Selamat Datang Pada Web Dr. Priyono, MM yang merupakan terobosan baru untuk kelanjaran dan keberlangsungan sebuah proses pembelajaran bagi Mahasiswa UNIPA Surabaya…!!!! Priyono is The Best Lecturers: JENIS-JENIS PENELITIAN

Senin, 20 Februari 2012

JENIS-JENIS PENELITIAN

             Salah satu karakteristik ilmu pengetahuan adalah selalu mengalami perkembangan. Salah satu cara untuk membuat perkembangan ilmu pengetahuan adalah dengan melakukan penelitian. Terbayangkah di kepala Anda berapa banyak hasil penelitian yang sudah dilakukan? Untuk mempermudah seseorang menemukan atau mencari hasil penelitian, dibuatlah pengelompokan-pengelompokan. Dengan adanya pengelompokan ini, muncul jenis-jenis penelitian. Jadi jenis-jenis penelitian hanya sebuah upaya untuk mengklasifikasi penelitian yang sudah ada yang bertujuan untuk memudahkan bagi kita.
Ada banyak klasifikasi yang dibuat oleh berbagai kalangan. Dalam buku ini kita akan menggunakan empat klasifikasi, yaitu klasifikasi berdasar manfaat penelitian, klasifikasi berdasar tujuan penelitian, klasifikasi berdasar dimensi waktu, serta klasifikasi berdasar teknik pengumpulan data. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pengklasifikasian ini bisa berpengaruh pada keseluruhan proses penelitian yang akan dilakukan, seperti adanya :
1.      perbedaan penyusunan rancangan penelitian;
2.      perbedaan instrumen penelitian yang digunakan;
3.      perbedaan subjek penelitian;
4.      perbedaan teknik analisis data.
A.    Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian
Apa manfaat yang bisa diambil dari penelitian yang sudah dilakukan? Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua jenis enelitian, yaitu penelitian murni dan penelitian terapan.
1.      Penelitian Murni
Penelitian murni merupakan penelitian yang manfaatnya dirasakan untuk waktu yang lama. Lamanya manfaat ini lebih karena penelitian ini biasanya dilakukan karena kebutuhan peneliti sendiri. Penelitian murni juga mencakup penelitian-penelitian yang dilakukan dalam kerangka akademis.
Contoh yang paling nyata adalah penelitian untuk skripsi, tesis, atau disertasi. Karena penelitian murni lebih banyak digunakan di lingkungan akademik, penelitian tersebut memiliki karakteristik yaitu penggunaan konsep-konsep yang abstrak. Penelitian murni biasanya dilakukan dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan. Umumnya hasil penelitian murni memberikan dasar untuk pengetahuan dan pemahaman yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya. Karena penelitian murni lebih banyak ditujukan bagi pemenuhan keinginan atau kebutuhan peneliti, umumnya peneliti memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan ia teliti. Fokus peneliti ada pada logika dan rancangan peneliti yang dibuat oleh peneliti sendiri.
2.      Penelitian Terapan
Berbeda dengan penelitian murni, pada penelitian ini terapan, manfaat dan hasil penelitian dapat segera dirasakan oleh berbagai kalangan. Penelitian terapan biasanya dilakukan untuk memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian harus segera dapat diaplikasikan.
Banyak contoh tentang penelitian terapan, seperti misalnya bentuk penelitian pemasaran. Hasil dari penelitian harus bisa memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai produk apa yang akan laku di pasaran, produk apa yang gagal di pasaran, serta berbagai solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi segala masalah yang ada di perusahaan. Karena penelitian terapan ini digunakan untuk segera mengatasi masalah yang ada, konsep-konsep yang digunakan juga cenderung konsep-konsep yang operasional, dan bukan konsep yang abstrak. Bahkan secara ekstrem dikatakan bahwa penelitian terapan cenderung tidak (atau mengabaikan) menggunakan teori dalam penyusunan rancangan penelitiannya. Sering kali diidentikkan bahwa penelitian terapan adalah penelitian yang menggunakan sponsor. Cenderung demikian, namun bukan berarti bahwa setiap penelitian yang menggunakan sponsor. Secara umum penelitian terapan memang merupakan penelitian yang diminta oleh pihak lain kepada peneliti sehingga peneliti tidak lagi memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang akan diteliti. Fokus penelitian ditujukan dari hasil penelitian, apakah dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ada atau tidak, namun tidak jarang juga penelitian terapan dilakukan justru untuk menemukan masalah-masalah yang ada di pihak yang meminta penelitian (sponsor). Penelitian terapan sering kali juga masih dikelompokkan lagi ke dalam penelitian aksi, yaitu penelitian terapan yang berfokus pada tindakan sosial seperti masalah perilaku menyimpang atau juga penelitian tentang kenakalan remaja. Selain penelitian aksi, juga ada penelitian evaluatif formatif, yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan suatu program yang sedang berjalan, serta penelitian evaluatif sumatif, yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan suatu program yang sudag selesai dilakukan.
Saat membahas tentang penelitian murni, dikatakan bahwa penelitian skripsi, tesus, disertasi merupakan contoh nyata mengenai penelitian murni. Lalu muncul pertanyaan bagaimana tentang penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa (skripsi misalnya) yang karena mahasiswa tersebut kekurangan atau tidak memiliki dana, ia meminta pada sebuah perusahaan rokok untuk memberikan dana (menjadi sponsor). Karena penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa tadi berkaitan dengan permasalahan yang ada di perusahaan rokok tersebut, perusahaan bersedia mendanai penelitian yang dilakukan mahasiswa tersebut, tetapi hasil penelitian juga harus diserahkan kepada perusahaan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Berdasar klasifikasi manfaat penelitian mahasiswa tersebut masuk ke dalam jenis murni atau jenis terapan, atau kita tambahkan jenis baru yaitu penelitian murni dan terapan? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali pada dasar pengelompokan berdasarkan manfaat penelitian ini. Dasar yang digunakan adalah jawaban atas pertanyaan tentang apa manfaat yang bisa diambil. Tentunya kita harus kembali kepada alasan utama yang dilakukan mahasiswa tersebut. Apakah penelitian yang dilakukan awalnya dilakukan dalam kerangka pengembangan akademik atau dalam kerangka memecahkan masalah? Dengan kata lain, mana yang lebih diutamakan oleh mahasiswa tersebut, apakah skripsinya atau kepentingan perusahaan? Jawabannya saya kira lebih kepada kepentingan akademis. Dengan demikian, penelitian tersebut dikelompokkan ke dalam jenis penelitian murni.
B.     Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian
Ada beberapa literatur yang menggunakan klasifikasi berdasar tingkat analisis, tetapi dalam buku ini kita gunakan tujuan. Mengapa bukan tingkat analisis? Pemakaian konsep ini sering kali membuat orang menyimpulkan bahwa karena menggunakan “tingkat”, ada jenis penelitian yang kedudukannya lebih rendah dibanding jenis penelitian yang lain. Untuk itu, akan lebih baik jika kita menggunakan pengklasifikasian berdasar tujuan penelitian. Berdasarkan klasifikasi ini kita bisa bedakan penelitian ke dalam jenis penelitian eksplorasi, penelitian deskriptif, serta penelitian eksplanasi.
1.      Penelitian Eksploratif
Penelitian ini dilakukan untuk menggali suatu gejala yang relatif masih baru. Dapat dikatakan bahwa ada suatu fenomena atau gejala yang selama ini belum pernah diketahui atau dirasakan.
Contoh yang paling nyata adalah penelitian tentang penemuan virus baru. Dalam ilmu sosial studi kelayakan merupakan jenis penelitian yang berupaya mengeksplorasi tentan suatu fenomena yang baru. Mengingat bahwa topik yang akan diteliti merupakan topik yang baru, penelitian ini biasanya memiliki sifat kreatif, fleksibel, serta terbuka bagi berbagai informasi yang ada. Biasanya penelitian ini menghasilkan teori-teori yang baru, pengembangan dari teori yang sudah ada. Dengan topik atau gejala yang baru, maka sering kali penelitian ini diidentikkan dengan penelitian yang selalu menggunakan pertanyaan “APA” dan “SIAPA” dalam menggali informasi. Tujuan dari penelitian eksplorasi itu sendiri adalah :
a.       mengembangkan gagasan dasar mengenai topik yang baru;
b.      memberikan dasar bagi penelitian lanjutan.
2.      Penelitian Deskriptif
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Hasil akhir dari penelitian ini biasanya berupa tipologi atau pola-pola mengenai fenomena yang sedang dibahas.
Peneliti ini bisa juga dikatakan sebagai kelanjutan dari penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif telah menyediakan gagasan dasar sehingga penelitian ini mengungkapkan secara lebih detail. Penelitian ini diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan pertanayan “BAGAIMANA” dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah :
a.       menggambarkan mekanisme sebuah proses;
b.      menciptakan seperangkat kategori atau pola.
3.      Penelitian Eksplanatif
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat. Penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat. Penelitian ini sering kali diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan pertanyaan “MENGAPA” dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari penelitian eksplanatif adalah :
a.       menghubungkan polap-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan ;
b.      menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
Selama ini sering terjadi salah kaprah dalam menentukan jenis penelitian. Kita sering kali mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang deskriptif analitis. Mengapa demikian? Karena mereka beranggapan bahwa penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang deskriptif analitis. Mengapa demikian? Karena mereka beranggapan bahwa penelitian yang dilakukan, selain memberikan gambaran (deskriptif) juga berusaha menjelaskan antara gejala (analitis). Kondisi ini sebetulnya tidak boleh terjadi lagi. Kita harus kembali pada apa sesunggunya yang ingin kita lakukan dalam penelitian tersebut. Kalau kita ingin menggambarkan sesuatu, penelitian kita adalah penelitian deskriptif. Kalau kita ingin menjelaskan hubungan antargejala kita akan melakukan penelitian eksplanatif. Kalau kita ingin menggambarkan dan menjelaskan gejala tersebut, kita sesungguhnya melakukan penelitian eksplanatif. Pada dasarnya di dalam penelitian deskriptif, sudah terkandung penelitian eksploratif, karena kita hanya bisa menggambarkan pola suatu gejala jika gejala tersebut memang sudah tereksplorasi. Demikian halnya kita hanya bisa menjelaskan keterkaitan suatu gejala jika gambaran tentang gejala tersebut sudah nyata atau jelas. Dengan demikian, dalam penelitian eksplanatif, sesungguhnya sudah terkandung penelitian eksploratif dan deskriptif. Penggunaan konsep deskriptif eksplanasi sebaiknya tidak terjadi lagi. Dengan penjelasan ini, apakah Anda berpikir bahwa berarti memang benar jika penelitian eksplanatif merupakan penelitian yang memiliki tingkatan lebih tinggi dibanding penelitian deskriptif? Ada benarnya, tetapi juga jangan sampai ada anggapan bahwa akan lebih berharga kita melakukan penelitian eksplanatif dibanding penelitian deskriptif. Mahasiswa akan merasa malu kalau hanya melakukan penelitian eksploratif dibanding penelitian deskriptif. Kondisi ini yang harus dihilangkan dan dicegah jangan sampai terjadi. Sesungguhnya masing-masing jenis penelitian memiliki bobotnya masing-masing. Kini kembali pada tujuan kita melakukan penelitian. Jika kita memang ingin melakukan penelitian yang mencoba memberikan gambaran saja, lakukanlah penelitian deskriptif. Atau jika memang gekala yang ada relatif belum diketahui umum atau merupakan fenomena yang baru, lakukanlah penelitian eksploratif.
C.    Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, kita bisa membedakan penelitian menjadi penelitian cross-sectional dan penelitian longitudinal. Untuk membedakan antara keduanya, kita bisa menggunakan pertanyaan apakah penelitian yang kita lakukan akan diperbandingkan dengan penelitian lain yang dilakukan dalam waktu yang berbeda atau tidak? Jika ya, kita bisa katakan bahwa penelitian tersebut merupakan penelitian longitudinal, sedangkan jika tidak, penelitian tersebut merupakan penelitian cross-sectional.
1.      Penelitian Cross-sectional
Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam waktu yang tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk diperbandingkan.
Satu hal yang perlu diingat bahwa pengertian satu waktu tertentu tidak bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu, hitungan bulan, atau hitungan tahun saja. Tidak ada batasan yang baku untuk menunjukkan satu waktu tertentu. Akan tetapi, yang digunakan adalah bahwa penelitian itu telah selesai. Dengan demikian, bisa saja seorang melakukan penelitian di bulan Januari, kemudian karena ada keperluan mendesak, pada bulan Februari dan Maret, ia kembali ke rumahnya. Pada Bulan April, ia kembali lagi ke lapangan untuk meneruskan mengumpulkan data. Sekalipun penelitian mendatangi lokasi penelitian sebanyak dua kali, ia tetap dikategorikan melalukan penelitian cross-sectional. Dengan demikian, konsep satu waktu tertentu dalam satu penelitianlah yang digunakan untuk menentukan bahwa penelitian tersebut merupakan penelitian cross-sectional.
2.      Penelitian Longitudinal
Penelitian jenis ini dilakukan antarwaktu. Dengan demikian, setidaknya terdapat dua kali penelitian dengan topik atau gejala yang sama, tetapi dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ingat bahwa tidak berarti jika ada dua penelitian yang dilaklukan dalam waktu yang berbeda dengan topik yang sama selalu dikategorikan ke dalam penelitian longitudinal, tetapi ada katakunci yangharus dipegang, yaitu adanya upaya perbandingan antara hasil penelitian. Dengan kata lain, penelitian longitudinal sudah direncanakan sejak awal penelitian, dan bukannya secara kebetulan terjadi.
Apa contoh penelitian yang bukan penelitian longitudinal? Misalnya saja tahun 2000 ada seorang peneliti yang melakukan penelitian tentang Perusahaan Ansur. Tahun 2004 ternyata ada seorang peneliti yang sama. Kedua penelitian ini tidak bisa dikategorikan ke dalam penelitian longitudinal karena masing-masing berjalan sendiri. Kita bisa kategorikan terdapat dua penelitian cross-sectional. Penelitian longitudinal merupakan penelitian yang mencoba melihat perubahan yang terjadi. Penelitian longitudinal bisa kita bagi lagi ke dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut :
a.       Penelitian kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama dengan waktu yang berbeda, serta responden atau informan yang berbeda. Contoh yang paling sederhana adalah penelitian tentang gaya hidup. Kita akan melakukan penelitian tentang gaya hidup dengan melakukan perbandingan antara gaya hidup di tahun 70-an dengan gaya hidup di tahun 90-an. Orang-orang yang diteliti bisa saja berbeda, tetapi gejala atau topik yang diteliti adalah sama.
b.      Penelitian panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama dengan waktu yang berbeda, dan responden atau informan yang sama. Dengan penelitian ini, seseorang akan diteliti minimal sebanyak dua kali. Misalnya saja kita ingin melihat bagaimana pilihan responden terhadap presiden sebelum putaran pertama dan setelah putaran kedua. Orang-orang yang diteliti merupakan orang yang sama. Permasalahan yang sering kali muncul dalam penelitian ini adalah jika jangka waktu antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain berdurasi cukup lama sehingga ada kemungkinan responden yang dulu dijadikan sampel, kini sudah tidak bisa ditemui lagi, misalnya karena sudah meninggal dunia atau bisa juga karena sudah pindah rumah.
c.       Penelitian kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama, yang dilakukan pada waktu yang berbeda dengan responden atau informan yang memiliki karakteristik yang sama. Dengan demikian, orang-orang yang diteliti berbeda, tetapi mereka memilili ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri ini bisa berbentuk apapun juga. Bisa saja mereka memiliki kesamaan pengalaman hidup, kesamaan tempat tinggal, kesamaan keturunan, kesamaan latar belakang pekerjaan, dan sebagainya. Misalnya kita akan melakukan penelitian di tahun 1990 kepada orang-orang yang berusia 45 tahun. Tahun 2000 kita melakukan penelitian yang sama dengan orang-orang yang berusia 55 tahun. Karakteristik apa yang sama? Mereka adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1945.
Tabel 3.1. Ciri-ciri Penelitian Longitudinal
Topik
Waktu
Subjek/Objek penelitian
Trend study
sama
beda
beda
Panel study
sama
beda
sama
Cohort study
sama
beda
karakteristik sama
Dengan demikian, karakteristik yang sama adalah tahun kelahiran. Tidak hanya itu, ternyata peneliti menginginkan agar semua orang yang diteliti pada tahun 1965 berusia 20 tahun sehingga dapat mengetahui tentang kejadian pemberontakan G 30 S PKI, dan sama-sama mengalaminya.
D.    Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
Ada banyak sekali jenis penelitian yang ada dalam klasifikasi ini. Pengelompokkan penelitian dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Pengelompokkan ini didasarkan pada dua metode yang ada didalam penelitian ilmu sosial.
Dalam kelompok penelitian kuantitatif, terdapat beberapa jenis penelitian, yaitu penelitian survei, penelitian eksperimen, serta analisis isi. Dalam kelompok penelitian kualitatif terdapat jenis penelitian lapangan, analisis wacana, serta penelitian perbandingan sejarah. Secara sepintas jenis-jenis penelitian ini akan digambarkan dalam bagian ini, dan nantinya akan dibahas lebih jauh pada bagian lain.
1.      Penelitian Survei
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku. Dalam pelaksanaan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.
2.      Penelitian Eksperimen
Penelitian ini dapat dilakukan di dalam alam terbuka dan juga di ruang tertutup. Dalam penelitian eksperimen, kondisi yang ada dimanipulasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dalam kondisi yang telah dimanipulas ini, biasanya dibuat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok pembanding. Kepada kelompok kontrol akan diberikan treatment atau stimulus tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil dari reaksi kedua kelompok itu yang akan diperbandingkan.
3.      Analisis Isi
Penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada simbol, gambar, film, dan sebagainya. Pada material yang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan tentang topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung.
4.      Penelitian Lapangan
Penelitian ini bisa dimulai dengan perumusan permasalahan yang tidak terlalu baku. Instrumen yang digunakan juga hanya berisi tentang pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan.
5.      Analisis Wacana
Penelitian ini serupa dengan analisis wacana, hanya saja bukan frekuensi tampilan dari topik tertentu yang dipilih dalam material yang sudah ditentukan, tetapi lebih jauh mengaitkan topik tersebut pada setting atau kondisi yang muncul bersamaan atau melatarbelakangi topik tersebut.
6.      Perbandingan Sejarah
Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data dan menjelaskan aspek-aspek kehidupan sosial yang terjadi di masa lalu. Penelitian ini sebaiknya difokuskan pada satu periode sejarah, beberapa kebudayaan berbeda, atau juga kombinasi antara periode sejarah dan kebudayaan yang berbeda.