliar lebih,

Kab Jember Rp 10,6 miliar lebih,

Kab Banyuwangi Rp 7,5 miliar lebih,

Kab Pamekasan Rp 5,3 miliar lebih,

Kab Sampang Rp 2,8 miliar lebih,

Kab Sumenep Rp 5,3 miliar,

Kab Bangkalan Rp 3,8 miliar lebih.

Sementara jumlah siswa SMA yang akan dibantu 97.865 siswa, SMK 174.244 siswa, dan
Madarasah Aliyah (MA) mencapai 6.535 siswa. Total siswa yang akan dibantu 332.644 siswa.
Ketua Dewan Pakar Pendidikan, Daniel M Rosid menilai, Propinsi Jatim di bidang pendidikan
masih gagal, indikasinya seperti program BOS yang belum sepenuhnya berhasil.
Selain itu pelaksanaan sertifikasi guru terlambat. Sebelumnya, pemprop harus membentuk
lembaga khusus yang mempunyai standar penilai terhadap guru, bukan lantas mengadakan
program sertifikasi guru dan asal tunjuk LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ),”
katanya.
Namun, Dr H Rasiyo  menuturkan, sertifikasi guru tidak mengalami keterlambatan, program