Selamat Datang Pada Web Dr. Priyono, MM yang merupakan terobosan baru untuk kelanjaran dan keberlangsungan sebuah proses pembelajaran bagi Mahasiswa UNIPA Surabaya…!!!! Priyono is The Best Lecturers: Mungkinkah Indonesia tanpa Bunga?

Rabu, 15 Februari 2012

Mungkinkah Indonesia tanpa Bunga?

24 Jul 2010
Deddy Edward Tanjung Posted in Rencana Bisnis Tags: artikel umkm, perbankan syariah, UMKM - Bank Syariah
Bisakah Indonesia menerapkan sistem ekonomi syariah yang tanpa bunga? “Hal itu mungkin saja,” tegas pengamat ekonomi Imam Sugema  pada  acara Kampenye Nasional FoSSEI Jabodetabek bertajuk “Indonesia Bisa tanpa Bunga” yang diadakan di Kampus STEI Tazkia, Bogor, akhir pekan lalu. Acara yang dihadiri para mahasiswa ekonomi Islam dari berbagai kampus di Jabodetabek itu juga menampilkan narasumber Ketua Asosiasi Bank Syariah se-Indonesia (Asbisindo), A Riawan Amin.
Menurut Imam, paling tidak, ada tiga skenario. Pertama, skenario ideal, yakni semua syariah. Artinya, di Indonesia hanya berlaku sistem ekonomi syariah. “Untuk ini, yang paling penting adalah menyadarkan pemerintah dan anggota dewan (DPR) sebab merekalah yang membuat undang-undang,” tuturnya. Kedua, dual banking seperti yang diterapkan saat ini. “Tapi, kita tahu, walaupun MUI sudah mengeluarkan fatwa bunga bank riba yang berarti haram, tidak serta-merta umat Islam beralih ke syariah,” ujarnya. Ketiga, skenario campuran. “Ketika pangsa pasar ekonomi syariah, khususnya bank syariah sudah 30 persen, sisanya yang 70 persen disyariahkan saja. Bukankah itu berarti masyarakat sudah tahu keutamaan sistem ekonomi syariah, khususnya bank syariah,” paparnya.
Imam menegaskan, “Kalaupun kita tidak mau masuk ke perdebatan bunga bank itu halal atau haram, tugas kita semua untuk menyadarkan masyarakat bahwa secara rasional, bunga itu  merupakan  harga yang salah dalam menetapkan harga modal. Sebab, bunga itu bukan harga modal, melainkan harga waktu.”
Tidak merata, Sementara itu, Riawan menegaskan, bunga merupakan salah satu penyumbang pada distribusi harta yang tidak merata, baik dalam kehidupan suatu bangsa maupun antarbangsa. Mengenai Indonesia tanpa bunga, Riawan mengatakan, “Yang perlu kita lakukan adalah menyamakan visi pemerintah, DPR, ataupun tokoh-tokoh masyarakat, mengapa sistem ekonomi syariah, khususnya bank syariah, itu penting bagi bangsa Indonesia.”
Riawan yang juga penulis buku The Satanic Finance itu mengemukakan, masalah bunga adalah masalah yang paling kecil. Masih ada dua persoalan lainnya yang jauh lebih besar yang telah menyebabkan ketidakadilan ekonomi dan penghisapan oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang, yakni fractional reserve dan fiat money (uang kertas). “Fractional reserve memungkinkan bank memberikan kredit 20 kali lipat dari modal yang dia punya. Artinya, kalau kita menabung di bank Rp 1 juta, bank tersebut dapat menyalurkan kredit sampai Rp 20 juta dan menarik keuntungan yang berlipat-lipat. Sistem ini menciptakan kesenjangan yang luar biasa,” papar mantan dirut Bank Muamalat itu.
Berkait dengan pangsa pasar bank syariah di Indonesia yang hingga saat ini masih berkutat di angka kurang dari tiga persen, Riawan  menyatakan, yang terpenting bukanlah banyaknya jumlah bank syariah di Indonesia. “Tujuan kita adalah memperbanyak transaksi halal, bukan memperbanyak jumlah bank syariah,” tegas Riawan.  ed: yeyen rostiyani
Darmin: Keuangan Syariah Lebih Tahan
Keuangan syariah dianggap dapat berkontribusi dalam tatanan sistem perekonomian yang memiliki resiliensi tinggi. Demikian dikatakan calon gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, dalam paparan uji kelayakan di hadapan Komisi XI DPR, Rabu (21/7).
Menurutnya, pelajaran dari krisis ekonomi 2008-2009 menunjukkan, perbankan syariah dan BPR memiliki ketahanan yang lebih baik dari gelombang krisis keuangan global. Krisis keuangan yang dipacu oleh fenomena penggelembungan ekonomi (bubble economics) salah satunya memicu pihak lain untuk meninjau sistem perbankan atau keuangan syariah.
“Yang terbukti lebih andal,” katanya. Oleh karena itu, ke depannya, Darmin menganggap peranan kedua kelompok bank ini perlu lebih didorong agar perbankan syariah dan BPR dapat meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian nasional. Darmin menambahkan, kebijakan untuk perbankan syariah dan BPR akan terus diarahkan untuk mengatasi berbagai kelemahan yang dihadapi kedua kelompok bank ini. Permasalahan utamanya, menurut dia, terkait masalah rendahnya daya saing dibandingkan bank konvensional. “Sumbernya dari sumber daya manusia dan infrastruktur,” tegas Darmin. N yasmina hasni, ed: yeyen rostiyani
Oleh: Irwan Kelana, Sumber : RepublikaStrategi Penetapan Harga