Selasa, 03 Agustus 2010 | 15:05 WIB
TEMPO/Adri Irianto
TEMPO Interaktif, Jakarta -Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral ,Darwin Zahedy, menyatakan bahwa pemerintah masih mencari solusi untuk
menyelesaikan persoalan disparitas harga elpiji yang beredar di pasaran.
"Kita masih mencari rumusan yang terbaik ," Kata Darwin, saat
dijumpai Tempo di kantornya hari ini.
Menurut Darwin, mengurangi disparitas secara logika diakui dapat mengatasi masalah pengoplosan yang kerap terjadi dan mengakibatkan banyaknya kasus peledakan gas secara tidak langsung.
Namun, Darwin menambahkan, disparitas bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan persoalan tabung gas elpiji yang makin kompleks. "Mengatasi disparitas bukan berarti selesai persoalan kompor gas,karena itu cuma salah satu penyebab. Tapi kita juga jangan mengesampingkan pentingnya penyelesaian soal disparitas," kata Darmin.
Berdasarkan data yang dilansir PT Pertamina (Persero), elpiji ukuran 12 kilogram saat ini dijual seharga Rp 5.850 per kilogram. Sedangkan gas elpiji 3 kilogram dijual Rp 4.750 per kilogram.
Perbedaan harga yang mencapai Rp 1.100 per kilogram menimbulkan praktek pengoplosan yang dilakukan oleh oknum pencari rente. Pertamina menjabarkan, bahwa kerusakan yang dialami oleh tabung gas mereka 30 persennya merupakan akibat tindak pengoplosan tersebut.
GUSTIDHA BUDIARTIE
Menurut Darwin, mengurangi disparitas secara logika diakui dapat mengatasi masalah pengoplosan yang kerap terjadi dan mengakibatkan banyaknya kasus peledakan gas secara tidak langsung.
Namun, Darwin menambahkan, disparitas bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan persoalan tabung gas elpiji yang makin kompleks. "Mengatasi disparitas bukan berarti selesai persoalan kompor gas,karena itu cuma salah satu penyebab. Tapi kita juga jangan mengesampingkan pentingnya penyelesaian soal disparitas," kata Darmin.
Berdasarkan data yang dilansir PT Pertamina (Persero), elpiji ukuran 12 kilogram saat ini dijual seharga Rp 5.850 per kilogram. Sedangkan gas elpiji 3 kilogram dijual Rp 4.750 per kilogram.
Perbedaan harga yang mencapai Rp 1.100 per kilogram menimbulkan praktek pengoplosan yang dilakukan oleh oknum pencari rente. Pertamina menjabarkan, bahwa kerusakan yang dialami oleh tabung gas mereka 30 persennya merupakan akibat tindak pengoplosan tersebut.
GUSTIDHA BUDIARTIE
